tirto.id - Petenis putra peraih medali emas olimpiade asal Skotlandia, Andy Murray, akhirnya menduduki posisi pertama di daftar petenis dunia. Posisi ini diraihnya setelah menang walk-out atas Milos Raonic di semifinal turnamen Paris Masters. Kemenangan itu membuat poin yang dimiliki Murray mengungguli poin Novak Djokovic yang sebelumnya duduk di posisi pertama dunia sejak Juli 2014.
“Untuk sampai ke nomor satu tidak hanya karena hari ini, tapi karena 12 bulan menjalani berbagai turnamen untuk mencapai tingkatan ini,” ujar Murray kepada situs resmi ATP.
"Beberapa bulan terakhir telah menjadi saat-saat terbaik dalam karir saya dan saya sangat bangga telah mencapai nomor satu ini telah menjadi tujuan saya dalam beberapa tahun terakhir," lanjutnya.
Jalan Murray menuju peringkat satu dunia terbuka lebar ketika Djokovic kalah dari Martin Cilic di perempat final Paris Masters, sementara ia meraih kemenangan dari Tomas Berdych. Seharusnya, ia menghadapi Raonic di semifinal namun petenis Kanada tersebut menderita sobek otot kiri ketika mengalahkan Jo-Wilfried Tsonga di pertandingan sebelumnya.
Absennya Raonic membuat poin Murray otomatis bertambah dan menjadikannya petenis nomor satu dunia berdasarkan peringkat dunia yang dirilis Association of Tennis Professionals (ATP) Senin (7/11/2016).
Murray menjadi petenis putra Sktolandia pertama yang menduduki posisi pertama di peringkat tenis modern. Dia menjadi salah satu dari 26 pemain yang pernah meraih posisi pertama dunia sejak sistem peringkat yang terkomputerisasi diperkenalkan pada 1973. Ia akan menerima piala peringkat pertama pada di peluncuran ATP World Tour Finals di London pada 10 November mendatang.
Perdana menteri pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon, memberikan ucapan selamat kepada Murray atas kesuksesannya ini. Presiden ATP, Chris Kermode, juga mengapresiasi raihan Murray.
“Andy telah menunjukkan dedikasi yang luar biasa, tekad dan kerja keras dalam upayanya untuk mendapatkan nomor satu,” sebut Kermode.
"Sulit untuk memikirkan pemain lain yang lebih layak mendapatkan penghargaan ini dalam salah satu era paling keras dalam sejarah olahraga kami," lanjut Kermode.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh