Menuju konten utama

Apa Itu Hari Kabisat, Penjelasan Soal Tahun Kabisat, & Sejarah

Tanggal 29 Februari 2024 termasuk kategori hari kabisat dan tahun kabisat. Apa itu hari kabisat atau leap year dan bagaimana sejarahnya? Berikut infonya.

Apa Itu Hari Kabisat, Penjelasan Soal Tahun Kabisat, & Sejarah
Kalender Februari 2024. foto/IStockphoto

tirto.id - Februari tahun ini diketahui memiliki 29 hari sehingga 2024 termasuk kategori hari kabisat dan tahun kabisat. Lalu, apa itu hari kabisat atau leap year dan bagaimana sejarahnya?

Masyarakat awam tentu sudah banyak yang mengenal istilah tahun kabisat. Secara sederhana, tahun kabisat adalah tahun yang bisa habis dibagi empat. Selain itu, tahun kabisat biasanya hanya terjadi empat tahun sekali.

Tentunya ada banyak pertanyaan yang muncul, seperti apa yang mendasari munculnya tahun kabisat? Kenapa harus empat tahun sekali? Atau kenapa Februari menjadi 29 hari pada tahun kabisat?

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, kita perlu mengetahui sekilas sejarah terciptanya tahun kabisat pada kalender Masehi yang dimulai ratusan tahun lalu.

Apa Pengertian Hari Kabisat dan Tahun Kabisat?

Tahun kabisat adalah tahun yang bisa dibagi empat atau menghasilkan bilangan bulat tanpa sisa saat dibagi empat. Misalnya tahun 2004, 2012, atau 2024 seperti sekarang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kabisat diartikan sebagai tahun dengan jumlah 366 hari, sedangkan Februari akan memiliki 29 hari pada tahun tersebut.

Tahun kabisat biasanya memiliki 366 hari, yang terdiri dari 12 bulan dengan masing-masing bulan memiliki jumlah hari yang berbeda, dan ditambahkan satu hari ekstra yang disebut "hari kabisat" untuk menjaga sinkronisasi antara kalender dengan siklus tahunan bumi.

Perlu diketahui bahwa sistem penanggalan Masehi merujuk pada revolusi bumi atau perputaran bumi mengelilingi matahari. Menurut kalender ini, satu tahun memiliki 365 hari.

Akan tetapi, angka 365 hari ini sebenarnya kurang tepat atau pembulatan dari jumlah hari yang sesungguhnya. Sosigenes Alexandria, astronom yang hidup di masa kepemimpinan Julius Caesar mengetahui bahwa bumi sebenarnya memerlukan waktu 365,242190 hari untuk mengelilingi matahari.

Jika dikonversi ke dalam hitungan yang lebih detail, revolusi bumi membutuhkan waktu 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 56 detik. Kelebihan waktu 5 jam, 48 menit, dan 56 detik ini mungkin tampak sedikit.

Namun, jika kelebihan waktu ini diabaikan atau tidak dihitung, hal ini sangat berpengaruh pada sistem penanggalan, bahkan bulan musim hujan/kemarau bisa berubah-ubah.

Jika dibulatkan, waktu 5 jam, 48 menit, dan 56 detik ini setara dengan 6 jam atau ¼ hari. Kelebihan waktu ini akhirnya dijumlahkan terus atau dikali empat hingga menjadi 1 hari penuh. Jadi, ada kelebihan 1 hari setiap empat tahun sekali.

Kelebihan 1 hari ini kemudian disisipkan pada bulan Februari yang dari awal memang hanya berjumlah 28 hari. Itulah kenapa setiap empat tahun, Februari memiliki jumlah hari yang berbeda, yaitu 29 hari.

Tahun Kabisat Berapa Hari?

Kalender 2024

Kalender 2024. foto/Istockphoto

Masyarakat umum mengetahui bahwa dalam 1 tahun memiliki 365 hari, sedangkan bulan Februari memiliki 28 hari. Menurut sejarah, sistem penanggalan seperti sudah ada sejak zaman Romawi.

Namun, di masa kepemimpinan Julius Caesar, kalender Romawi mengalami perubahan. Di masa inilah muncul tahun kabisat yang ditandai dengan jumlah hari pada Februari menjadi 29 hari.

Artinya, tahun kabisat memiliki kelebihan 1 hari yang terjadi pada bulan Februari. Jadi, total jumlah hari pada tahun kabisat adalah 366 hari.

Bagaimana Perhitungan Tahun kabisat?

Perlu diingat bahwa kelebihan waktu 5 jam, 48 menit, dan 56 detik pada masa revolusi bumi tidak genap 6 jam (¼ hari). Hal ini juga mempengaruhi perhitungan tahun kabisat sehingga ada tahun-tahun tertentu yang tidak termasuk tahun kabisat meski bisa dibagi empat.

Untuk mengetahui tahun kabisat, ada beberapa tahap perhitungan yang harus dilakukan.

1. Dibagi 4

Periksa apakah tahun tersebut bisa dibagi 4. Contohnya 2024, tahun ini menghasilkan bilangan bulat berupa angka 506 jika dibagi empat. Jika bisa dibagi 4, lanjutkan ke tahap perhitungan berikutnya untuk mengetahui apakah 2024 masuk kategori tahun kabisat.

2. Dibagi 100

Periksa apakah tahun tersebut, misalnya 2024, bisa habis dibagi 100. 2024 tidak habis dibagi 100 atau menghasilkan bilangan yang tidak bulat. Jika tahun tersebut habis dibagi 4, tapi tidak habis dibagi 100 (seperti tahun 2024), maka tahun itu termasuk kategori tahun kabisat.

Jika tahun tersebut ternyata habis dibagi 4 dan dibagi 100, contohnya tahun 2000, maka lanjut ke tahapan berikutnya.

3. Dibagi 400

Jika tahun tersebut habis dibagi 4, 100, dan 400, maka tahun tersebut termasuk tahun kabisat, contohnya tahun 2000.

Namun, jika tahun tersebut habis dibagi 4 dan 100, tapi tidak habis dibagi 400, maka tahun tersebut bukanlah tahun kabisat. Contohnya tahun 1800 dan 1900.

Tahun Kabisat Berapa Tahun sekali?

Secara umum, tahun kabisat terjadi empat tahun sekali. Contohnya tahun 2000, 2004, 2008, dan seterusnya. Namun, jika mengacu pada tahap perhitungan sebelumnya, ada kalanya tahun kabisat satu dan yang lainnya memiliki jeda 8 tahun.

Sebagai contoh, tahun 1896 termasuk tahun kabisat, sedangkan tahun 1900 tidak termasuk tahun kabisat. Hal ini karena tahun 1900 habis dibagi 4 dan 100, tapi tidak habis dibagi 400.

Kemudian, tahun kabisat kembali muncul pada 1904 karena tahun ini bisa habis dibagi 4. Dari sini dapat diketahui ada jarak 8 tahun dari tahun 1896 ke 1904.

Baca juga artikel terkait HARI PENTING atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani