Menuju konten utama

Wonderful Indonesia Kalah Jauh dari Malaysia dan Thailand

size, sustainability, dan spread."> Branding pariwisata Indonesia "Wonderful Indonesia" masih kalah jauh dengan Malaysia Truly Asia dan Amazing Thailand. Indikator menang kalah itu dilihat dari tiga perhitungan yaitu size, sustainability, dan spread.

Wonderful Indonesia Kalah Jauh dari Malaysia dan Thailand
Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) mengunjungi Candi Borobudur, Magelang, Jateng, Jumat (20/5). Melalui promosi Wonderful Indonesia, pemerintah menargetkan kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 2019 mencapai 20 juta wisman. Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko.

tirto.id - Wonderful Indonesia masih kalah jauh dengan Malaysia Truly Asia dan Amazing Thailand dalam hal mempromosikan potensi wisata ke negara-negara lain. Indikator menang kalah itu dilihat dari tiga perhitungan yaitu size, sustainability, dan spread.

“Dengan menggunakan ukuran itu harus kita akui, Indonessia (Wonderful Indonesia) masih kalah jauh. Dengan Malaysia, size atau ukuran, kita kalah. Sustainable menang, kita bertumbuh 10,3%, Malaysia minus 15%. Spread kita kalah. Skor 1-2, sedangkan dengan Thailand kita kalah ketiga-tiganya, skor 0-3," kata Arief Yahya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ke-3 Pariwisata Tahun 2016 di Ecovention, Ecopar Ancol Jakarta pada 15-16 September 2016 dengan tema “Go Digital Be The Best.”

Saat memberikan sambutan, Menpar Arief Yahya mengingatkan cara-cara memenangkan persaingan pariwisata dalam marketing. Menpar memaparkan tiga skenario dalam rangka winning your customers tersebut, antara lain retaining your customers, ecquiring your customers, dan winning the future customers.

Lebih lanjut, menpar memaparkan dalam retaining your costumers terkait erat dengan moment of truth, yaitu bagaimana memberi kesan pertama wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia.

“Di sini wajah Indonesia ditentukan oleh bagaimana wajah para petugas imigrasi melayani turis sebagai customers atau pelanggan yang membelanjakan dollarnya menjadi sumber devisa negara,” Menpar Arief Yahya.

Sementara skenario ecquiring your customers terkait dengan strategi sales. Arief Yahya mencontohkan maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia dengan get more pay more, Singapur Airlines (SQ) membayar mahal untuk mendapatkan fasilitas yang istimewa, dan sejumlah maskapai dengan less for less, seperti LCC (low cost carrier), sedangkan skenario winning the future customers menggunakan digital untuk memenangkan persaingan di masa depan.

“Kita harus sadar, digital itu akan semakin akrab dengan kehidupan orang, dan ke depan akan semakin kuat. Maka kita tidak mungkin, marketing tanpa menggunakan digital karena pemasaran digital itu lebih murah, mudah, dan world wide,” kata Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya menjelaskan, prinsip dari go digital adalah more digital more personal, more digital more professional, more global.

“Dengan kata lain, go digital be the best yang kita jadikan sebagai tema rakornas pariwisata kali ini ,” kata Arief Yahya.

Sebagai penutup, menpar menginginkan semua pihak bekerja keras meningkatkan efektifitas ketiga skenario itu.

Baca juga artikel terkait WONDERFUL INDONESIA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh