Menuju konten utama

Ada yang Berusaha Adu Domba Polri dengan Muhammadiyah

Kepala Divisi Humas (Kadivhumas) Polri Irjen Pol Anton Charliyan menuding adanya pihak-pihak yang ingin memancing di air keruh dalam kasus kematian Siyono dan berusaha mengadu domba antara pihaknya dengan organisasi Islam Muhammadiyah.

Ada yang Berusaha Adu Domba Polri dengan Muhammadiyah
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charliyan (kanan) bersama Kapusdokkes Mabes Polri Brigjen Pol Arthur Tampi (kiri) menunjukkan hasil visum dan CT Scan terduga teroris asal Klaten, Siyono saat memberikan keterangan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/4). ANTARA FOTO/Reno Esnir

tirto.id - Kepala Divisi Humas (Kadivhumas) Polri Irjen Pol Anton Charliyan menuding adanya pihak-pihak yang ingin memancing di air keruh dalam kasus kematian Siyono dan berusaha mengadu domba antara pihaknya dengan organisasi Islam Muhammadiyah.

"Ada upaya-upaya yang ingin mengadu domba antara Polri khususnya Densus 88 dengan Muhammadiyah. Ini kita harus sama-sama merapatkan barisan," kata Anton Charliyan, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, (7/4/2016).

Pernyataan ini, menurut Anton, didasari oleh munculnya provokasi-provokasi bahwa Muhammadiyah pro-teroris lantaran Muhammadiyah memberikan advokasi terhadap istri almarhum Siyono, Suratmi, dalam mencari keadilan atas kematian suaminya.

Anton menegaskan bahwa meski Muhammadiyah memberikan advokasi dalam kasus Siyono, tidak serta merta Muhammadiyah memberikan dukungan terhadap aksi-aksi terorisme.

"Saya tidak pernah menuduh Muhammadiyah pro teroris. Apalagi saya tahu Muhammadiyah itu kumpulan besar umat Islam, yang bersama Nahdlatul Ulama (NU) membangun negara Republik Indonesia. Kita bersama-sama memerangi terorisme," tegasnya.

Komnas HAM yang dikoodinator oleh Siane Indriani melakukan investigasi atas meninggalnya Siyono dan kemudian meminta bantuan PP Muhammadiyah untuk melakukan otopsi.

Jasad Siyono akhirnya diotopsi oleh tim dokter forensik Muhammadiyah di tempat pemakaman Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu (3/4).

Tim dokter forensik dari Muhammadiyah yang mengotopsi jasad Siyono sebanyak sembilan orang. Mereka dipimpin Prof Dr dr Sudibdyo. Di antara tim tersebut, terdapat seorang saksi dari Polda Jateng.

Sebelumnya, pada Senin, (4/4/2016), Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menemui Kapolri Jenderal Badrodin Haiti untuk membicarakan kasus kematian Siyono.

"Dalam konteks ini, Muhammadiyah menyampaikan bahwa kami biasa menerima pengaduan dari masyarakat, termasuk yang terakhir dari keluarga Siyono," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Mabes Polri, Jakarta, Senin, (4/4/2016).

Haedar menjelaskan bahwa sebelum autopsi jasad Siyono dilakukan pada Minggu (3/4), pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kapolri dan menyambut baik kepolisian yang mau bekerja sama dengan Muhammadiyah terkait autopsi Siyono.

"Muhammadiyah sebatas melakukan tugas-tugas kemanusiaan, seperti dalam aspek advokasi hukum yang selama ini biasa dilakukan lembaga advokasi," katanya.

Pihaknya menghormati upaya pemberantasan terorisme yang selama ini dilakukan kepolisian, dalam hal ini, Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Kendati demikian, pihaknya berkomitmen untuk terus mengawal proses penyelidikan kasus kematian Siyono.

"Alhamdulillah respon Kapolri cukup baik. Pertama, meningkatkan kerja sama (Polri) dengan Muhammadiyah. Kedua, respon positif terkait kami terus melakukan langkah-langkah hukum untuk meneliti apa ada penyimpangan (dalam kasus kematian Siyono)," pungkasnya. (ANT)

Baca juga artikel terkait DENSUS 88 ANTI-TEROR atau tulisan lainnya

Reporter: Putu Agung Nara Indra