tirto.id - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menuding pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur merupakan hasil kajian pemerintah Cina, bukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI.
Bekas Ketua MPR itu menyatakan Cina berperan dalam program pemindahan ibu kota negara Indonesia sebagai upaya mendominasi dunia.
"Sesungguhnya memindah Jakarta bukan karena menunggu studi Bapenas, tapi Studi Beijing. Itu jelas sekali," jelas Amien dalam diskusi tentang rencana pemindahan ibu kota di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2019).
Amien berpendapat kedaulatan Indonesia terancam jika ibu kota negara pindah ke Kalimantan Timur. Ia beralasan Kaltim lebih dekat dengan Laut Cina dan Laut Cina Selatan. Namun, Amien menyampaikan hal itu tanpa data dan hasil studi.
Salah satu dasar Amien menyinggung Cina sebagai bagian dari rencana pemimdahan ibukota yakni melihat adanya garis lurus antara Kalimantan Timur dengan negara Cina. Oleh karena itu, Amien meminta Presiden Joko Widodo membatalkan rencana pemindahan ibu kota.
"Kalau mereka tetap akan pindah ibukota padahal dipersembahkan untuk Beijing," Ibuhnya.
Presiden Joko widodo telah mengumumkan lokasi ibu kota baru berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
"Berdasarkan riset tiga tahun. Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur," kata Jokowi di Istana, Senin (26/8/2019) siang.
Kedua wilayah itu dipiliha Jokowi lantaran risiko bencana minimal, baik banjir, gempa, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor.
Jokowi juga beralasan, "lokasi strategis, ada di tengah-tengah Indonesia." Secara geografis, jarak rata-rata Kalimantan Timur ke seluruh Provinsi di Indonesia memang cukup pendek, yakni 893 km--terpendek kedua di antara lima calon ibu kota lainnya, atau di bawah Kalimantan Tengah yang jarak rata-rata ke seluruh provinsinya sejauh 792 km.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Gilang Ramadhan