tirto.id -
Menurut Andi, pada 2014 lalu PDIP hampir menjadikan Samad calon wakil presiden Joko Widodo di Pilpres. Meski Samad akhirnya tak menjadi cawapres, namun langkah PDIP saat itu dianggap menjadi awal munculnya beragam masalah dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Sekarang cara itu digunakan kepada kader-kader Demokrat. Anda [Hasto] tidak hebat, anda perusak," kata Andi dalam akun Twitter pribadinya, Kamis (30/8/2018).
Andi menyatakan kemarahannya ke PDIP lewat akun Twitter karena dianggap kerap membajak kader Demokrat untuk menghadapi Pemilu 2019. Kemarahannya dituangkan melalui akun Twitter.
Menurut Andi, besar kemungkinan PDIP kerap membajak karena kualitas kader Demokrat dianggap lebih bagus. Ia juga curiga PDIP sengaja memanfaatkan sejumlah kader Demokrat yang masih memiliki kekecewaan karena gagalnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi kandidat di pemilu Presiden 2019.
"[PDIP] memanfaatkan kekecewaan yang sebagian masih ada di kader soal tidak majunya AHY. Kami sedang mencoba mengatasi ini," ujar Andi kepada Tirto.
Andi meminta Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP menertibkan partainya, terutama Sekjen Hasto Kristiyanto. Menurutnya, tak mungkin Megawati tidak tahu langkah yang dilakukan Hasto untuk mendapat dukungan dari kader-kader Demokrat di Pemilu 2019.
"Partai Demokrat partai besar, kami sudah punya posisi politik dalam Pilpres 2019, tolong Ibu Megawati tertibkan sekjen Hasto agar hubungan Demokrat dan PDI-P tidak makin memanas," kata Andi.
Sejumlah kader Demokrat memang telah menyatakan dukungan terhadap Jokowi di Pilpres 2019. Kader-kader Demokrat yang dimaksud adalah Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi, Soekarwo, Deddy Mizwar, dan Lucas Enembe.
Sikap sejumlah kader itu berbeda dengan posisi Demokrat di pemilu. Sebabnya, partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu telah memutuskan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di pilpres mendatang.
"Kalau PDIP gandrung bajak membajak lebih baik partainya berubah jadi klub sepakbola saja. Mumpung prestasi sepakbola lagi kurang bagus," kata Andi Arief lagi di twitternya.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Maya Saputri