tirto.id - Analisis SWOT adalah pengkajian terhadap unsur internal dan unsur eksternal sesuatu. Sebut saja sebuah perusahaan, dalam menjalankan program mereka harus memperhatikan apa yang dimiliki (internal) dan apa yang berpotensi terjadi (eksternal).
Dalam analisis SWOT, keduanya dikaji demi mendapatkan solusi terbaik ketika menjalankan program tertentu. M. Afif dan Agus B. dalam Analisis SWOT dengan Metode Kuesioner (2019, hlm. i), menerangkan bahwa faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan.
Sedangkan unsus eksternal, meliputi peluang dan ancaman. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari empat unsur tersebut. "S" merupakan kepanjangan dari strenght yang berarti kekuatan.
Lalu, “W” kepanjangan weakness yang artinya kelemahan. "O" singkatan dari Opportunities yang didefinisikan sebagai peluang. Terakhir, "T" adalah singkatan threats yang artinya ancaman.
Lantas, bagaimana penjelasan dan langkah untuk menemukan 4 faktor tersebut?
4 Langkah Analisis SWOT
1. Strenght (Kekuatan)
Analisis SWOT dimulai dari pencarian kekuatan, baik itu perusahaan, pasukan, teknologi, atau hal-hal lainnya. Freddy Rangkuti dalam Bisnis (2009, hlm. X), menjelaskan bahwa SWOT sebenarnya bisa didefinisikan secara sederhana.
Ia mengacu pada pendapat Sun Tzu (1992), di mana kekuatan dan kelemahan bisa dijadikan penilaian atas perencanaan strategi perang. Cara menentukannya pun terbilang sederhana, misalnya pencarian informasi tentang jumlah pasukan, jumlah senjata, dan keperluan perang lainnya.
Bahasa di atas mungkin terbilang usang jika dipakai untuk mengkaji SWOT di zaman sekarang. Sebut saja contoh lainnya sebuah lembaga yang ingin menerapkan program Cinta Budaya.
Untuk memperoleh faktor kekuatannya, kita bisa melihat dari unsur internal lembaga tersebut. Misalnya, seberapa besar modal yang mereka miliki, adakah tokoh yang memang ahli di bidang tersebut, dan seberapa banyak personel yang dipakai dalam proyek ini.
Jika aspek pertanyaan tersebut terbilang cukup untuk menjalankan proyek. Maka bisa dianggap sebagai kekuatan.
2. Weakness (Kelemahan)
Beralih ke kelemahan yang didefinisikan sebagai kekurangan atau sesuatu yang tidak disanggupi pemotor proyek.
Pencarian faktor internal ini bisa digunakan lewat beberapa penilaian tertentu. Sebut saja lembaga yang tadi kita bahas. Jika ternyata mereka kekurangan personel, maka bisa dianggap sebagai kelemahan proyeknya.
Selain itu, pertanyaan terkait pihak ahli. Jika tidak ada, maka lembaga pun akhirnya memperoleh kelemahannya kembali. Terkait modal, jika kurang, kelemahan pun juga terjadi di dalam sektor materi tersebut.
3. Opportunities (Peluang)
Kendati kekurangan dan kelemahan di atas saling bertentangan, opportunities hadir sebagai bahan pertimbangan yang berasal dari sektor eksternal. Peluang berarti kesempatan yang bisa diperoleh.
Faktor yang menguntungkan ini terkadang bisa didapatkan dari faktor eksternal demi memnuhi kekurangan proyek. Sebut saja contohnya lembaga tadi kekurangan modal. Maka, mereka bisa bekerja sama dengan pihak lain untuk menutupinya.
Selain itu, orang ahli yang tidak terdapat dalam sebuah proyek juga bisa dicari. Misalnya, ada seorang dari lembaga yang memang punya hubungan dekat dengan seorang ahli. Dengan begitu, peluang untuk menutup kekurangan pun bisa diperoleh.
Bahkan, ada beberapa peluang lain yang digunakan untuk menambah kekuatan. Anggap saja modalnya sudah menutupi kebutuhan. Kendati kekuatan modalnya sudah cukup untuk menjalankan proyek, ada suntikan tambahan dana yang akhirnya membuat proyek berjalan lebih aman.
4. Threats (Ancaman)
Berbeda dengan peluang atau opportunities, ancaman ini sifatnya memperburuk analisis. Oleh karena itu, lembaga yang ingin menjalankan proyek tertentu mesti menaruh perhatian besar ke pengkajian faktor ini.
Selain bisa mendapat peluang, ancaman bisa saja terjadi dalam kasus eksekusinya. Kembali lagi menyebut lembaga yang tadi kita perbincangkan. Sebut saja proyek yang dijalankan olehnya berlokasi di sebuah pedesaan yang letaknya di pegunungan.
Hal ini mengandung resiko lantaran ada beberapa aspek ancaman yang ada di sekitarnya. Untuk contoh, sebut saja ada ancaman serangan hewan buas, turunnya hujan, dan rusaknya jalur transportasi.
Melalui ancaman ini, lembaga pada akhirnya bisa menyusun strategi agar program bisa tetap berjalan. Misalnya, dengan membawa ahli khusus binatang atau membawa orang setempat yang sudah terbiasa dengan keberadaan hewan buas.
Kemudian, membawa fasilitas untuk meneduh ketika hujan tiba. Terakhir, mencari jalur alternatif yang kondisinya paling aman untuk dilewati.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani