Menuju konten utama
17 April 2018

Amoroso Katamsi, Aktor Pemeran Soeharto yang Tak Tergantikan

Amoroso Katamsi yang dikenal sebagai Jenderal Soeharto dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI itu wafat setelah dirawat di RS TNI Angkatan Laut Mintoharjo, Jakarta.

Ilustrasi Mozaik Amoroso Katamsi. tirto.id/Nauval

tirto.id - Aktor gaek Amoroso Katamsi meninggal dunia pada 17 April 2018, tepat hari ini 2 tahun lalu. Kabar meninggalnya aktor yang dikenal lewat perannya sebagai Jenderal Soeharto dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI itu mula-mula diketahui lewat cuitan Twitter sastrawan Goenawan Mohamad.

Amoroso meninggal sekitar pukul 01.40 WIB dan sempat dirawat di RS TNI Angkatan Laut Mintoharjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

"Amaroso Katamsi, aktor yg memerankan Presiden Suharto dlm pelbagai film, meninggal dinihari Selasa ini. Amaroso, seorang dokter TNI-AL, ikut grup teater yg dipimpin Sutradara Arifin C Noer sejak masih kuliah di Yogya. Ia bisa tampak menyatu dgn sosok yg diperankannya," tulis Goenawan Mohamad.

Berita meninggalnya Amoroso juga dikonfirmasi melalui akun Facebook anak perempuannya, Ratna Arumasari Katamsi.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang berpulang ke Rahmatullah ayahanda/eyang kami, dr Amoroso Katamsi, SpKj, Laksma (Purn) pada hari Selasa 17 April 2018 pk 01.40 di RSAL Mintohardjo. Rumah duka: Jl. Kamper no 9 Komp. AL Pangkalan Jati, Pondok Labu, JakSel," tulis Ratna dalam unggahan statusnya.

Amoroso Katamsi lahir di Jakarta pada 21 Oktober 1940. Meskipun publik mengenalnya sebagai aktor, Amoroso Katamsi mulanya adalah seorang dokter TNI AL. Saat remaja, neneknya meninggal akibat operasi yang gagal. Kejadian itu membuatnya terpukul, tapi juga memberinya ilham untuk menjadi dokter.

Selepas SMA, Amoroso Katamsi melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bersamaan dengan studinya, Amoroso Katamsi juga menekuni minatnya yang lain, seni peran. Semasa kuliah ia kerap ikut sandiwara radio RRI Yogyakarta.

Jalannya di dunia seni kian lempang saat ia bertemu dengan Rendra dalam sebuah lomba deklamasi puisi. Saat itu Rendra menjadi jurinya. Tertarik pada performanya, Rendra lantas mengajak Amoroso Katamsi bergabung dalam kelompok Studi Drama Jogja. Di sinilah kemudian ia berkenalan dengan Arifin C Noer yang kelak menawarinya main film Pengkhianatan G30S/PKI.

Berkali-kali Menjadi Soeharto

Atas beasiswa dari TNI AL, Amoroso Katamsi berhasil menyelesaikan pendidikan dokternya pada 1966. Usai lulus, ia diangkat menjadi dokter tentara berpangkat letnan. Ia kemudian berdinas di Cilacap sebelum akhirnya pindah ke Jakarta sekitar tahun 1970-an. Di Jakarta inilah ia kembali bertemu dengan Arifin C Noer.

Sejak itu, selain berdinas, Amoroso Katamsi kembali menekuni minat lamanya bermain peran. Ia bergabung dengan kelompok Teater Kecil yang dipimpin Arifin C Noer. Tak hanya berteater, ia juga memulai langkahnya di dunia film sejak bermain dalam film Cinta Abadi pada 1976.

Tahun berikutnya, ia kembali mendapat peran kecil di film Menanti Kelahiran—sebuah film drama bertema pendidikan seks. Film yang mendapuk Deddy Mizwar sebagai aktor utamanya ini cukup sukses. Film ini dicatat Perfini sebagai film terlaris kedua di bioskop-bioskop Jakarta dengan total 174.547 penonton selama penayangannya.

Amoroso Katamsi kemudian berturut-turut bermain dalam tujuh film, sebelum akhirnya mendapat peran ikonik sebagai Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto. Arifin C Noer yang memberinya peran itu untuk film Pengkhianatan G30S/PKI.

Film tersebut dirilis pada 1984 setelah melalui proses produksi selama dua tahun. Dalam film itu, ia dianggap sukses mengimitasi sosok Soeharto. Dalam proses pendalaman karakter, ia bertemu dan mengamati Soeharto selama sehari di peternakannya di Tapos, Bogor.

Dalam film itu, sosok Soeharto yang diperankannya dimunculkan sebagai pahlawan penumpas gerakan makar yang dituduh didalangi PKI. Di film itu digambarkan bagaimana Soeharto mengambilalih komando Angkatan Darat setelah Letnan Jenderal Ahmad Yani menghilang. Juga ditampilkan bagaimana Soeharto mengomando pasukannya untuk merebut kembali Bandara Halim Perdana Kusuma yang dikuasai PKI.

Film ini diakhiri dengan adegan pemakaman jenazah para jenderal yang ditemukan di Lubang Buaya. Soeharto—yang diperankan Amoroso Katamsi—tampil memberikan pidato kutukan atas G30S/PKI.

Infografik Mozaik Amoroso Katamsi

Infografik Mozaik Amoroso Katamsi. tirto.id/Nauval

Dikutip dari beberapa sumber, peran Amoroso sebagai Soeharto dalam film itu membekas di benak publik. Bahkan Ibu Tien sendiri pernah melontarkan pujian karena berhasil menirukan mimik dan gestur suaminya walau hanya sekali bertemu.

Film propaganda ini--di luar soal kontroversi dan kesalahan-kesalahan detail sejarahnya—memenangkan banyak penghargaan Festival Film Indonesia pada tahun 1984. Film Pengkhianatan G30S/PKI meraih beberapa penghargaan, antara lain skenario terbaik, penyutradaraan terbaik, tata musik terbaik, tata artistik terbaik, dan juga tata kamera terbaik. Amoroso Katamsi sendiri diganjar Piala Citra sebagai aktor terbaik.

Tak hanya sekali itu Amoroso melakoni peran sebagai Soeharto. Sebuah sekuel dari Pengkhianatan G30S/PKI yang berjudul Djakarta 1966 tayang pada 1988. Dalam film itu, sekali lagi Amoroso Katamsi didapuk memerankan Soeharto menjelang keluarnya Supersemar dan jatuhnya Sukarno.

Terakhir, ia kembali memerankan Soeharto dalam film Di Balik 98 yang tayang pada tahun 2015. Dalam film yang disutradarai oleh Lukman Sardi itu, ayah penyanyi Aning Katamsi ini berperan sebagai Soeharto menjelang kejatuhannya.

Di masa senjanya, Amoroso masih aktif terlibat dalam dunia seni peran. Ia memang tak lagi bermain film, tetapi lebih sering terlihat di layar televisi. Ia membintangi sejumlah sinetron laris seperti Tukang Bubur Naik Haji (2013), Orang-orang Kampung Dukuh (2017), dan Tuhan Beri Kami Cinta (2017).

Baca juga artikel terkait FILM G30SPKI atau tulisan lainnya dari Fadrik Aziz Firdausi

tirto.id - Humaniora
Penulis: Fadrik Aziz Firdausi
Editor: Maya Saputri