tirto.id - Policy Advisor, Kementerian Koordinator Perekonomian Lin Che Wei menilai, polemik harga tiket pesawat tidak cukup mewakili permasalahan yang sebenarnya dialami oleh masyarakat Indonesia.
Menurut Che Wei, sebuah analisis pasar menunjukkan, dari total 90 juta penumpang pesawat Indonesia, hanya 25 juta saja yang benar-benar unik atau hanya 10 persen dari penduduk Indonesia.
“Market analisis keseluruhan dan segmen enggak banyak. Yang ribut-ribut (tiket mahal) itu kalau saya lihat bener, mohon maaf, itu tidak representatif dari rakyat Indonesia,” ucap Che Wei dalam acara bertajuk “Polemik Harga Tiket Pesawat: Perspektif Hukum, Bisnis, dan Investasi” di Hotel Sari Pacific pada Jumat (9/8/2019).
“Dari 90 juta orang, katakanlah ada 25 juta penumpang yang unik. Itu cuma 10 persen penduduk Indonesia (total 250 juta penduduk),” tambahnya.
Namun, ketika ditanya mengenai bila mana jumlah itu membuat permasalahan tiket mahal menjadi tidak relevan, ia memastikan bahwa hal itu tidak demikian.
“Bukan, bukan dibiarkan saja. Yang saya katakan itu yang ribut itu mungkin tidak representatif dari keseluruhan. Bukan masyarakat itu enggak penting. itu dua hal berbeda,” ucap Che Wei.
Che Wei mengatakan, meskipun jumlah orang yang terdampak dari mahalnya tiket pesawat cukup kecil, ia memastikan bahwa masalah itu tetap akan diperhatikan pemerintah. Termasuk dicarikan jalan keluarnya.
Hanya saja, ia mengatakan dengan jumlah 25 juta masyarakat yang benar-benar adalah pengguna pesawat terbang, maka sebenarnya ada masalah lain yang seharusnya menjadi prioritas terutama dalam sektor perhubungan.
Dengan kata lain, lanjut Che Wei, merujuk pada kemungkinan masyarakat mengabaikan persoalan yang sebenarnya lebih penting bagi sisa 225 juta penduduk Indonesia lainnya.
“Yang saya katakan itu dari populasi Indonesia 250 juta pihak yang mungkin terpengaruh dengan ini cukup kecil. Jangankan 25 juta, 2 juta orang pun penting, tapi ada topik lain yang lebih memengaruhi harkat orang banyak,” pungkas Che Wei.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno