tirto.id - Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan pemerintah perlu menghapus tarif batas bawah (TBB) tiket pesawat. Menurut Tulus, langkah ini lebih akan menjawab persoalan karena membuka peluang adanya persaingan antar maskapai yang lebih kompetitif.
Ia menilai, penurunan Tarif Batas Atas (TBA) sebanyak 16 persen yang pernah dilakukan pemerintah masih belum cukup. Sebab, ia mengklaim, formulasi TBA sendiri belum banyak berubah.
“TBA turun 16 persen masih kurang. Jadi berani tidak pemerintah ambil langkah lebih ekstrem. Perlu revisi formulasi TBA atau menghapus TBB. TBB itu tidak ada. Yang ada waktu itu dibuat Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan,” ucap Tulus.
Tulus menjelaskan, awal mula kehadiran TBB adalah karena Menhub, Ignasius Jonan curiga bahwa kecelakaan AirAsia pada tahun 2014 disebabkan harga tiket pesawat yang terlalu murah.
Dengan demikian, ada dugaan kalau murahnya harga tiket pesawat disebabkan karena pengabaian sejumlah aspek terutama keselamatan.
“TBB ini siluman kenapa tiba-tiba muncul. Secara historis waktu itu kita heran AirAsia jatuh 2014 dan Jonan, Menhub waktu itu lihat ini tarif. AirAsia jatuh karena selama ini masing-masing maskapai menggunakan praktik dugaannya praktik tidak sehat dengan predatory pricing,” ucap Tulus.
Soal TBB, Direktur Kebijakan Persaingan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Taufik Ahmad mengatakan hal ini masih menjadi bahan diskusi. Namun, salah satu aspeknya, kehadiran TBB juga berpotensi menghambat karena seolah-olah tidak ada maskapai yang mampu menjual tiket lebih kompetitif dari yang lain.
“TBB ini ada pro kontra kuat, maskapai jadi dua maskapai saja. Yang beranggapan itu negatif, jadi seolah enggak ada orang yang mampu berjualan di bawah batas itu,” ucap Taufik dalam diskusi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto