Menuju konten utama

Alasan Bos Grab Holdings Lakukan PHK 1.000 Karyawan

CEO Grab Anthony Tan mengklaim PHK bukanlah jalan pintas menuju profitabilitas tetapi reorganisasi strategis untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis.

Alasan Bos Grab Holdings Lakukan PHK 1.000 Karyawan
GrabElectric telah meraih capaian 100 juta kilometer pertama. (FOTO/Dok. Grab)

tirto.id - Grab Holdings yang berkantor di Singapura (GRAB) melakukan pemutusan hubungan (PHK) terhadap 1.000 atau 11 persen dari jumlah karyawannya. Salah satu alasan pemangkasan tersebut karena perlunya mengelola biaya dan memastikan layanan yang lebih terjangkau dalam jangka panjang.

CEO Grab Holdings Anthony Tan menuturkan, pemangkasan merupakan yang terbesar sejak dimulainya pandemi. Dia mengklaim langkah tersebut bukanlah jalan pintas menuju profitabilitas tetapi reorganisasi strategis untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis. Alasan tersebut disampaikan Anthony Tan dalam surat yang dikirim ke karyawan pada Selasa malam.

"Perubahan tidak pernah secepat ini. Teknologi seperti AI (kecerdasan buatan) generatif berkembang dengan sangat cepat. Biaya modal telah meningkat, yang secara langsung berdampak pada lanskap persaingan," kata Tan dalam surat tersebut dikutip dari Reuters, Rabu (21/6/2023).

Lebih lanjut, dia mengklaim tanpa adanya PHK grab berhasil mengelola biaya dan akan mencapai target di titik impas EBITDA disesuaikan dengan grup tahun ini. SuperApp yang didirikan pada tahun 2012 ini menawarkan layanan pengantaran, transportasi, dan layanan keuangan di delapan negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sahamnya naik 4,7 persen sebelum pasar dibuka setelah pengumuman Tan kepada para stafnya. Saham ini telah naik sebanyak 5,6 persen sebelum pembukaan pasar, memperpanjang kenaikan sebelumnya karena laporan Bloomberg News tentang pemangkasan tersebut.

PHK ini mengikuti langkah serupa yang dilakukan tahun lalu oleh perusahaan teknologi Indonesia, GoTo (GOTO.JK), yang menawarkan layanan transportasi, e-commerce dan keuangan. Perusahaan ini telah melakukan pemotongan biaya yang ketat, termasuk memangkas 12 persen tenaga kerjanya pada tahun 2022. Perusahaan ini memberhentikan 600 staf pada bulan Maret.

CEO yang akan datang berencana untuk memimpin perusahaan hanya untuk sementara dan berhenti setelah profitabilitas membaik, sumber mengatakan kepada Reuters minggu lalu. Pada Mei, Grab melaporkan kerugian kuartalan sebesar 250 juta dolar AS, tetapi mengatakan bahwa pendapatan pada kuartal pertama tahun ini naik 130,3 persen menjadi 525 juta dolar AS dari tahun lalu.

Pada Februari, Grab mengeluarkan perkiraan yang optimis untuk pendapatan setahun penuh pada tahun 2023 dan memajukan jadwal profitabilitasnya.

Pemutusan hubungan kerja terakhir yang dilakukan Grab yang terdaftar di AS terjadi pada tahun 2020, ketika 360 orang diberhentikan sebagai dampak dari pandemi. Perusahaan ini memiliki 11.934 karyawan pada akhir 2022, termasuk sekitar 2.000 karyawan dari akuisisi jaringan toko kelontong tahun lalu, demikian ungkap laporan tahunan terbarunya.

Pada September tahun lalu, perusahaan ini mengatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal meskipun pasar sedang melemah. Pada bulan Desember, Tan mengatakan kepada para stafnya bahwa perusahaan membekukan sebagian besar perekrutan, kenaikan gaji manajer senior, dan memotong anggaran perjalanan dan pengeluaran.

Baca juga artikel terkait GRAB atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin