tirto.id - Menyusun refleksi studi kasus menjadi salah satu materi dalam UTBK UKPPPG Guru Tertentu 2024. Artikel ini akan menyajikan beberapa contoh studi kasus sebagai referensi belajar serta cara membuatnya.
Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru (UKPPPG) mulai digelar bagi peserta Piloting PPG Guru Tertentu. UKPPPG akan dilaksanakan dalam dua jenis tes, yaitu Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) dan Ujian Kinerja (UKin).
Pada UTBK, peserta akan menghadapi tes subjektif dengan membuat uraian reflektif berbasis studi kasus. Tes tentang studi kasus ini berguna untuk mengukur kemampuan peserta sebagai tenaga pendidik dalam melakukan refleksi di praktik pembelajaran.
Secara khusus, tes ini akan mengukur kompetensi peserta dalam hal:
- Mengidentifikasi masalah
- Upaya mengatasi masalah
- Hasil dari upaya yang dilakukan
- Pengalaman berharga yang bisa digunakan untuk meningkatkan kompetensi diri
Menyusun refleksi studi kasus akan melatih para peserta UKPPPG dalam mengatasi permasalahan sehingga dapat meningkatkan kompetensi dirinya sebagai guru. Hal ini juga akan membuat guru lebih peka terhadap kebutuhan peserta didik sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi.
Link dan Contoh Refleksi Studi Kasus Ujian UTBK UKPPPG Guru Tertentu Daljab
Dalam UTBK UKPPPG 2024, peserta akan diminta membuat refleksi studi kasus. Studi kasus ini harus berdasarkan pengalaman nyata yang pernah dialami oleh peserta saat menjadi guru di sekolah. Berikut contoh refleksi studi kasus dari kanal YouTube Para Guru.
1. Contoh Refleksi Studi Kasus: Pembelajaran Inklusif
A. Permasalahan yang Pernah Dihadapi
Saya menerima seorang murid pindahan yang memiliki gangguan spektrum autisme (ASD). Dia memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan interaksi sosial, serta membutuhkan dukungan khusus dalam pembelajaran. Sebagai guru, saya ingin memastikan bahwa anak tersebut dapat belajar dengan efektif dan merasa diterima di lingkungan sekolah.
B. Upaya untuk Mengatasi Masalah
- Adaptasi Media Pembelajaran: saya menggunakan alat bantu seperti gambar dan visual lebih banyak daripada perintah verbal agar siswa lebih memahami instruksi. Misalnya menggunakan kartu komunikasi dan gambar untuk menjelaskan rutinitas harian dan materi pelajaran.
- Penggunaan Lagu dan Rutinitas: saya memperkenalkan lagu yang berisi rutinitas harian untuk membantu siswa memahami dan mengikuti jadwal kelas. Lagu ini membantu untuk merasa lebih nyaman dan terstruktur dalam aktivitas sehari-hari.
- Pengaturan Lingkungan Kelas: saya merancang kelas sesuai dengan kebutuhan siswa. Siswa ditempatkan di dekat guru untuk memudahkan komunikasi dan pengawasan. Saya juga memastikan bahwa lingkungan kelas mudah diakses dan bebas dari benda-benda yang bisa mengganggu konsentrasi siswa.
- Pendampingan Individual: saya bekerja sama dengan guru pendamping khusus (GPK) untuk memberikan pendampingan individual kepada siswa. GBK membantu siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan memberikan dukungan tambahan dalam pembelajaran.
- Kolaborasi dengan terapis: saya melanjutkan terapi perilaku, terapi okupasi, dan terapi wicara untuk siswa. Saya juga melakukan pemantauan psikologis setiap 6 bulan hingga 1 tahun sekali untuk mengevaluasi perkembangannya.
- Peningkatan Komunikasi: dengan menggunakan alat bantu visual dan kartu komunikasi siswa menunjukkan peningkatan dalam memahami instruksi dan berkomunikasi dengan guru serta teman-teman sekelasnya.
- Kenyamanan dan Rutinitas: lagu yang berisi rutinitas harian membantu siswa merasa lebih nyaman dan terstruktur dalam aktivitas sehari-hari. Siswa menjadi lebih mudah mengikuti jadwal kelas dan berpartisipasi dalam kegiatan.
- Adaptasi Lingkungan yang Efektif: pengaturan lingkungan kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa membuatnya merasa lebih aman dan nyaman, siswa dapat lebih fokus dalam belajar, dan lebih mudah berinteraksi dengan teman sekelas.
- Dukungan Individual yang Optimal: pendampingan dari GBK memberikan dukungan tambahan yang sangat membantu siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan meningkatkan keterampilan hidup sehari-hari.
- Perkembangan Keterampilan Hidup: modifikasi kurikulum yang fokus pada keterampilan hidup sehari-hari membantu siswa mengembangkan keterampilan dasar yang penting untuk kehidupan sehari-hari. Siswa menunjukkan kemajuan dalam keterampilan seperti berpakaian, makan, dan menjaga kebersihan diri.
- Pentingnya Fleksibilitas: fleksibilitas dalam adaptasi media pembelajaran dan lingkungan kelas sangat penting untuk memenuhi kebutuhan murid berkebutuhan khusus. Setiap murid memiliki kebutuhan yang unik dan adaptasi yang tepat dapat membuat perbedaan besar dalam pembelajaran mereka.
- Kolaborasi yang Efektif: kerjasama antara guru, GPK, terapis dan orang tua sangat penting dalam mendukung perkembangan murid berkebutuhan. Komunikasi yang baik dan kolaborasi yang efektif dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung.
- Pentingnya Dukungan Sosial: dukungan dari teman sekelas dan lingkungan yang inklusif sangat penting untuk membantu murid berkebutuhan khusus merasa diterima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas. Ini juga mengajarkan nilai-nilai empati dan kerjasama kepada murid lainnya.
2. Contoh Refleksi Studi Kasus: Pembelajaran Berdiferensiasi
A. Permasalahan yang Pernah Dihadapi
Saya pernah menghadapi permasalahan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas rendah. Salah satu permasalahan utama adalah adanya perbedaan kemampuan yang signifikan di antara murid-murid. Beberapa murid sangat cepat memahami materi, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama dan pendampingan lebih intensif. Selain itu, ada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara atau berpartisipasi dalam diskusi kelas, yang membuat saya kesulitan untuk menggali ide dan pendapat mereka.
B. Upaya untuk Mengatasi Masalah
- Identifikasi Kebutuhan Murid: Saya melakukan asesmen awal untuk mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan setiap murid. Hal ini membantu saya memahami siapa saja yang memerlukan pendampingan lebih intensif dan siapa yang bisa diberikan tantangan tambahan.
- Pendampingan Individu: Saya memberikan pendampingan individu kepada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara. Saya menggunakan pertanyaan pemantik untuk membantu mereka menyusun cerita atau pendapat yang akan disampaikan. Misalnya, saya bertanya tentang pengalaman menarik yang pernah mereka alami dan bagaimana perasaan mereka saat itu.
- Diferensiasi Konten dan Proses: Saya membagi murid menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Murid yang memerlukan bimbingan diberikan materi dasar dan pendampingan lebih intensif, sementara murid yang cukup mahir diberikan tugas mandiri yang lebih menantang. Murid yang sangat mahir diberikan tugas tambahan seperti membuat presentasi menggunakan PowerPoint.
- Penggunaan Media Pembelajaran: Saya menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, seperti gambar, video, dan alat peraga sederhana, untuk menarik minat murid dan memudahkan mereka memahami materi. Misalnya, saya meminta murid untuk menggambar pengalaman menarik mereka sebelum menceritakannya secara lisan.
Hasil dari upaya tersebut cukup memuaskan. Murid yang sebelumnya pasif mulai menunjukkan peningkatan dalam partisipasi dan keberanian untuk berbicara. Mereka lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan ide mereka. Murid yang memerlukan bimbingan juga menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, murid yang sudah mahir merasa lebih tertantang dan termotivasi dengan tugas tambahan yang diberikan.
D. Pengalaman Berharga
Pengalaman berharga yang bisa saya petik dari menyelesaikan permasalahan ini adalah pentingnya memahami kebutuhan individu setiap murid dan memberikan pendampingan yang sesuai. Pembelajaran berdiferensiasi membantu saya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan setiap murid sesuai dengan kemampuan mereka.
Dengan pendekatan yang dilakukan, saya belajar bahwa penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan minat dan motivasi murid dalam belajar. Murid yang cukup mahir dapat mengumpulkan hasil kerja mandiri, sementara murid yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan PowerPoint yang dilengkapi gambar dan grafis.
Selain kedua contoh di atas, masih banyak contoh studi kasus yang bisa dijadikan bahan untuk membuat refleksi. Anda bisa mengunduh contoh studi kasus lainnya melalui tautan berikut ini:
Contoh Refleksi Studi Kasus UTBK UKPPPG
Cara Membuat Contoh Studi Kasus Ujian PPG Guru Tertentu Daljab
Peserta UTBK UKPPPG diberi waktu 30 menit untuk membuat refleksi studi kasus dan dikerjakan secara langsung di aplikasi ujian. Untuk menyusun refleksi studi kasus, peserta dapat membuatnya dengan mengikuti alur pertanyaan berikut:
1. Permasalahan Apa yang Pernah Anda Hadapi?
Selama menjadi guru, peserta pasti pernah menemukan masalah atau tantangan ketika menjalani proses pembelajaran di kelas. Misalnya, ada siswa yang sering absen atau tidak masuk, tingkat minat baca siswa yang rendah, dan lain sebagainya.Tuliskan permasalahan berdasarkan pengalaman nyata, bukan berdasarkan contoh studi kasus yang pernah dibaca di media.
2. Bagaimana Upaya Anda untuk Menyelesaikannya?
Tuliskan solusi apa saja yang Anda lakukan untuk mengatasi permasalahan di poin pertama. Misalnya ketika menghadapi masalah siswa yang sering absen karena harus membantu orang tuanya bekerja, maka guru bisa melakukan upaya-upaya seperti memberikan kelonggaran dalam hal penugasan dan mengatur jadwal belajar siswa tersebut agar lebih fleksibel.3. Apa Hasil dari Upaya Anda Tersebut?
Peserta bisa menguraikan hasil atau dampak apa saja yang terjadi setelah peserta melakukan upaya di poin nomor 2. Tuliskan apakah ada perkembangan positif dari upaya yang dilakukan atau justru sebaliknya.4. Pengalaman Berharga Apa yang bisa Anda Petik ketika Menyelesaikan Permasalahan Tersebut?
Peserta dapat menuliskan hal-hal positif apa saja yang dapat dipelajari saat menangani permasalahan yang ada. Tentunya pengalaman berharga tersebut akan dapat meningkatkan kompetensi peserta sebagai seorang guru.Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani