Menuju konten utama

'Ahok' jadi 'BTP': Mengubah Citra Diri Secara Ekstrem

Ahok ingin masyarakat memanggilnya BTP saja. Dari sisi branding, mengubah nama artinya siap pula mengubah karakter.

'Ahok' jadi 'BTP': Mengubah Citra Diri Secara Ekstrem
Gubernur Jakarta Basuki

tirto.id - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan bebas hari ini, Kamis (24/1/2019). Ahok akan keluar dari Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, setelah menjalani hukuman penjara selama dua tahun dikurangi remisi 3,5 bulan dalam kasus penistaan agama.

Beberapa hari sebelum bebas, ia meminta masyarakat tak lagi memanggilnya dengan sebutan 'Ahok'. Ia ingin dipanggil 'BTP' saja. Permintaan itu ia sampaikan melalui surat tulis tangan dan diunggah oleh akun Instagram tim Basuki Tjahaja Purnama (BTP), @basukibtp, Kamis (17/1/2019) lalu.

"Saya keluar dari sini [Mako Brimob] dengan harapan panggil saya BTP, bukan Ahok."

Nama Ahok diberikan oleh sang ayah, Indra Tjahaja Purnama. Kata Ahok, mengutip Merdeka, ayahnya sebetulnya memberi nama Banhok. "Ban" itu artinya puluhan ribu, sementara "Hok" berarti belajar.

Indra memberikan nama panggilan itu dengan harapan anak lelakinya bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.

Lama-kelamaan, Banhok berubah jadi Ahok. Ahok adalah singkatan dari 'aku harapan orang kampung'. Nama yang disebut terakhirlah yang diingat masyarakat.

Managing Partner Inventure Indonesia, Yuswohady, mengatakan dalam ilmu branding, mengubah nama merupakan tindakan ekstrem. Bila suatu perusahaan mengubah nama, kata Yuswo, mereka juga harus mengubah logo serta penampilan, dan tak jarang karakteristik. Ini, dalam derajat tertentu, sama dengan manusia.

"Dari konsep branding, dia mau me-repositioning sosok 'Ahok'. Positioning-nya apa, hanya dia yang tahu. Kalau dia keluar [penjara] ngomong jangan panggil Ahok, itu berarti dia ekstrem, artinya akan ada perubahan yang besar," jelas Yuswo kepada reporter Tirto, Rabu (23/1/2019).

Yuswo menilai Ahok pada dasarnya sudah jadi 'nama merek' yang sangat unik. Sosoknya yang kontroversial, baik karena kebijakan maupun karakternya saat memimpin, membuat nama ini membekas di hati banyak orang. Terlepas dari kasus terakhir yang membuatnya dibui, nama Ahok masih punya sisi jual yang sangat bagus.

"Sejelek-jeleknya juga ada yang masih anggap Ahok itu enggak salah," kata Yuswo.

Mengubah Kebiasaan Perlu Waktu

Masyarakat juga belum tentu dengan mudah mengganti panggilan untuk sosok yang satu ini. "BTP enggak enak diucapkannya, Ahok, kan, lancar ya. BTP, kan, agak santun, enggak nakal atau keren kayak Ahok," kata Yuswo.

Infografik Tunggal Putusan Sidang Ahok 9 Mei 2017

Infografik Putusan Sidang Ahok 9 Mei 2017. tirto.id/Mojo

Karena merupakan tindakan ekstrem, Yuswo menduga penggantian nama ini sudah dipikirkan matang oleh Ahok selama mendekam di penjara.

Salah satu anggota Tim BTP, Ima Mahdiah, secara tidak langsung membenarkan dugaan Yuswo. Katanya, Ahok hendak dipanggil BTP saja karena sudah banyak belajar menguasai dirinya sendiri selama meringkuk di penjara. Dia bilang, akan ada yang "baru" dari bekas Bupati Belitung Timur itu setelah bebas nanti.

"Karena sudah belajar menguasai diri, [Ahok] sudah siap menjadi baru," kata Ima kepada reporter Tirto

Komentar Yuswo yang mengatakan masyarakat akan condong tetap menyebut Ahok ketimbang BTP dibenarkan Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi. Dedek mengaku dia adalah pengagum Ahok.

"Masyarakat memang akan butuh waktu untuk penyesuaian karena telah terbiasa memanggil Ahok. Tapi itu cuma soal waktu," jelas Dedek.

Baca juga artikel terkait BASUKI TJAHAJA PURNA atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Rio Apinino