Menuju konten utama

Anies Baswedan Salahkan Kendaraan Bermotor Sebagai Penyebab Polusi

Solusi yang diambil Anies terkait polusi udara berfokus pada penataan transportasi.

Anies Baswedan Salahkan Kendaraan Bermotor Sebagai Penyebab Polusi
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengunjungi kantor media Tirto.id saat masa cuti bersama lebaran, Selasa (12/6/18). tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyalahkan kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara di DKI Jakarta.

Sehingga solusi yang diambil Anies terkait polusi udara berfokus pada penataan transportasi.

"Di Jakarta ini, kami memiliki 17 juta kendaraan bermotor, maka bisa dibayangkan kualitas udara yang dihasilkan akibat dari residu polutan itu," kata Anies saat ditemui di Balai Kota, Jakarta Pusat, pada Senin (10/6/2019).

"Jadi kita ke depan harus menata itu semua, kita mengapresiasi semua pihak yang bisa memberikan data-data nanti itu akan membantu kita dalam menyusun kebijakan," tambahnya.

Sehingga arah kebijakan Anies adalah penataan transportasi publik, salah satunya adalah pengadaan transportasi berbasis energi listrik.

"Arah kita jelas, mulai dari kendaraan umum, kita dorong nantinya untuk menggunakan bahan energi yang tidak merusak lingkungan khususnya listrik, itu arah kita ke sana. Tapi itu bertahap," kata Anies.

Di sisi lain, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu sempat menjelaskan bahwa polusi udara yang ada di Jakarta disebabkan oleh beberapa faktor. Bondan mengatakan bahwa sumber pencemaran udara yang ada di Jakarta tidaklah hanya berasal dari Jakarta, melainkan juga sejumlah kota-kota yang berada di sekitarnya.

"Harus ada koordinasi lintas administrasi, dan bahkan lintas sektoral atau kementerian,” ujar Bondan kepada reporter Tirto.

“Karena bicara polusi udara ini, ada sumber bergerak dan tidak bergerak,” tambahnya.

Salah satu faktor dari sumber tak bergerak dan berada di luar Jakarta adalah keberadaan sejumlah PLTU.

Bondan memaparkan bagaimana pergerakan angin yang ditangkapnya melalui satelit menunjukkan sejak April, angin bergerak ke arah Timur. Dengan itu, PLTU Babelan, yang berlokasi di Bekasi, bisa bergerak ke arah Jakarta.

“Seharusnya ada kajian reguler yang dilakukan pemerintah, baik Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan lainnya,” jelas Bondan.

Bondan menyayangkan karena hingga saat ini masih sulit mengakses informasi secara resmi dari pemerintah terkait dengan sumber-sumber polusi udara di Jakarta, lebih luasnya di Indonesia.

“Karena bicara sumber polusi sampai saat ini tidak ada data yang di-published resmi mengenai sumber,” ujarnya.

“Harusnya ada kajian reguler yang di-published seperti jurnal berikut yang dijadikan dasar kajian pengambilan kebijakan penanganan polusi udara,” ungkap Bondan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) punya standar untuk menyebut udara sehat. Udara sehat adalah yang punya partikel debu halus atau PM (Particulate Matter) 2,5 sebesar 25 µg/m³.

Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi memaparkan PM 2,5 di atas 38 µg/m³, bahkan mencapai 100 µg/m³ pada hari-hari tertentu.

“Jakarta masih mengalami pencemaran udara ya. Masih buruk kualitasnya,” kata Bagus saat dihubungi pada Senin (15/4/2019).

Baca juga artikel terkait KUALITAS UDARA JAKARTA atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Nur Hidayah Perwitasari