tirto.id - Informasi seputar sperma banyak beredar di tengah masyarakat. Sayangnya, beberapa di antaranya ternyata hanya mitos dan tidak sesuai dengan bukti ilmiah.
Salah satu mitos yang sering terdengar dan dipercayai banyak orang adalah memakai celana ketat bisa berdampak negatif pada sperma. Tak hanya itu, masih banyak mitos lain terkait sperma, mulai dari soal umur sperma yang singkat hingga sperma yang dianggap sebagai sumber protein sehingga bagus untuk memenuhi nutrisi tubuh.
Mempercayai mitos begitu saja bisa membuat kita melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Mengetahui dan memahami fakta-fakta tentang sperma juga bisa sangat berguna bagi pasangan suami istri yang ingin mendapatkan momongan.
Jadi, agar tidak terjadi salah paham lagi, ketahui beberapa mitos tentang sperma dan bagaimana fakta yang sebenarnya.
Mitos dan Fakta Soal Sperma
1. Celana ketat berpengaruh buruk bagi sperma
Mitos yang satu ini tidak sepenuhnya benar. Memakai celana ketat diketahui bisa menurunkan kualitas sperma, tapi tidak mempengaruhi kuantitasnya.
Laman Antara News menyebutkan bahwa celana yang ketat bisa menekan organ reproduksi pria. Hal inilah yang diduga bisa mempengaruhi kualitas sperma.
Meski demikian, ada banyak faktor lain yang juga berpengaruh dalam menurunkan kualitas sperma, misalnya gaya hidup tak sehat seperti merokok dan minum alkohol.
Sementara menurut laman Medical News Today, celana dalam ketat kemungkinan besar tidak mempengaruhi produksi maupun kuantitas sperma. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pria yang memakai boxer atau celana dalam longgar memiliki jumlah sperma 17 persen lebih banyak ketimbang pria yang memakai celana dalam ketat.
Akan tetapi, penelitian ini tidak bisa dijadikan patokan karena studi ini hanya dilakukan dengan mengandalkan laporan dan ingatan peserta. Selain itu, ada variabel lain yang tidak dipertimbangkan seperti jenis kain celana yang digunakan.
2. Sperma yang lebih kental berarti lebih subur
Mitos ini juga kurang tepat. Cairan sperma yang lebih kental hanya menandakan bahwa konsentrasinya lebih banyak/padat. Sementara kesuburan seorang pria tidak bisa diukur hanya dari konsentrasi sperma, tapi benar-benar harus diuji kualitasnya melalui tes laboratorium. Kualitas yang dimaksud juga berkaitan dengan bentuk hingga gerakan sperma (motilitas).
3. Laki-laki pasti subur seumur hidup
Ada mitos yang mengatakan bahwa seorang pria bisa terus memproduksi sperma dan tetap subur seumur hidupnya. Mitos ini tidak tepat karena sperma tetap terpengaruh oleh usia.
Produksi sperma (spermatogenesis) memang tidak memiliki batas waktu, jadi seorang pria memang bisa terus menghasilkan sperma. Akan tetapi, kualitas dari sperma tersebut pasti menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Sebuah studi bahkan membuktikan bahwa sperma dari pria tua lebih berpotensi menyebabkan kelainan genetik pada keturunannya dibandingkan sperma dari pria yang masih muda.
4. Sperma sumber protein yang baik
Mitos ini cukup populer sehingga banyak yang percaya bahwa sperma bisa dijadikan asupan protein yang bagus bagi tubuh. Namun, jangan terburu-buru menelannya begitu saja sebelum tahu fakta yang sebenarnya.
Cairan sperma memang mengandung sejumlah nutrisi seperti protein, vitamin C, zinc, kolesterol, dan sodium. Meski demikian, menganggap sperma bisa dijadikan gizi tambahan bagi tubuh hanyalah sebuah mitos.
Faktanya, seseorang harus menelan lebih dari 100 kali sperma yang dihasilkan dari ejakulasi jika memang ingin mendapatkan manfaat nutrisinya. Fakta lainnya adalah sperma bisa menghasilkan reaksi alergi bagi sebagian orang. Jadi, sperma tidak direkomendasikan untuk ditelan.
5. Sperma bisa habis jika terlalu sering berhubungan seksual/masturbasi
Pria bisa kehabisan sperma karena sering masturbasi/berhubungan seks adalah mitos yang salah. Dilansir dari laman McGill University, laki-laki bisa memproduksi sekitar 1.500 sel sperma per detik sehingga tidak mungkin akan kehabisan sperma hanya karena terlalu sering berhubungan seks/masturbasi.
6. Pra-ejakulasi tidak menyebabkan kehamilan
Ini termasuk anggapan yang tidak tepat. Secara teori, cairan pra-ejakulasi memang seharusnya tidak mengandung sperma. Namun, ada sperma yang tersisa di uretra (saluran untuk mengeluarkan urine dan air mani) dan sperma bisa bercampur dengan cairan pra-ejakulasi.
Jadi, bagi pasangan suami istri yang sedang program KB atau ingin menunda momongan dengan cara ejakulasi di luar vagina, ketahuilah bahwa cairan pra-ejakulasi masih mungkin menyebabkan kehamilan.
7. Semua sperma berenang aktif menuju sel telur layaknya perlombaan
Sperma sering digambarkan sebagai perenang yang aktif bergerak dan berlomba-lomba menuju sel telur. Faktanya, tidak semua sperma akan berenang langsung menuju sel telur. Pergerakan sperma (motilitas) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Motilitas progresif: aktif bergerak dalam garis lurus atau lingkaran besar.
- Motilitas non-progresif: bergerak dalam pola lain, tapi tidak maju
- Immotile: tidak bergerak
Mitos ini tidak benar karena bau maupun rasa dari sperma lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, diet/pola makan, dan gaya hidup. Dilansir dari Healthline, mengonsumsi makanan atau buah tertentu tidak akan mengubah rasa sperma secara signifikan. Di sisi lain, mengonsumsi makanan penuh nutrisi terbukti bisa memberikan dampak positif dan meningkatkan kesuburan.
9. Peluang hamil lebih besar jika jumlah sperma banyak
Faktanya, sel telur hanya butuh satu sel sperma untuk terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan. Saat satu sel sperma mencapai sel telur, maka sel sperma lainnya tidak bisa lagi menembus lapisan protein yang menyelubungi ovum. Jadi, untuk memperbesar peluang hamil, yang perlu diperhatikan adalah kualitas sperma, bukan kuantitasnya.
10. Umur sperma sangat pendek
Usia atau masa hidup sperma tergantung dari tempat atau di mana sperma tersebut dikeluarkan saat ejakulasi. Sperma yang dikeluarkan di dalam vagina bisa bertahan hingga sekitar lima hari. Vagina memiliki lendir serviks yang melindungi sperma sehingga bisa bertahan lama.
Sementara sperma yang dikeluarkan di tempat yang dingin dan kering bisa mati dalam waktu beberapa menit saja. Bahkan, sperma bisa lebih cepat mati jika berada di tempat yang ekstrem seperti hot tub atau air yang mengandung bahan kimia. Sangat jarang sperma bisa bertahan hingga 30 menit jika dikeluarkan di tempat yang tidak memadai.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari