tirto.id - 20 November diperingati sebagai Hari Transgender atau Transgender Day of Remembrance (TDOR). Peringatan tahunan diadakan untuk para transgender tewas atau hilang dalam aksi kekerasan anti-transgender.
Sebagaimana diwartakan USA Today, setidaknya 34 transgender atau gender nonconforming tewas karena kekerasan tahun ini, sebagian besar dari mereka merupakan perempuan kulit hitam dan Latin, menurut Kampanye Hak Asasi Manusia.
Seminggu sebelum Hari Transgender, masyarakat dan organisasi di seluruh negeri berpartisipasi dalam Pekan Kesadaran Transgender untuk membantu meningkatkan visibilitas bagi transgender dan mengatasi masalah yang dihadapi komunitas.
Hari Transgender dimulai pada tahun 1999 oleh advokat transgender Gwendolyn Ann Smith sebagai peringatan untuk menghormati Rita Hester, seorang wanita transgender yang dibunuh pada tahun 1998.
Rita adalah anggota komunitas transgender yang sangat vokal di negara asalnya Boston. Pada Sabtu, 28 November 1998, Rita ditikam sebanyak 20 kali di apartemennya. Seorang tetangga menelepon polisi, dan Rita dilarikan ke rumah sakit.
Dia meninggal hanya beberapa saat setelah dirawat. Hampir dua dekade kemudian, polisi masih belum menemukan pembunuh Rita.
Pada 1999, satu tahun setelah pembunuhan Rita, advokat dan penulis Smith mengoordinasikan acara untuk menghormati Rita.
Aksi tersebut tidak hanya memperingati Rita, tetapi semua yang secara tragis menjadi korban dalam kekerasan anti-transgender. Semenjak kematian Rita Hester, Hari Transgender menjadi tradisi penting setiap tahun.
Smith juga meluncurkan situs web Transgender Day of Remembrance untuk mengenal dan mengingat mereka yang meninggal akibat kekerasan anti-transgender.
Organisasi di seluruh dunia - dari Groupe Activiste Trans di Paris hingga Komisi Hak Asasi Manusia Tel Aviv di Israel hingga Diritti di Movimiento di Pescara, Italia - sejak itu mulai merayakan Hari Transgernder.
"Hari Peringatan Transgender berusaha untuk menyoroti kerugian yang kami hadapi karena fanatisme anti-transgender dan kekerasan. Saya sudah lama memperjuangkan hak-hak kami, dan hak untuk hidup adalah yang pertama dan terutama," ujar pendiri Hari Peringatan Transgender, Gwendolyn Ann Smith, seperti dikutip GLAAD.
"Dengan begitu banyak orang yang ingin menghapus orang transgender - terkadang dengan cara yang paling brutal - sangat penting bahwa mereka yang hilang dikenang, dan bahwa kita terus berjuang untuk keadilan," ujarnya.
Untuk memperingati hari ini, biasanya komunitas menyelenggarakan acara pada tanggal 20 November untuk menghormati semua transgender yang menjadi korban kekerasan. Ada pula diskusi soal kekerasan yang mempengaruhi komunitas transgender.
Di beberapa negara, acara biasanya diselenggarakan oleh advokat transgender atau organisasi LGBTQ, dan diadakan di pusat komunitas, taman, tempat ibadah, dan tempat lainnya. Peringatan itu sering kali melibatkan pembacaan daftar nama orang-orang yang hilang atau meninggal pada tahun acara diadakan.
Editor: Agung DH