Menuju konten utama
Pelantikan Panglima TNI

Andika Perkasa jadi Panglima TNI Baru: Karier Moncer, Jarang Tempur

Perjalanan Jenderal Andika Perkasa menuju kursi Panglima TNI dinilai mulus dengan karier yang moncer.

Andika Perkasa jadi Panglima TNI Baru: Karier Moncer, Jarang Tempur
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, saat konferensi pers di Mabes TNI, terkait keterlibatan anggota TNI AD dalam penyerangan di Ciracas, Minggu (30/8/2020). Tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melantik Kasad Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI di Istana Negara pada Rabu (17/11/2021). Andika telah resmi menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto dalam sidang rapat paripurna yang digelar DPR pada 8 November 2021.

Dalam Surat Presiden yang diterima DPR pada 3 November 2021, nama Andika menjadi calon tunggal Panglima TNI yang diusulkan Presiden Jokowi. Sebelumnya, beredar asumsi kandidat lain seperti KSAL Laksamana TNI Yudo Margono.

"Enggak apa-apa, syarat Panglima TNI harus kepala staf. Sekarang ini kepala staf TNI AU sudah menjadi panglima. Pilihannya AD dan AL. Presiden pilih AD," ujar Menteri Sekretaris Negara Pratikno menjelaskan alasan Jokowi.

Memutar waktu ke tiga tahun lalu, atau tepatnya 22 November 2018. Presiden Jokowi melantik Andika Perkasa sebagai Kasad. Sebelumnya Andika menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Pengamat militer Aris Santoso dalam kolom berjudul “Pergantian Kasad: Peran Hendropriyono Terlampau Besar” menilai karier Andika begitu moncer sekaligus penuh beban moral. Hal tersebut tak lepas dari status Andika selaku menantu Jenderal (Purn) A.M. Hendropriyono, mantan Kepala BIN yang dikenal dekat dengan Presiden Jokowi.

Karier Andika Perkasa Menuju Kursi Panglima TNI

Untuk mendapatkan bintang satu (brigjen), seorang kolonel senior AD mesti “berdarah-darah” dulu, tulis Aris. Dan menempuh waktu sekitar 7-8 tahun bahkan lebih untuk naik level.

“Memang harus diakui jalan Andika menuju posisi Kasad relatif mudah,” ujar Aris.

Jalan mulus karier Andika, menurut Aris, sudah berlangsung saat ia menjabat sebagai Komandan Paspampres pada 22 Oktober 2014; dari posisi sebelumnya sebagai Kadispenad. Hal yang tidak umum. Biasanya jabatan Komandan Paspampres berasal dari perwira yang pernah memegang pasukan seperti Kostrad atau Kopassus.

“Idealnya, sebelum menjadi Komandan Paspampres, Andika dirotasi dulu sebagai kepala staf pada Kodam legendaris seperti Siliwangi atau Kodam Jaya,” lanjut Aris.

Ketika itu, pengamat militer Made Supriatma menyebut Andika sebagai “perwira militer dengan karier paling cemerlang dewasa ini.” Made punya penjelasan untuk itu. Andika merupakan lulusan Akademi Militer 1987. Di angkatannya, Andika menjadi satu-satunya perwira yang menyandang pangkat Mayor Jenderal. Bahkan dalam waktu singkat yakni 11 bulan.

“Pada 2013, dia masih berpangkat kolonel. Namun, pada 8 November 2013, dia diangkat menjadi Kadispenad dan pangkatnya pun naik menjadi brigadir jenderal,” tulis Made dalam “Andika Perkasa: Jejak Langkah Pengawal Presiden."

“Sebelas bulan kemudian, Andika mendapat promosi menjadi komandan Paspampres dengan pangkat mayor jenderal.”

Padahal karier Andika lebih banyak dihabiskan untuk studi ketimbang operasi militer atau penugasan lapangan sebagaimana perjalanan karier perwira tinggi militer pada umumnya. Made menyebut karier militer Andika sebagai “anomali”.

“Umumnya, untuk memasuki jajaran elite TNI AD, seorang perwira harus memiliki aneka warna pengalaman, seperti melakukan operasi militer tempur [termasuk menjadi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB], memimpin pasukan, pengalaman menjadi perwira staf, memimpin wilayah komando teritorial, belajar, mengajar, dan lain sebagainya,” tulis Made.

Sejak lulus Akmil 1987 dan berkarier di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sebagai Komandan Peleton Grup 2/Para Komando selama 13 tahun. Andika kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) dan menjadi lulusan terbaik. Ia melanjutkan Strata-2 di Vermont, Washinton DC, Massachussetts dalam rentang waktu 1999-2004. Dan melanjutkan Strata-3 di Washington DC pada 2005.

Menurut Made, Andika hanya sedikit merasakan operasi militer yakni, operasi di Timor Timur pada 1990, operasi teritorial di Timor Timur (1992) dan operasi bakti TNI di Aceh (1994), serta dalam misi operasi khusus di Papua.

“Dia termasuk miskin dalam operasi tempur,” tukasnya.

Ketika ditunjuk sebagai Danpaspampres, Jenderal TNI Moeldoko yang ketika itu menjabat sebagai Panglima TNI mengatakan, “[penunjukan Andika] keinginan langsung [Jokowi]," sebagaimana diberitakan Antara.

Harta Kekayaan Andika Perkasa

Tidak hanya berkarier cemerlang. Andika juga terbilang jenderal kaya. Dalam LHKPN KPK tercatat harta kekayaan Andika Perkasa mencapai Rp179.996.172.019 per 20 Juni 2021.

Andika tercatat memiliki 20 bidang tanah dan bangunan yang tersebar di Jakarta, Bogor, Cianjur, Lampung, Tabanan. Tak hanya di Indonesia, bahkan Andika juga memiliki tanah dan bangunan di Australia dan Amerika Serikat.

Andika tercatat memiliki tiga bidang tanah dan bangunan di Amerika Serikat, antara lain tanah dan bangunan seluas 2.223m²/2.736m² Cadbury Avenue Potomac MD 20854 senilai Rp4,5 miliar; tanah dan bangunan seluas 4.875m²/4.832m² di Cedar Croft Lane Bethesda MD 20814 senilai Rp5 miliar; serta tanah dan bangunan seluas 6.248m²/6.248m² di Alloway Court Potomac MD 20854.

Di Australia, Andika memiliki bangunan seluas 76m² di Allen Street Prymont, New South Wales senilai Rp1,6 miliar. Menariknya, seluruh properti itu berasal dari hibah alias pemberian dan tidak terdapat aktanya.

Sementara properti Andika di Jakarta tersebar antara lain di Jakarta Timur berupa tanah dan bangunan seluas 460m²/460m² senilai Rp1,5 miliar; di Jakarta Pusat berupa bangunan seluas 84m² senilai Rp700 juta; dan di Jakarta Selatan berupa tanah dan bangunan seluas 435m²/435m². Lagi-lagi, seluruh properti ini adalah hibah dan tidak memiliki akta.

Di Yogyakarta, Andika memiliki tanah dan bangunan seluas 300m²/300m² senilai Rp1,5 miliar di Sleman dan tanah seluas 1.145 m² senilai Rp458 juta di Bantul. Lagi-lagi seluruh properti ini adalah hasil hibah.

Selain itu, Andika memiliki tanah dan bangunan seluas 2.950m² senilai Rp201 juta di Tabanan; tanah dan bangunan seluas 340m²/340m² senilai Rp150 juta di Cianjur; tanah dan bangunan seluas 450m²/450m² senilai Rp.10.537.250.000 di Surabaya; serta sebidang tanah seluas 566m² senilai Rp35 juta di Bandar Lampung. Seluruh properti ini juga hasil hibah.

Satu-satunya properti yang berasal dari hasil Andika sendiri adalah tanah seluas 1.000m² senilai Rp500 juta di Bogor. Total, seluruh properti Andika bernilai Rp.38.164.250.000.

Selain properti, Andika juga memiliki dua buah kendaraan, antara lain mobil Landrover Sport 3.0 V 6 AT tahun 2014 senilai Rp800 juta dan mobil Mercedes Benz Sprinter 315 tahun 2018 senilai Rp1,8 miliar. Kali ini, kekayaan itu berasal dari hasil sendiri. Total kendaraan Andika bernilai Rp2,6 miliar.

Proporsi terbesar kekayaan Andika disumbang kategori kas dan setara kas, yakni Rp126.985.922.019. Andika juga melapor memiliki surat berharga senilai Rp2.146.000.000 dan harta bergerak lainnya senilai Rp10.100.000.000.

Selain itu, Andika mengaku tidak memiliki utang sehingga total kekayaannya mencapai Rp179.996.172.019.

Kursi Wakil Panglima TNI Perlukah?

Wacana kursi wakil panglima TNI semakin mengemuka setelah KSAL Laksamana Yudho Margono diisukan akan diajukan untuk jabatan ini. Namun, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Soleman B. Pontoh menjelaskan alasan kursi wakil panglima TNI tak perlu diisi.

“Wakil Panglima TNI itu jabatan semu. Makanya, saya sejak dahulu menyatakan tidak setuju ada jabatan Wakil Panglima TNI. Kalau jabatan wakil batalion, itu jelas fungsi dan tugasnya. Makanya, saya tidak mengerti ada wacana jabatan Wakil Panglima TNI, apa yang mau dikerjakan?” kata Ponto dikutip dari Antara.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta M. Jamiluddin Ritonga juga menyarankan agar kursi wakil panglima TNI tidak perlu diisi.

Pernyataan itu disampaikan Jamil terkait wacana untuk mengisi kursi wakil Panglima TNI menguat, setelah Jenderal Andika Perkasa ditunjuk menjadi Panglima TNI.

Pengisian kursi itu dimaksudkan untuk mengakomodasi Kasal Laksamana Yudo Margono yang tidak terpilih menjadi Panglima TNI. "Kalau itu motivasinya, tentu sangat tidak logis. Sebab, kursi kosong diisi semata untuk mengakomodasi seseorang, bukan karena kebutuhan organisasi," tutur Jamil dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (14/11/2021), seperti diberitakan Antara.

Ia menilai jabatan wakil panglima yang rumornya bakal diberikan ke Laksamana TNI Yudo Margono hal tersebut jelas-jelas atas pertimbangan politik.

Baca juga artikel terkait PANGLIMA TNI atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri