tirto.id - Calon wakil gubernur nomor urut 2, Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa pasangan Ahok-Djarot tidak menyetujui adanya pagar pembatas yang rencananya akan dibangun untuk mengatasi terulangnya bentrokan antara warga Tambak dan Manggarai. Wacana ini diutarakan Djarot pada hari Minggu (19/3/2017).
Djarot berpendapat bahwa pagar pembatas yang katanya direncanakan oleh Walikota Jakarta Pusat dan Plt. DKI Jakarta tersebut harus dihancurkan. Menurutnya, perselisihan yang terjadi pada 6 Maret 2017 silam bisa dihentikan apabila adanya perbincangan dan diskusi antara tokoh masyarakat dan pemuda dari kedua belah pihak yang bertikai.
“No! Solusinya jangan kasih pagar pembatas. Justru pagar pembatas itu harus kita hancurkan. Itu harus kita runtuhkan. Pagar pembatas itu harus kita rubah menjadi satu ruang bersama bagi mereka untuk bisa bermain, untuk bisa belajar, untuk bisa berinteraksi. Tadi saya sampaikan, kalau perlu bikin kegiatan bersama di antara mereka,” katanya seusai acara kerja bakti di daerah Klender, Jakarta Timur.
Ia kemudian menganggap bahwa permasalahan bisa selesai apabila adanya KJP (Kartu Jakarta Pintar), RPTRA, dan juga apabila warga tersebut bekerja di PPSU. Djarot mengklaim bahwa ketika blusukan ke Jalan Tambak, ia mengetahui bahwa masalah warga di sana adalah tidak adanya tempat bermain olahraga, berkesenian, dan kurangnya berkomunikasi. Ia juga memilih pasukan merah sebagai solusi agar warga Tambak dan Manggarai lebih sibuk dalam bekerja daripada tawuran.
“Kalo anak sekolah dan dia dapat KJP, sanksinya jelas dan tegas : langsung kita cabut (KJPnya). Kalau misalnya mereka sudah bekerja di PSSU, pegawai kita ikut-ikut begitu : langsung kita pecat. Kasih sanksi tegas seperti ini menjadi penting ketika mereka melanggar, tetapi mereka juga dikasih ruang untuk berusaha untuk bekerja, untuk bermain.” Tegas Djarot. “Mereka minta tempat bermain RPTRA supaya bisa main futsal olahraga, bisa berkesenian di situ. Jadi tidak bisa kasih tembok itu.”
Menurutnya, masalah ini berasal dari adanya ketidaktersediaan tempat berkumpul. Oleh sebab itulah, RPTRA dikatakan Djarot sebagai solusi yang paling penting. Namun, pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, belum merinci secara jelas solusi yang hendak mereka tawarkan kepada masyarakat. Menanggapi isu bentrok antara kedua kubu warga Jakarta Pusat ini, Ahok hanya menegaskan bahwa pihaknya akan mengatasi ketika selesai Pilkada Jakarta putaran kedua 19 April mendatang.
“Nanti kita atasi. Kita sudah bicara sama polisi, sudah tahu kok masalahnya,” tuturnya singkat seusai main basket pada hari ini (Minggu, 19/3/2017).
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo