tirto.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menjelaskan alasan Taman Nasional Komodo masih menggunakan sistem buka tutup. Menurut Sandi, kebijakan itu dibentuk demi konservasi Komodo.
"Poinnya sebenarnya lebih ditata untuk menjaga keberlanjutan," kata Sandi dalam acara "The Weekly Brief with Sandi Uno" (WBSU) secara daring, Senin (29/7/2024).
Sandi menuturkan bahwa keberlanjutan dan kelestarian ekosistem sangat penting demi menjaga iklim pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Timur itu. Menurutnya, jika Komodo tak dirawat dengan baik dan terancam punah, maka secara bersamaan pariwisata alam itu akan ikut tutup.
"Jangan sampai karena pariwisata maka atraksinya menjadi rusak, kalau rusak maka daya tariknya apa lagi," kata dia.
Kementerian Pariwisata saat ini menekankan kebijakan pariwisata berkelanjutan. Dengan kebijakan tersebut, menurut Sandi, ekosistem alam dan pariwisata dapat berjalan beriringan saling menguntungkan.
"Karena tentunya dengan strategi dan menjaga juga jadi bagian dari pariwisata berkelanjutan," katanya.
Sandi juga berharap melalui perkembangan digital saat ini Taman Nasional Komodo dapat meningkatkan diri dengan menjual tiketnya secara daring.
Salah satu contoh area wisata berskala internasional yang telah melakukan penjualan tiket secara daring adalah Candi Borobudur. Dia menyinggung jumlah wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo mencapai 1200 orang per hari.
"Karena sekarang digitalisasi, saya sih yakin digitalisasi menjadi keniscayaan," kata dia.
Direktur Utama (Dirut) Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOL BF), Frans Teguh, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan aplikasi SiOra untuk pelayanan jual beli tiket di Taman Nasional Komodo.
"Jadi ini masih dalam tahap percobaan, jadi saya kira kita akan mengarah ke digitalisasi seperti yang disampaikan oleh Mas Menteri [Sandiaga Uno)," kata Frans.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Irfan Teguh Pribadi