tirto.id -
Ratusan massa dari berbagai elemen berdemo di depan Gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan meminta kegiatan "Asik-Asik Aksi" yang sedang berlangsung di dalam gedung dibubarkan, malam (17/9).
Massa mendesak kegiatan tersebut harus dibubarkan. Pada Sabtu siang di tempat yang sama memang ada rencana penyelenggaraan seminar soal peristiwa 1965.
Akibat konsentrasi massa ini, lalu lintas di depan gedung LBH di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, mengalami kemacetan. Dari pantauan
Tirto, puluhan kendaraan peserta aksi diparkir sembarangan dan memakan hampir setengah badan jalan.
Parkiran tersebut berjejer dari depan kantor Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) sampai depan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Agar kemacetan dapat teratasi, polisi menutup jalan ke arah LBH dari depan Metropol XXI Menteng dan mengalihkannya ke arah Stasiun Cikini.
"Jadi ada yang ke Stasiun Cikini dan Jalan Diponegoro. Jadi enggak ada yang mengarah ke depan LBH dipotong maupun ke Salemba," kata Bripka Nara, anggota Patroli dan Pengawalan (Patwal) Jakarta Pusat.
Ia mengatakan, ditutupnya jalan juga untuk mengantisipasi adanya kericuhan massa yang sempat bertambah di depan gedung LBH.
"Kita antisipasi segala kemungkinan, kerusuhan dan sebagainya," ungkapnya.
Sementara itu, Kapolres Jakpus Kombes Suyudi Ario Seto mengatakan masyarakat pendemo ingin ada kejelasan soal acara yang digelar oleh LBH Jakarta. Menurutnya perlu keterbukaan agar tak ada tendensi salah paham oleh masyarakat apalagi soal masalah yang sensitif.
"Di depan ini masyarakat ingin suatu kejelasan," kata Suyudi.
Kejadian konsentrasi massa di gedung LBH Jakarta bermula saat para penggiat demokrasi mengadakan acara "Asik Asik Aksi: Indonesia Darurat Demokrasi," dari sore hari di gedung LBH Jakarta. Ketika acara usai sekitar pukul 22.00 WIB dan para pengunjung hendak bersiap pulang, mereka terkejut oleh kedatangan massa pendemo di depan gerbang LBH Jakarta, yang semakin malam semakin ramai.
tirto.id - Politik
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Suhendra