Menuju konten utama

Akomodasi Kelompok Rentan, MRT akan Luncurkan Pin Penanda Khusus

Akses kelompok rentan terhadap transportasi publik menjadi salah satu perhatian MRT.

Akomodasi Kelompok Rentan, MRT akan Luncurkan Pin Penanda Khusus
Rangkaian kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus-Bundaran HI melintas di Stasiun Fatmawati, Jakarta, Rabu (8/5/2019). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.

tirto.id - Seperti akses Mass Rapid Transit (MRT) di negara-negara maju, PT MRT Jakarta sudah membekali Ratangga dengan fasilitas ramah kelompok rentan. Desain stasiun dan lintasannya juga dibuat tahan gempa dan banjir.

Fasilitas MRT didesain untuk membuat orang nyaman naik kendaraan umum, betah berjalan kaki di jalur-jalur pedestrian, dan peduli terhadap kelompok rentan. Fasilitas stasiun MRT sudah dilengkapi akses naik-turun tangga yang digantikan oleh lift, pintu pengetapan akses kursi roda, braille dalam lift, dan jalan yang dilengkapi blok taktil.

Selain itu MRT juga menyediakan layar informasi, suara pengumuman, peron dan pintu masuk gerbong yang sejajar, jalur landai akses kursi roda, lampu penanda pintu kereta untuk akses disabilitas tuli, toilet disabilitas, dan tempat duduk prioritas sebanyak 12-16 kursi per gerbong. Tiap rangkaian kereta terdapat ruang kursi roda dan kereta bayi di gerbong tiga dan empat, serta tentu saja gerbong khusus perempuan.

“Ke depannya kita akan buat semacam pin untuk kelompok rentan agar mudah diidentifikasi dan mendapat hak fasilitas khusus,” ujar Direktur Operasi dan Perawatan MRT Muhammad Effendi, Jumat (15/11/2019).

Fasilitas untuk Kaum Rentan

Kemudahan fasilitas tersebut diungkap pula oleh Hernawati, 40 tahun, seorang pengguna kursi roda. Sehari-hari untuk berangkat kerja Herna biasa menggunakan jasa layanan TransCares, layanan transportasi dari TransJakarta untuk kelompok disabilitas.

Tapi lantaran layanan ini harus dipesan terlebih dulu, beberapa kali Herna tidak mendapat kuota. Akhirnya ia memilih menggunakan MRT Jakarta menuju rumahnya di kawasan Bintaro.

“Aksesnya lebih mudah dibanding Busway karena turun lift langsung bisa pesan taksi daring,” ungkapnya kepada Tirto.

Turun di Lebak Bulus, ia cukup melanjutkan perjalanan menggunakan taksi dengan biaya sebesar Rp20.000. Biasanya, jika menggunakan taksi dari tempat kerja di Sarinah ke Bintaro, Herna bisa mengeluarkan ongkos sekitar Rp200-an ribu sekali jalan.

PT MRT Jakarta menargetkan pada 2023 nanti menjadi operator kelas dunia setara dengan Jepang, Hong Kong, dan Singapura. Target tersebut sudah dipersiapkan dari sekarang. Misalnya, konstruksi stasiun dan lintasannya dibuat tahan gempa hingga 9 skala richter. Sementara desain bawah tanah dirancang berdasar proyeksi banjir 200 tahunan.

Guna menjaga suhu udara tetap aman, MRT Jakarta dilengkapi menara pendingin dan ventilasi. Temperatur distabilkan dengan jeda waktu saat kereta berhenti, sebelum pintu akhirnya terbuka.

Saat ini di tiap-tiap stasiun MRT juga tengah berlangsung pemeriksaan ganda yang sudah dimulai dari tanggal 13 November kemarin.

“Mungkin agak tidak nyaman, tapi itu dilakukan agar penumpang tidak kena ancaman bahaya,” ungkap Effendi.

Baca juga artikel terkait MRT JAKARTA atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Ivan Aulia Ahsan