tirto.id - Biomassa menjadi salah satu jenis sumber energi alternatif yang sering diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun, apakah energi biomassa ramah lingkungan?
Di antara berbagai jenis sumber energi, pemanfaatan biomassa termasuk yang paling tua dalam sejarah peradaban manusia. Biomassa adalah segala bahan organik yang berguna untuk menghasilkan energi.
Bahan organik yang bisa menjadi biomassa itu dapat berupa tanaman, sampah makanan, kotoran hewan, limbah pertanian, kayu, hingga tumbuhan mikroalga. Tanaman penghasil minyak seperti jagung dan kedelai termasuk contoh sumber energi biomassa yang banyak digunakan untuk kebutuhan skala besar.
Apa Itu Energi Biomassa?
Energi biomassa adalah energi yang dihasilkan dengan bahan-bahan dari tumbuhan dan hewan. Maka dari itu, energi biomassa termasuk sumber energi terbarukan.
Penggunaan energi biomassa berpotensi mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batu bara). Pemanfaatan energi biomassa juga dapat mencegah pelepasan karbon ke atmosfer dari bahan bakar fosil.
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) sudah mendorong pengurangan penggunaan bahan bakar fosil hingga setengahnya pada tahun 2030. Pemakaian energi biomassa, seperti biofuel, bisa menjadi salah satu upaya memenuhi target tersebut.
Laman U.S Energy Information Administration (EIA) menjelaskan bahwa biomassa dapat diubah menjadi energi melalui berbagai proses, baik pembakaran langsung maupun lewat konversi kimia.
Cara pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi yang paling kuno dengan membakar secara langsung. Sebagaimana saat memasak dengan kayu bakar. Namun, metode bakar langsung ini jelas tidak ramah lingkungan dan meningkatkan polusi gas rumah kaca.
Metode yang lebih baru untuk pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi ialah dengan konversi termokimia menjadi panas. Melalui konversi kimia, biomassa bisa menjadi bahan bakar cair dan gas dengan kelebihan karbon netral.
Meskipun biomassa adalah sumber energi terbarukan, pemanfaatannya dalam skala besar masih menjadi perdebatan. Sejumlah kelebihan-kekurangan biomassa membuat sumber energi ini belum sepenuhnya dianggap aman untuk lingkungan.
Apa saja dampak positif dan negatif biomassa sebagai sumber energi? Simak penjelasan berikut.
Kelebihan Energi Biomassa
Energi biomassa sebenarnya dapat diandalkan karena berlimpah. Penggunaan biomassa juga memiliki sejumlah dampak positif, terutama karena dapat berkontribusi mengurangi limbah organik yang terbuang. Pemakaian energi biomassa dengan metode tertentu juga berpotensi mengurangi emisi karbon.
Berikut beberapa dampak positif biomassa sebagai sumber energi:
1. Stok yang berlimpah
Biomassa selalu tersedia secara luas. Bahan organik yang digunakan untuk memproduksi biomassa tak terbatas, karena masyarakat konsisten menghasilkan limbah organik seperti sampah, kayu, dan kotoran. Kelebihan energi biomassa lainnya bisa diperoleh dari bahan yang dibudidayakan, seperti rumput laut, kedelai, jagung, kelapa sawit, dan lainnya.2. Alternatif bahan bakar fosil
Dampak energi biomassa yang positif lainnya adalah bisa menjadi alternatif penggunaan bahan bakar fosil. Biomassa bisa mengurangi ketergantungan berlebih terhadap bahan bakar fosil yang pasokannya terbatas.3. Lebih murah daripada bahan bakar fosil
Produsen biomassa tidak memerlukan modal sebesar produsen bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Teknologi biomassa jauh lebih murah. Bahan biomassa dapat ditemukan di mana saja, tidak harus mengeruk ke dalam perut bumi.4. Mengurangi sampah dan limbah
Menghasilkan energi biomass dari bahan sampah organik dapat sangat membantu dalam pengelolaan sampah, yang telah menjadi masalah utama di banyak negara. Limbah dan sampah yang semakin meningkat dapat berkurang dengan diserap sebagai bahan untuk menghasilkan energi biomassa.5. Berpotensi netral karbon
Sebagai bagian alami dari fotosintesis, bahan bakar biomassa dapat melepaskan jumlah karbon yang sama ke atmosfer seperti yang diserap oleh tanaman saat siklus hidupnya. Namun, pendapat ini masih menjadi topik perdebatan di kalangan para ahli.Energi biomassa memiliki potensi untuk menjadi karbon netral. Hal ini dapat terjadi jika proses pembuatannya menghilangkan jumlah karbon yang sama dengan yang dilepaskan. Misalnya, jika proses menanam, mengangkut, memproses, hingga membakar etanol dari tanaman kanola menghasilkan jumlah karbon yang sama dengan yang diperlukan kanola untuk tumbuh.
Selain itu, energi biomassa pun bisa menjadi karbon netral ketika mencegah gas rumah kaca dilepas dari sumber lain. Misalnya, pengolahan minyak goreng bekas dari restoran untuk menggerakkan generator sehingga menggantikan penggunaan batu bara.
Kekurangan Energi Biomassa
Energi biomassa mempunyai sejumlah kekurangan. Sebagai contohnya, untuk mengubah biomassa menjadi energi diperlukan banyak ruang dan biaya tidak murah. Kekurangan biomassa sebagai sumber energi yang paling disorot adalah fakta ia masih menghasilkan polusi yang berisiko mencemari lingkungan.
Sejumlah kekurangan energi alternatif biomassa adalah sebagai berikut:
1. Belum pasti bebas emisi
Climate Hubs US Department of Agriculture menerangkan, meskipun bisa menjadi karbon netral, energi biomassa tetap bisa memicu emisi. Untuk menumbuhkan dan mengangkut biomassa, diperlukan nutrisi yang bisa melepaskan gas rumah kaca atau polutan, seperti senyawa nitrogen dari pupuk untuk biofuel dari hasil pertanian, serta karbon dioksida dari proses transportasi, pemrosesan, dan penanaman bahan biofuel.Dalam konteks lain, pembakaran dengan biomassa dapat menyebabkan banyak masalah lingkungan. Membakar kayu, misalnya, menghasilkan polutan yang sebanding dengan batu bara.
Mengutip laman The Eco Experts, membakar sampah pun bisa menyebabkan peningkatan emisi metana signifikan yang diyakini efek negatifnya 80 kali lipat dari karbon dioksida.
2. Dapat menyebabkan deforestasi
Salah satu bahan utama dalam energi biomassa adalah tanaman, sebagian karena mudah didapatkan. Namun, meskipun tanaman adalah sumber daya terbarukan, ada beberapa tempat di mana pasokannya melebihi permintaan, baik karena kebutuhan masyarakat, penggunaan pembangkit listrik tenaga biomassa, atau karena perubahan tata guna lahan untuk menanam tanaman bahan bakar nabati seperti kelapa sawit.Meskipun hal ini dapat dikurangi sebagian dengan menanam kembali pohon, penebangan pohon berdampak besar pada kualitas lahan, serta menghancurkan ekosistem yang telah mendukung keanekaragaman hayati yang berharga. Penebangan pohon juga berdampak pada CO2. Selain itu, dibutuhkan waktu 10-40 tahun bagi pohon baru untuk menyamai daya serap pohon dewasa.
3. Butuh lahan yang luas dan biaya besar
Meskipun secara umum lebih murah, lebih mudah dan lebih aman untuk diakses dan dikembangkan daripada bahan bakar fosil, proses menghasilkan energi biomassa dari tanaman dengan jumlah besar membutuhkan lahan tanam yang luas, yang dapat memakan waktu dan biaya yang mahal.4. Bisa berdampak pada produksi pangan
Ada kekhawatiran bahwa lahan luas yang dibutuhkan untuk menanam tanaman bahan energi biomassa dalam skala besar dapat berdampak kenaikan harga dan ketersediaan pangan. Monokultur juga bisa mengurangi keanekaragaman hayati dan berdampak buruk pada kualitas nutrisi yang ada di dalam tanah.5. Kurang efisien
Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, produk energi biomassa seperti etanol jauh lebih tidak efisien, dan sering harus dicampur dengan bahan bakar fosil untuk meningkatkan efektivitasnya. Kurangnya efisiensi masih membatasi energi biomassa untuk digunakan dalam skala besar.Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom