tirto.id - Pandemi memukul hampir sebagian besar industri, tak terkecuali asuransi. Namun, diharapkan industri ini bisa pulih lagi seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi, setelah pandemi.
"Secara keseluruhan industri asuransi seperti yang pernah disampaikan juga oleh asosiasi asuransi jiwa, premi ada penurunan sekitar 2,2 persen jadi memang ada perlambatan," jelas Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia, Karin Zulkarnaen kepada Tirto, Jumat, (9/10/2020)
Meski demikian, Karin melihat, selalu ada peluang pemulihan yang bisa dioptimalkan. Ia meyakininya setelah melihat pendapatan premi bruto Allianz yang masih tumbuh positif hingga kuartal dua tahun ini.
"Allianz masih membukukan pertumbuhan positif. Jadi sampai Q2 semester 1 2020 kita masih mendapatkan pertumbuhan positif. Pendapatan premi bruto kita itu bertumbuh sebesar 25 persen," jelas dia.
Untuk menjaga pertumbuhan positif, Allianz menerapkan sejumlah strategi dengan beberapa adaptasi pada masa pendemi ini. Karin mengungkapkan, salah satu adaptasi Allianz adalah meluncurkan produk baru yang menyasar pasar affluent yang dianggap ekonominya tak banyak terdampak pandemi virus Corona.
"Premi ada penurunan di industri tapi kalau di Allianz bisa tumbuh ini kenapa bisa beda sendiri, mungkin yang pertama itu banyak hal yang kita ubah dan kita adaptasikan sejak pandemi. Contohnya kita luncurkan produk baru yang menyasar pasar affluent yang mungkin secara perekonomian enggak banyak terganggu dari pandemi. Dari segmen itu kita berhasil dapatkan bisnis grup," jelas dia.
Terobosan lainnya adalah pemasaran tanpa tatap muka melalui digital face to face. Ini dikarenakan selama masa PSBB, agen asuransi tidak bisa bertemu langsung dengan para calon nasabahnya.
"Juni ini kita jadi perusahaan asuransi yang pertama yang mendapatkan persetujuan dari OJK untuk bisa menjual produk digital face to face. Misalnya melalui video conference seorang agen bisa menjelaskan produk kepada calon nasabahnya dan direkam" katanya.
"Pengumpulan data nasabah sampai menerima polis tanpa ketemu fisik. Dengan keadaan seperti ini kita jadikan kesempatan untuk berinovasi ke pelayanan yang lebih baik. Jadi pertumbuhan, kualitas, pengalaman semua harus kita transformasi dan ubah. Sehingga semua bisa kita lakukan secara digital," jelas dia.
Peluang Pasca-Pandemi
Di sisi lain, Karin melihat kondisi pandemi virus Corona ini justru mendorong orang semakin terbuka terhadap layanan asuransi kesehatan. Menurutnya, tingginya biaya pengobatan yang timbul belakangan ini bakal membuka mata masyarakat betapa pentingnya meluangkan penghasilannya untuk kebutuhan asuransi.
Kondisi ini tentu akan jadi momentum yang baik untuk kelangsungan industri asuransi di masa depan.
"Di masa pandemi ini dengan adanya awareness terhadap kesehatan dan biayanya juga enggak murah, malah memantapkan kebutuhan terhadap asuransi. Jadi salah satu pembuktian supaya masyarakat Indonesia lebih familiar lagi dengan asuransi, jadi saya yakin setelah pandemi ini akan growing lagi," terang dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti