tirto.id - Yogyakarta kini memiliki sebuah komunitas tinju amatir jalanan yang diinisiasi oleh sejumlah pemuda.
Tidak sekadar gelaran adu pukul semata, komunitas ini justru memiliki aturan yang mengikuti ketentuan organisasi Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina).
Komunitas yang bernama Fight Club Yogyakarta ini disebut-sebut dibuka untuk melawan dan meminimalisir klitih.
Sebagaimana diketahui, "klitih" dikaitkan dengan aksi berbahaya yang kerap dilakukan oleh sejumlah remaja di jalanan, sempat menjadi teror di Yogyakarta.
Mengenal Fight Club Yogyakarta
Fight Club Yogyakarta diinisiasi oleh Rahmad Darmawan (Ketua Fight Club Yogyakarta) dan rekan-rekannya sekira bulan April 2024.
Komunitas ini muncul dari kegelisahan Rahmad dan rekan-rekannya terhadap tindakan klitih yang ramai meneror jalanan di Yogyakarta.
Rahmad dan kawan-kawannya melihat bahwa energi dan emosi remaja-remaja yang menggebu-gebu di Yogyakarta tidak memiliki wadah untuk berekspresi sehingga menjadi klitih.
Oleh karena itu, mereka akhirnya menginisiasi komunitas Fight Club Yogyakarta sebagai wadah penyaluran energi dan ekspresi remaja-remaja Yogyakarta yang sebelumnya hanya dilampiaskan di jalanan.
Fight Club Yogyakarta digelar setiap Jumat malam di Pasar Hewan dan Taman Hias Yogyakarta (PASTY).
Gelaran tinju amatir Fight Club Yogyakarta memiliki jargon “No Win – No Lose – No Pressure”. Artinya dalam setiap pertandingan yang digelar tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah, dan tidak ada tekanan.
Sebab, pertandingan di Fight Club Yogyakarta memang ditujukan untuk bersenang-senang menyalurkan energi dan ekspresi remaja-remaja di Yogyakarta.
Meski baru dua bulan, komunitas ini mendapat antusiasme yang cukup besar. Hal ini terlihat dari jumlah peserta komunitas yang terus bertambah dan penonton yang hadir di setiap pertandingan bisa mencapai seribu orang.
Persyaratan Bertanding di Fight Club Yogyakarta
Pertandingan di arena Fight Club Yogyakarta terbuka umum untuk remaja hingga dewasa.
Syarat peserta minimal memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan tanpa dibatasi usia. Selain itu, pria atau wanita diperbolehkan ikut dengan aturan yang sama.
Peserta dibebaskan membawa atau memilih lawannya sendiri. Namun, bobot fisik kedua peserta harus berimbang sesuai dengan aturan Pertina. Sehingga, bobot selisih maksimum antara dua peserta yang bertarung adalah 3 kilogram.
Selanjutnya, saat pertandingan peserta wajib mengenakan peralatan petinju amatir profesional. Seperti, pelindung kepala atau head guard, sarung tinju, dan gum shield atau pelindung mulut.
Penulis: Bintang Pamungkas
Editor: Dipna Videlia Putsanra