Menuju konten utama

Aktivitas Otak Pecandu Pornografi Mirip Pecandu Narkoba

Ada tiga bagian otak para pecandu narkoba yang reaksinya mirip pecandu pornografi.

Aktivitas Otak Pecandu Pornografi Mirip Pecandu Narkoba
Ilustrasi menonton film porno. FOTO/Istock

tirto.id - Jika Anda termasuk orang yang menganut pedoman “pornografi adalah seni” sebagai pledoi atas hobi mengonsumsi produk pornografi, lebih baik siapkan pledoi yang lain. Jauh lebih baik lagi jika bisa menghentikan hobi tersebut. Mengapa?

Jika dengan menikmati seni dan mempelajari seni dapat mengembangkan kemampuan otak kanan, maka tidak dengan menikmati pornografi. Banyak penelitian yang menyelidiki aktivitas otak para pecandu seks menemukan bahwa aktivitas otak pecandu pornografi memiliki banyak kesamaan dengan para pecandu narkotika.

Salah satu studi dilakukan oleh Wellcome Trust dari Departemen Psikiatri di University of Cambridge. Studi itu membandingkan aktivitas laki-laki yang kecanduan pornografi dengan relawan yang sehat.

Penelitian ini menggunakan alat bernama Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengamati perubahan aktivitas otak yang disebabkan menonton video porno. Hasil yang diterbitkan pada jurnal PLoS One menyatakan, otak relawan yang menonton video porno menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi di tiga bagian otak: striatum ventral, dorsal anterior cingulate dan amigdala.

Striatum ventral merupakan bagian yang terlibat dalam proses reward dan motivasi. Sementara cingulate anterior dorsal terlibat dalam mengantisipasi penghargaan dan keinginan obat. Sedangkan amigdala terlibat dalam pengolahan signifikansi peristiwa dan emosi.

Ketiga bagian tersebut merupakan daerah yang juga bereaksi aktif pada para pecandu narkotika ketika diberi rangsangan obat. Dr. Valerie Voon, dari University of Cambridge, seperti dirilis BBC, menyatakan orang-orang yang sebelumnya terkena narkotika semakin besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi pecandu.

"Ada perbedaan yang jelas dalam aktivitas otak antara pasien yang memiliki perilaku seksual kompulsif dan relawan yang sehat. Perbedaan ini tercermin seperti para pecandu narkoba.”

Risiko Psikologis Pornografi

Pornografi, baik berupa gambar maupun video dianggap sebagai masalah utama pada kesehatan jiwa penduduk dunia saat ini. Pornografi tak hanya memicu ketagihan serius, namun juga membentuk pergeseran emosi dan perilaku sosial masyarakat.

Menurut Prof Victor B. Cline, periset psikososial dan pornografi, terdapat empat tahapan perkembangan kecanduan seksual di kalangan konsumen pornografi. Pertama, adiksi yaitu ketagihan atau kecanduan setelah menyelesaikan aktivitas menikmati pornografi.

Kedua, eskalasi yaitu peningkatan kualitas ketagihan menjadi perilaku yang semakin menyimpang, misalnya seks dengan kekerasan, hingga dengan hewan bahkan mayat. Ketiga, desentisisasi yaitu menipisnya sensitifitas dan pecandu kian permisif dan kebal dengan segala sesuatu yang berbau porno, karena dianggap sebagai hal yang lumrah.

Terakhir, acting out yaitu dorongan untuk mulai mempraktikkan apa yang selama ini mereka konsumi: mencari pasangan bersetubuh dan melakukan adegan-adegan yang disukai dari produk-produk pornogrrafi yang ditonton.

Penelitian yang dilakukan pada tikus jantan dan tikus betina yang diletakkan pada satu kandang dapat menganalogikan tahapan kecanduan seksual pada manusia. Pertama kali disatukan, tikus jantan mengalami ereksi dalam waktu singkat. Namun semakin lama masa kebersamaan mereka, semakin lama pula tikus jantan berereksi, walaupun betinanya menunjukkan sikap aktif.

Saat tikus betina diganti dengan tikus betina lain secara berkala, maka tikus jantan kembali menunjukkan perilaku berhasrat seperti sedia kala. Efek ini disebut efek coolidge, respon yang otomatis terjadi pada aktivitas erotis yang baru. Ini mirip perilaku yang sama dalam kecanduan menonton video porno.

Paula Hall, Ketua Asosiasi Pengobatan Kecanduan Seks, seperti dilansir BBC, melihat adanya peningkatan jumlah anak muda yang tidak bisa mempertahankan ereksi karena secara intensif mengonsumsi pornografi. “Batas gairah mereka naik sehingga tidak melakukan lagi aktifitas pornografi yang sudah pernah dinikmati," ujar Paula Hall.

Pornografi terbukti mengurangi aktivasi otak terhadap rangsangan seksual. Kajian literatur Angkatan Laut Amerika Serikat melaporkan, sejak tahun 2010 terdapat peningkatan disfungsi seksual pada anak muda, yakni libido yang rendah.

Infografik Overdosis Pornografi

Dampak Pornografi Bagi Anak

Bagi anak-anak di bawah umur, masalah kecanduan pornografi ini kian runyam karena pornografer mengaktifkan jaringan seks terlalu dini. Enam jenis hormon yakni dopamine, norephineprine, testosteron, oxytocin, vasopressin dan serotonine yang seharusnya aktif pada saat hubungan seks pada pasangan yang menikah resmi, kini aktif pada anak dan tanpa pasangan.

Konsumsi pornografi secara terus menerus akan memupuk delta fosB di otak dan menyebabkan kecanduan. Ini menjelaskan mengapa para pecandu pornografi, terutama anak-anak, akan susah lepas dari kecanduan. Karena walau sudah berhenti mencandu, ketika diberi sedikit rangsang saja maka akan mudah terpantik karena delta fosB yang telah aktif.

Bagian otak bernama Pree Frontal Cortex (PFC) akan rusak ketika anak melihat pornografi. PFC yang berada di alis kanan ini adalah pusat nilai yang membedakan antara manusia dengan hewan.

“Seusai mengonsumsi pornografi, maka tampilan visualnya dikirim ke otak bagian belakang, yang disebut respondent. Karena respondent seharusnya belum berfungsi maka anak kaget,” ujar Psikolog Anak, Elly Risman.

Seiring seringnya video maupun gambar pornografi melewati PFC, maka bagian yang berfungsi sebagai pusat moral dan nilai ini akan menciut. Akibatnya akan ada dorongan seks yang tidak terkendali dan otak menjadi rusak karena kecanduan.

“Proses melihat pornografi sama dengan bersetubuh, maka anak yang melihat pornografi mereka bersetubuh dengan gambar-gambar,” papar Elly Risman lagi.

Baca juga artikel terkait PORNOGRAFI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Zen RS