tirto.id -
Hal tersebut menanggapi peringatan dini dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang cuaca ekstrem dan intensitas hujan lebat yang akan melanda Indonesia dari tanggal 5 hingga 12 Januari 2020.
"Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa untuk memberitahu semuanya [Jika terdapat bencana yang akan menimpa Jakarta]," kata Anies di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2020).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menuturkan pihaknya menggunakan metode tersebut setelah melakukan peninjauan terkait Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan sebelumnya oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Pasalnya, kata dia, dalam SOP sebelumnya jika ingin memberi peringatan akan terjadinya bencana, harus berjenjang dari Pemprov ke masyarakat.
"Ya kami sejak kemarin review SOP [Sistem peringatan dini bencana] yang selama ini ada. Dan salah satu hal yang akan diterapkan baru adalah bila ada kabar [Bencana], maka pemberitahuannya langsung ke warga, tidak melalui jenjang," terangnya.
Anies menjelaskan alasannya meminta petugas kelurahan keliling menggunakan toa, karena jika diinformasikan melalui handphone terkait akan adanya bencana yang menimpa Jakarta, kurang efektif.
"Karena kemarin pada malam itu pemberitahuan diberitahu, tapi karena malam hari diberitahunya lewat HP, akhirnya sebagian tidak mendapatkan informasi," ucapnya.
Selain itu, Anies juga mengaku telah membangun sejumlah posko di tingkat kelurahan untuk mengantisipasi hujan akibat cuaca ekstrem.
"Sehingga sampai level kelurahan kami punya SDM yang langsung merespons bila di keluarah mulai terjadi genangan. Jadi dari fase genangan, sudah langsung respons, gitu," pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Hendra Friana