Menuju konten utama

Alasan BPPTKG Perluas Zona Bahaya Erupsi Gunung Merapi & Dampaknya

Alasan perluasan zona bahaya erupsi Merapi ini karena ada perubahan topografi lereng akibat aktivitas erupsi Merapi.

Alasan BPPTKG Perluas Zona Bahaya Erupsi Gunung Merapi & Dampaknya
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat pada sore ini 9 Desember 2021. (FOTO/BPPTKG)

tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mulai Rabu (27/1/2022) telah memperluas zona bahaya erupsi Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jogja dan Jawa Tengah.

BPPTKG menginformasikan bahwa berdasarkan perkembangan terbaru, saat ini potensi bahaya erupsi Gunung Merapi berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Kemudian, pada sektor Tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Sebelumnya, potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro dan sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Perubahan atau perluasan zona bahaya erupsi Gunung Merapi tersebut disampaikan BPPTKG dalam surat edaran nomor 29.Lap/GL.03/BGL/2022 tentang Pemutakhiran Rekomendasi Status Aktivitas Siaga pada 26 Januari 2022.

BPPTKG dalam surat tersebut menjelaskan alasan perluasan zona bahaya erupsi Merapi ini karena ada perubahan topografi lereng akibat aktivitas erupsi Merapi yang berpengaruh pada potensi bahaya guguran dan awan panas.

Dengan menggunakan data topografi terbaru, hasil pemodelan menunjukkan apabila kubah lava barat daya longsor secara masif, maka akan menimbulkan awan panas guguran ke Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 6,3 km dan ke Sungai Boyong sejauh 3,9 km.

Lantas, untuk kubah lava tengah, apabila longsor secara masif, maka awan panas guguran ke arah Sungai Gendol akan mencapai jarak 5 km dan ke Sungai Woro sejauh 3 km.

Padahal, saat ini kubah lava Gunung Merapi di tengah kawah dan barat daya masih terus tumbuh dengan laju rata-rata masing-masing sebesar 5.000 m3/hari dan 10.000 m3/hari. Pada 20 Januari 2022 volume kubah tengah kawah terhitung sebesar 3.007.000 m3 dan kubah lava barat daya sebesar 1.670.000 m3.

Lantas, selama 2021 berdasarkan data BPPTKG sudah terjadi guguran lava/rockfall (RF) sebanyak 61.446 kali dan awan panas guguran (APG) sebanyak 424 kali dari Gunung Merapi.

Aktivitas dominan bersumber dari kubah Barat Daya. Arah luncuran RF dan APG pada awal aktivitas, yaitu Januari-awal Juli 2021, dominan ke Sungai Boyong dengan jarak luncur maksimal 3,2 km.

Kemudian terjadi perubahan arah luncuran hingga saat ini ke arah Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 3 km. Sedangkan aktivitas pada kubah tengah kawah, di akhir Juni terjadi RF dan AP ke arah tenggara yaitu Sungai Gendol dengan jarak luncur maksimal 3 km.

"Intensitas data pemantauan seismik internal (VT dan MP) dan deformasi dalam fase erupsi ini cukup signifikan namun tidak meningkat secara menerus. Ekstrusi magma diperkirakan masih akan berlangsung dengan tipe erupsi cenderung bersifat efusif," tulis BPPTKG.

Dengan rekomendasi dan perubahan zona bahaya tersebut, masyarakat diimbau agar tidak beraktivitas di daerah potensi bahaya tersebut mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Sementara itu, untuk status Gunung Merapi saat ini, BPPTKG menegaskan bahwa status Merapi masih tetap berada di level III atau siaga.

Baca juga artikel terkait GUNUNG MERAPI HARI INI atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya