Menuju konten utama

Ahok Ngotot Banjir Jakarta Timur Akibat Normalisasi Mandeg

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyatakan banjir di Jakarta Timur terjadi karena ada program normalisasi sungai mandeg di sana. 

Ahok Ngotot Banjir Jakarta Timur Akibat Normalisasi Mandeg
Banjir setinggi hampir 1 meter melanda kawasan padat penduduk di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Senin, (20/2/2017). Banjir yang disebabkan meluapnya Sungai Sunter tersebut merendam sekitar 600 rumah warga. Tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ngotot mengklaim bahwa banjir di Jakarta Timur akibat belum selesainya proyek normalisasi sungai. Ia membantah anggapan bahwa banjir itu terjadi karena ada tanggul jebol di Bekasi.

“Kali Sunter kan kita belum normalisasi. Termasuk Halim, kan kita mau bikin waduk juga. Ciliwung kan kirimannya besar, makanya kita minta sodetan itu yang di Bidaracina yang digugat itu lho. Karena hitungannya, itu akan bagikan 600 meter kubik per detik kalau ada sodetan itu. Sodetan itu kan terlambat, mesin bor kita enggak bisa kerja, gara-gara gugat menggugat. Enggak ada pilihan sebetulnya (selain melakukan normalisasi),” kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, pada Selasa (21/2/2017).

Ahok mencontohkan saat ini Pasar Ikan tidak banjir sebab sudah dibangun tanggul di sana.

“Coba kalau saya enggak bikin tanggul, tenggelam ini. Nah kalau dia tenggelam, masuk ke pompa pasar ikan, ini air datang, tenggelam Jakarta,” kata dia.

Menurut Ahok selama ini Pemerintah DKI Jakarta sudah membersihkan 1967 saluran air. Saluran-saluran air itu mampu menampung limpasan air hujan yang turun seharian penuh. Tapi, menurut Ahok, apabila hujan deras terus turun lebih dari sehari, “Ya kayak gelas diisi air, pasti meluber.”

Senada dengan Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saeful Hidayat menambahkan bahwa banjir yang terjadi di Jakarta Timur, khususnya di Cipinang Muara, terjadi akibat proyek normalisasi sungai yang belum selesai.

“Normalisasi itu harus tetap, karena dapat dilihat di lokasi bahwa banyak rumah yang berdiri di bantaran sungai sehingga pasti saat ada limpahan air dari Bogor dari Sunter seperti ini, ya pasti mereka akan kena, apalagi hujannya ekstrem maka normalisasi harus kita lakukan seperti ini engga ada yang lain,” kata Djarot saat mengunjungi lokasi banjir di Cipinang Muara hari ini.

Ihwal banjir yang dianggap berkurang dibanding banjir sebelumnya pada tahun 2007 dan 2012, menurut Djarot dikarenakan proyek normalisasi yang sudah berjalan hingga 40%. Djarot mengatakan jumlah titik banjir di Jakarta tahun ini berkurang dibanding tahun sebelumnya yang mencapai empat ratusan. Kecepatan surutnya air juga meningkat. Normalisasi sungai memang belum selesai, tapi perubahan sudah terjadi.

“Kalau (normalisasi) Kali Sunter belum selesai seluruhnya termasuk Kali Ciliwung, ini kan termasuk dalam tembusan dibuang ke BKT (Banjir Kanal Timur), kalau ini dicepetin (dipercepat) begitu dilempar ke BKT dampaknya otomatis berkurang,” ujar Djarot.

Konsekuensi normalisasi sungai pasti relokasi permukiman warga. Karena itu, Djarot mengimbau para warga, yang bermukim di dekat sungai, secepatnya melengkapi surat-surat keterangan kepemilikan bangunan dan tanahnya. Surat kepemilikan itu, kata Djarot, memudahkan pemprov DKI Jakarta mengganti jumlah kerugian warga korban penggusuran.

“Banyak wilayah di Indonesia di jawa banjirnya luar biasa. Sekarang berapa titik banjir di sini, dan cepat surut. Artinya program normalisasi dua tahun terakhir betul. Jadi tidak perlu banyak wacana, yg penting normalisasi sekaligus program kita untuk bikin sumur resapan buka ruang terbuka hijau dan embung seperti yang telah kita lakukan,” ujar Djarot.

Baca juga artikel terkait BANJIR JAKARTA atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Addi M Idhom