Menuju konten utama

Alumni 212 Kritik Jokowi Saat Demo Soal Yerusalem di Kedubes AS

Demo soal Yerusalem di Kedubes AS, yang digelar Alumni 212, juga mengkritik Presiden Jokowi kurang berani menentang pernyataan Donald Trump.

Alumni 212 Kritik Jokowi Saat Demo Soal Yerusalem di Kedubes AS
Peserta demo protes kebijakan Presiden AS Donald Trump di depan Kedutaaan Besar Amerika di Indonesia membawa bendera Palestina, Jakarta, Jumat (8/12/2017). tirto.id/Arimacs Wilander.

tirto.id - Presiden Joko Widodo didesak lebih berani untuk menyatakan perlawanan terhadap pernyataan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai "Ibukota negara Israel". Hal itu disampaikan oleh sejumlah orator Alumni 212 dalam demonstrasi di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, pada Jumat (8/12/2017).

Bukhari, salah satu orator, membandingkan presiden ketujuh Indonesia itu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang oleh mereka dianggap lebih berani menentang penindasan ke rakyat Palestina.

"Kita bisa bayangkan kalau presiden kita, Presiden Jokowi, punya nyali sedikit. Kalau beliau teriakan perlawanan dari Jakarta insyaallah kita akan mendengar sambutan dari Turki, kita akan mendengar dari Brunei Darussalam, dari Malaysia, dari Saudi Arabia dari Yordania," ujarnya.

Orator lainnya, Nurhali Bardah yang berasal dari Bekasi, juga menyampaikan hal serupa. Bahkan, dalam aksi selanjutnya yang direncanakan akan lebih ramai, ia berharap Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin dan Joko Widodo hadir untuk menyerukan perlawanan di depan Kedubes Amerika.

"Mudah-mudahan kementerian agama memberikan pimpinanya (Menteri Agama) untuk melakukan Intifadah (perlawanan) di depan kedutaan besar Amerika. Kalau perlu Bapak Jokowi yang melakukan Intifadah," ujarnya.

Seperti diketahui, hari ini ratusan massa umat Islam melakukan aksi demonstrasi menentang pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai "ibu kota Israel" pada 2 hari lalu.

Dari pantauan Tirto, ada dua massa yang mengadakan aksi di tempat yang sama, yakni gabungan massa dari Nahdatul Ulama pada pukul 13.30 hingga 15.30 serta masa Front Pembela Islam dan Alumni 212 yang berlangsung setelahnya.

Massa aksi dari NU sempat membentangkan spanduk mengutuk pernyataan Donald Trump dan membakar ban di depan Kedubes Amerika. Mereka juga meneriakkan perlawanan terhadap Donald Trump yang dianggap mengingkari keputusan damai Israel dan Palestina di Oslo, Kanada, tahun 13 September 1993 yang salah satunya diinisiasi oleh Amerika sendiri.

Hal serupa juga dilakukan oleh massa aksi dari FPI dan Alumni 212. Di jalan Medan Merdeka Selatan itu, mereka mengibarkan bendera Palestina dan spanduk sepanjang 10 meter bertuliskan "move your embassy to your own country!!!"

Presiden Joko Widodo sebenarnya telah mengumumkan kritik kerasnya terhadap pernyataan Trump. Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Jokowi hari ini juga meminta negara-negara muslim anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) agar bersatu menyampaikan pesan keras ke AS soal pengakuannya terhadap kota Yerusalem sebagai wilayah Israel.

“Pada saat menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Tunisia, Presiden menyampaikan bahwa negara-negara OKI, negara-negara muslim harus bersatu dan menyampaikan pesan yang keras kepada Amerika,” kata Retno di Istana Kepresidenan Bogor, pada hari ini sebagaimana dilansir laman Sekretariat Kabinet.

Baca juga artikel terkait YERUSALEM atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom