tirto.id - Polusi udara di Jakarta berada pada status tidak sehat bagi kelompok sensitif menurut data IQAir pada Selasa, 20 Juni 2023.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI, Asep Kuswanto mengatakan saat memasuki musim kemarau pada Mei hingga Agustus akan terjadi penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta. Ditandai dengan meningkatnya konsentrasi PM2.5.
"Hal tersebut terjadi karena curah hujan dan kecepatan angin rendah mengakibatkan PM2.5 akan terakumulasi dan melayang di udara dalam waktu yang lama," kata Asep melalui keterangan tertulisnya, Jumat (16/6/2023).
Polusi udara secara luas diketahui sebagai penyebab beragam penyakit. Udara dikatakan berpolusi ketika udara tersebut mengandung kontaminan, baik itu berupa substansi kimia, fisik, maupun biologi, dalam jumlah yang dapat merugikan bagi makhluk hidup.
Contoh kontaminan atau polutan yang banyak ditemukan antara lain karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), chlorofluorocarbon (CFC), hidrokarbon (HC), timah (Pb), hingga benda partikulat.
Daftar Penyakit Dampak dari Polusi Udara
Menurut laman Kementerian Kesehatan, terdapat sederet penyakit yang dapat terjadi akibat dampak dari polusi udara antara lain sebagai berikut:
1. Gangguan saluran pernapasan
Udara yang tercemar dan dihirup oleh manusia dapat mengakibatkan masalah pada saluran pernapasan. Penyakit yang berkaitan dengan gangguan saluran pernapasan termasuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, asma, tuberkolosis, hingga kanker paru.
2. Penyakit jantung
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Unites States Environmental Protection Agency, penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dapat disebabkan oleh paparan polutan berupa benda partikulat dan nitrogen oksida yang terjadi dalam jangka waktu lama.
3. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Menurut laman Kemeterian Kesehatan, sebuah peneliitan menujukkan hasil bahwa orang yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara tinggi lebih rentan mengembangkan masalah hipertensi ketimbang orang yang tinggal di tempat yang minim polusi.
4. Gangguan reproduksi
Polusi udara dapat menyebabkan gangguan reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Tinggkat kesburuan menurun sehingga mengurangi peluang hamil, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan kemandulan.
5. Kanker
Kanker paru bukan satu-satunya jenis kanker yang bisa terjadi akibat dampak dari polusi udara. Kanker jenis lain seperti payudara, pankreas, hingga hati bisa juga menjangkit mereka yang terpapar polusi udara tingkat tinggi.
Ini disebabkan polutan yang masuk ke dalam tubuh dapat merusak DNA dan memperngaruhi sistem imun. Polutan juga bisa menyebabkan peradangan yang memicu terjadinya angiogenesis, yaitu terbentuknya pembuluh darah baru yang membuat kanker lebih mudah menyebar.
Cara Mencegah Dampak Polusi Udara
Demi menanggulangi polusi udara, tindakan kolektif dari pemerintah dan masyarakat perlu untuk dilakukan. Kurangi dan hindari sejumlah hal atau kegiatan yang dapat berkontribusi meningkatkan polusi udara.
Selain itu, demi menjaga kesehatan masing-masing individu, ada beberapa cara cegah dampak polusi udara yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut:
1. Memakai masker
Berdasarkan laporan Antara News, Perwakilan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Desy Mery Dorsanti, SKM mengatakan bahwa untuk mencegah dampak buruk dari polusi udara dapat dimulai dari diri sendiri lewat hal-hal sederhana, seperti memakai masker saat beraktivitas.
2. Menghindari jalan yang padat
Masih menurut Desy, jalan yang padat penuh dengan kendaraan bermotor sangat rentan akan tingkat populasi udara yang tinggi. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari jalan yang padat.
“Polusi udara ini kan sulit kita hindari. Otomatis dari diri kita sendiri untuk mencegah (dampaknya), seperti dengan memakai masker dan menghindari jalanan yang padat,” kata Desy.
3. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor
Emisi kendaraan bermotor adalah penyebab utama polusi udara. Maka solusi untuk mencegah dampak polusi udara adalah dengan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Alih-alih menyumbang polusi udara dengan membawa kendaraan sendiri, lebih baik untuk menggunakan transportasi umum ketika berpergian.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari