Menuju konten utama

Akhir Konami di Mesin Konsol

Pernah menjadi salah satu perusahaan game terbaik dunia dengan berbagai franchise game unggulan. Kini Konami semakin dilupakan. Pertikaian dengan Hideo Kojima dan pembatalan beberapa proyek game yang pernah digarap membuat perusahaan ini menjadi semakin ditinggalkan.

Akhir Konami di Mesin Konsol
Stan Konami di Video Game Expo di Los Angeles, CA. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Sebuah kota yang sepi. Kabut dan lanskap tanah yang basah. Di satu restoran, Anda menemukan radio rusak, ia tak memberikan saluran apapun kecuali sesekali bunyi serak yang mengganggu. Bunyi itu makin nyaring, semakin nyaring, dan dari jendela monster dengan bentuk kelelawar muncul.

Anda menembakkan pistol dan teror dari kota di dunia paralel lain muncul. Itu adalah salah satu fragmen dalam game horor legendaris Silent Hill. Sebuah game horor dengan penjualan terbaik dan menjadi franchise paling dikenal di dunia.

Jika Anda mengenal Silent Hill, Anda pasti akan mengenal Castlevania, Dance-Dance Revolution, dan Metal Gear Solid, game-game legendaris yang diproduksi Konami. Perusahaan Game asal Jepang ini berdiri pada 1969 dan bergerak dalam produksi Jukebox.

Beberapa tahun kemudian, mereka memproduksi mesin game dalam format video game arcade pada 1978. Perusahaan ini mulai bangkit pada 1980 dan mengembangkan produksinya ke luar Jepang. Ketika mesin konsol awal seperti Nintendo Entertainment System muncul, Konami telah menyiapkan game-game mereka.

Kelvon Yeezy pada Hongkiat.com menuliskan cerita di balik nama Konami yang berasal dari gabungan suku kata pertama dari nama keluarga pendiri perusahaan ini. Mereka adalah Kagemasa Kozuki, Yoshinobu Nakama, dan Tatsuo Miyasako. Selain Kōzuki, pendiri Konami semuanya sudah mengundurkan diri.

Diketahui pula bahwa "Mi" dalam Konami berasal dari huruf pertama nama pendirinya, Hiro Matsuda, and Shokichi Ishihara. Dalam wawancara dengan harian Nikkei Shimbun, Kōzuki mengatakan bahwa "Konami" (ombak kecil) lebih baik daripada "Ōnami" (ombak besar). Konami juga telah mempunyai bisnis klub kebugaran dan fitness center.

Game yang diciptakan Konami boleh jadi revolusioner pada masanya. Game spionase seperti Metal Gear, tembak menembak seperti Contra, dan dash-and-slash seperti Castlevania. Selain game, ada beberapa lini bisnis yang dikembangkan oleh Konami, misalnya digital entertaiment, health & fitness, gaming & systems, dan Pachislot & Panchinko Machines.

Enam tahun terakhir, lini bisnis digital entertainment merupakan yang paling banyak menyumbang pendapatan. Pada 2010, nilainya mencapai 142.650 juta yen, dan terendah pada 2015 dengan nilai 96.967 juta yen.

Pendapatan dan pemasukan Konami beberapa tahun terakhir memang mengalami kemunduran. Ada banyak penyebabnya. Pembatalan beberapa game seperti Silent Scope Reboot, Contra Spirits 64, Konami Rally, Silent Hill 3, dan Metal Gear Solid: Peace Walker, membuat banyak penggemar Konami berang. Puncaknya adalah pembatalan Silent Hill terbaru yang dikembangkan bersama Guillermo del Toro dan dibintangi oleh Norman Reedus.

Tiga tahun terakhir lini bisnis gaming & systems dari konami mengalami penurunan yang besar. puncaknya pada 2015 yang hanya 73.340 juta yen dibanding pada 2010 sebesar 85.765 juta yen. Ada dugaan bahwa menurunnya pendapatan Konami karena mereka fokus pada pengembangan Metal Gear Solid 5: The Phantom Pain.

Game yang diciptakan Hideo Kojima ini menghabiskan dana sebesar 80 juta dolar atau 10 miliar yen. Ongkos yang besar ini membuat Konami mencari pendapatan sampingan lain dan fokus pada pengembangan game ponsel yang lebih murah dan lebih cepat memperoleh uang.

Ben Skipper di Ibtimes menulis bahwa ada laporan dari Nikkei yang menyebut ada perubahan semangat kerja di Konami. Kesuksesan game ponsel Dragon Collection pada 2010, membuat perusahaan itu tak lagi membertimbangkan game konsol sebagai lini bisnis utama.

Kojima, salah satu pencipta game terbaik dunia yang bekerja untuk Konami, merasa tak lagi cocok. Ada berbagai gosip yang kemudian membuat Konami dipojokkan. Misalnya tim Hideo Kojima yang diawasi bahkan ketika makan siang dan jika mereka beristirahat melebihi jam kerja akan dipermalukan di perusahaan.

Konami bukannya tidak bisa memperoleh uang dari game konsol. Tim riset Tirto mencatat ada beberapa game konsol yang laris dan mampu memberikan keuntungan kepada Konami. Game seperti Winning Eleven/Pro Evolution Soccer terjual 86,8 juta kopi, Metal Gear Series 49,2 juta, Yu-Gi-Oh! 21,8 juta, dan Castlevania 20 juta kopi. Game konsol terakhir yang paling laris dari Konami adalah Metal Gear Solid V pada akhir Desember 2015 terjual sebanyak enam juta kopi.

Ollie Barder pada 2015 mengatakan bahwa untuk mencapai break even point, Konami mesti menjual Metal Gear Solid V sebanyak enam juta kopi. Hingga hari ini, game tersebut masih terus terjual dan artinya memberikan keuntungan.

Sayang, Konami memutuskan membuat sekuel terbaru Metal Gear dengan label Metal Gear Survive. Bahkan sebelum game ini muncul banyak orang yang mengkritik dan menganggap game ini akan buruk karena tak lagi disutradarai oleh Hideo Kojima. Pada satu kesempatan, Kojima bahkan menyebut Zombie tak pernah ada di Metal Gear Universe.

Geek.com pada Juni lalu menurunkan laporan betapa menyedihkannya penampilan presentasi Konami di Electronic Entertainment Expo (E3). Stand Konami berada di salah satu lorong sepi dan hanya menampilkan beberapa game seperti Pro Evolution Soccer. Tak ada gemilang dan pesona seperti saat mempromosikan Metal Gear Solid.

Padahal jika mau, dengan memanfaatkan reputasinya sebagai franchise legendaris, Konami bisa kembali berjaya di pasar game konsol. Tapi mereka memutuskan tak lagi ingin terjun ke bisnis ini dan fokus pada pengembangan mesin Panchinko dan game ponsel.

Ini mungkin akhir dari konami. Setelah membuat malu Kojima dengan menghadirkan Metal Gear Survive, juga membunuh Silent Hill, kita tak akan lagi bisa berharap game seperti Suikoden akan digarap ulang untuk mesin generasi baru seperti PS4.

Bagi para penggemar dan para penikmat game produksi Konami, ini waktu yang tepat untuk menziarahi kembali game unggulan mereka di masa lalu sembari mengucapkan doa dan selamat tinggal.

Baca juga artikel terkait GAME atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Hobi
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani