Menuju konten utama

Anies Baswedan Berpeluang Tinggalkan DKI untuk Dampingi Prabowo

Menurut sejumlah hasil sigi lembaga survei, Anies punya tingkat keterpilihan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden yang cukup baik.

Anies Baswedan Berpeluang Tinggalkan DKI untuk Dampingi Prabowo
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman (kiri) dan Anies Baswedan (tengah). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/pras/17.

tirto.id - Gubernur DKI Anies Baswedan kian santer dikabarkan menjadi bakal calon wakil presiden dalam Pemilu Presiden 2019, setelah dirinya menghadiri deklarasi Prabowo Subianto sebagai calon presiden dari Partai Gerindra, di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4/2018). Popularitas menjadi modal Anies untuk digandeng Prabowo bertarung dengan Jokowi tahun depan.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Arief Puyono mengatakan partainya kini sedang membahas sosok ideal buat mendampingi Prabowo. Sejauh ini, Anies dan Gatot Nurmantyo menjadi sosok yang jadi pembicaraan di internal Gerindra dan akan dibahas Gerindra dengan PKS dan PAN yang kemungkinan akan menjadi mitra koalisi kembali dalam Pilpres 2019.

“Kalau Mas Anies yang maju sih mantap. Mas Anies kan orang sangat terpelajar, jujur, dan dia orang yang mumpuni kalau untuk mendampingi Pak Prabowo, begitu juga Pak Gatot,” ujar Arief dalam sambungan telepon kepada wartawan, Kamis (12/4/2018).

Dalam acara deklarasi kemarin, Anies menjadi satu-satunya tokoh yang bukan kader partai politik. Saat berkeliling melihat barisan kader Gerindra, Prabowo mengajak Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, politikus senior Amien Rais, Presiden PKS Sohibul Iman, dan Anies serta Sandiaga Uno untuk menunggang kuda bersama.

Kehadiran Anies ini menarik perhatian dan membuat namanya kian kental diasosiasikan dengan pencalonan Prabowo sebagai presiden.

Dalam sejumlah hasil sigi lembaga survei, Anies punya tingkat keterpilihan sebagai calon presiden yang cukup baik. Dalam survei SRMC yang dilakukan pada 7 hingga 13 Desember 2017, nama Anies berada di urutan keempat dari lima nama teratas sebagai calon presiden dengan mengantongi angka 1,2 persen dari 1.220 responden.

Perolehan serupa juga didapat Anies dari hasil survei Median yang dilakukan pada 1 hingga 9 Februari 2018. Anies kembali menempati urutan keempat dari lima nama teratas sebagai calon presiden dengan memperoleh angka 4,5 persen dari 1.000 responden.

Elektabilitas Anies sebagai calon wakil presiden bahkan lebih menjanjikan. Dalam survei yang dilakukan Populi Center pada 7 hingga 16 Februari 2018, Anies menempati urutan ketiga sebagai calon wakil presiden untuk Jokowi dengan memperoleh angka 3,4 persen dari 1.200 responden.

PKS Membuka Kesempatan, PAN Malu-malu

Peluang Anies untuk disandingkan dengan mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mulai terbuka setelah Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan PKS berpeluang mengusung calon wakil presiden dari luar kader.

Menurut politikus asal Tasikmalaya itu, masih ada kemungkinan PKS mengusulkan tokoh non-kader menjadi bakal cawapres di pemilu mendatang. Pengusulan tokoh non-kader sebagai kandidat dimungkinkan selama Majelis Syuro PKS memberi rekomendasi kepada pengurus partai.

“Tidak harus kader, ada [bakal kandidat] dari luar silakan,” ujar Sohibul saat ditemui usai acara di Kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis siang.

Sampai hari ini, Majelis Syuro PKS baru menetapkan 9 nama bakal capres atau cawapres untuk didukung. Mereka adalah Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf Al'Jufrie, Tifatul Sembiring, Mardani Ali Sera, dan Al Muzammil Yusuf.

Nama Anies tidak masuk dalam daftar itu, namun perlu diingat Anies merupakan Gubernur DKI Jakarta yang diusung Gerindra dan PKS dalam Pilkada DKI 2017.

