Menuju konten utama

Analisis BMKG: Gempa Sumba Barat Daya Dibangkitkan oleh Sesar Naik

BMKG menjelaskan gempa Sumba barat daya yang terjadi pagi ini dibangkitkan oleh sesar naik

Analisis BMKG: Gempa Sumba Barat Daya Dibangkitkan oleh Sesar Naik
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6 SR telah mengguncang wilayah Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa pagi pukul 06.59.21 WIB.

Hasil analisis BMKG menunjukkan, informasi awal gempa bumi ini memiliki kekuatan M=6,2 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=6,0. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 10,4 LS dan 119,06 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 92 km arah barat daya Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Propinsi NTT pada kedalaman 47 km.

Berdasarkan laporan masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di daerah Tambolaka IV-V MMI, Waingapu, Sumbawa dan Bima III MMI. Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami, lanjutnya.

Hingga pukul 07.26 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya dua kali aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan M=5,2 dan M=3,2. Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Sementara pusat gempa, berada di 146 kilometer barat daya Sumba Barat Daya dan 103 km dari laut, dengan kedalaman 10 kilometer," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Waingapu Arief Tyastama.

Berdasarkan laman resmi BMKG, berikut gempa yang dirasakan pada skala Modified Mercalli Intensity (MMI):

- IV-V Tambolaka

- III Waingapu

- III Sumbawa

- III Bima

- II-III Tanariu, dan

- III Waikabubak

Arief menyebutkan, Hingga saat ini belum ada laporan tentang adanya kerusakan yang diakibatkan gempa di Sumba Barat Daya.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maya Saputri