Sohibul beralasan belum memperjuangkan tokoh non-kader, termasuk Anies, untuk diusung dalam pemilu karena belum adanya rekomendasi baru dari Majelis Syuro. Selama mandat tambahan belum keluar, Sohibul akan memperjuangkan 9 nama yang sudah ada.

“Sekarang saya sebagai eksekutif di PKS, yang menerima mandat dari Majelis Syuro, akan berjuang agar bagaimana salah satu kader PKS jadi cawapres,” kata Sohibul.

Berbeda dengan Sohibul, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tak menjawab lugas kemungkinan PAN menerima Anies sebagai cawapres Prabowo. Ia bahkan menyebut partainya belum menentukan sikap untuk berkoalisi dengan partai mana pun untuk Pemilu Presiden 2019.

“Yang penting bagi kami politiknya kebangsaan, bukan poros-poros seperti melihat musuh. Adu konsep, gagasan, berkualitas, saling menghargai,” kata Zulkifli.

Menteri Kehutanan di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu berjanji partainya menentukan sikap politik maksimal setelah Pilkada 2018. Proses pilkada 2018 berakhir di penghujung Juni mendatang.

"Yang paling penting tadi berkualitas deh [koalisinya],” ujar Zulkifli.

Infografik Current Issue Anies Presiden

Prabowo-Anies Tidak Ideal Tapi Punya Basis Massa

Wacana menyandingkan Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk pilpres mendatang dinilai Manajer Riset Poltracking Faisal Arief Kamil kurang pas. Mantan Rektor Universitas Paramadina itu disebut Faisal bukan pasangan ideal yang bisa melengkapi mantan Panglima Kostrad itu.

Kedua pasangan ini dinilai Faisal tak akan mendapat tambahan pemilih pada pemilu mendatang.

Faisal mendasarkan basis analisisnya pada latar belakang basis massa serta pengasosiasian Prabowo dan Anies dengan kelompok masyarakat. Menurut Faisal, Prabowo-Anies merupakan sosok yang sama-sama kerap diasosiasikan kuat dengan kelompok masyarakat Islam non-Nahdlatul Ulama (NU).

“Seperti habib, tarbiyah, Masyumi. Mereka cenderung ke Prabowo dan melihat pengalaman Pilkada DKI ke Anies...Menurut saya, [capres dan cawapres] jangan dari kelompok yang sama agar ada insentif elektoral,” kata Faisal kepada Tirto.

Meski begitu, alumnus Universitas Gadjah Mada itu menganggap faktor kedekatan figur dengan basis massa Islam di pemilu mendatang memegang peranan penting. Ia menjadikan pengalaman Pilkada DKI 2017 sebagai dasar argumen.

Pada posisi ini, Faisal menyakini duet Prabowo-Anies akan mudah diterima parpol dan pendukung masing-masing. “Sepertinya PAN dan PKS juga tidak menuntut Anies untuk menjadi kader [jika menjadi cawapres],” tutur Faisal.

Peneliti politik dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar punya pendapat lain soal peluang duet Prabowo-Anies. Rully menyebut, duet Prabowo-Anies belum tentu dideklarasikan lantaran Prabowo kerap roadshow dengan kandidat-kandidat lain di berbagai daerah.

“Akan tetapi Anies Baswedan bisa dibilang kerap menghiasi dalam berbagai survei. [Karena] posisinya sebagai Gubernur Jakarta, [Anies] jelas mendapat ekspose media lebih dari wilayah yang lain,” kata Rully kepada Tirto.

Tak hanya itu, Rully berujar ada faktor keterwakilan wilayah yang perlu diperhitungkan untuk mencari sosok calon wakil presiden. Meskipun, Rully bilang, peluang itu tetap terbuka jika ada kepentingan bersama.

“Idealnya partai akan mendahulukan kadernya. Tapi jika ada kepentingan bersama figur non-parpol pun bisa diusung contohnya Pilgub DKI,” kata Rully.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mufti Sholih & Maulida Sri Handayani