tirto.id -
"Ya biar aja, kenapa?" kata Wiranto usai mendatangi almamaternya di acara pelantikan pengurus alumni UNJ, Jakarta, Jumat, (8/9/2017).
Sejak sepekan lalu FPI membuat Posko Jihad ke Myanmar. Mereka mengklaim telah ada 10 ribu orang mendaftar jihad ke Myanmar.
Wiranto menuturkan membawa masyarakat dengan jumlah banyak ke Myanmar dari Indonesia tidak akan mudah. Selain aturan dari Myanmar, Indonesia sendiri punya aturan yang mesti dipatuhi. Wiranto menilai bahwa tidak mungkin satu kelompok masyarakat yang tergolong liar pergi ke luar negeri tanpa aturan.
"Biar saja mereka siap-siap mau ke sana. Siap mau bela itu pernyataan spontanitas karena semangat, tapi pelaksanaannya tidak bisa seperti itu. Butuh satu mekanisme yang harus dipatuhi dari peraturan dan perundang-undangan di Indonesia," jelas Wiranto.
Pernyataan Wiranto hari ini berbeda dengan sebelumnya, Selasa (5/9) kemarin. Kemarin Wiranto mengaku akan berkomunikasi dengan FPI terkait rencana jihad mereka ke Myanmar di tengah konflik yang masih berkecamuk. "Tunggu dulu, saya akan bicara dengan mereka," kata dia.
Sementara itu, Direktur Indonesia Muslim Crisis Centre (IMCC) Robi Sugara menilai gerakan jihad ke Rohingya oleh FPI bisa dimanfaatkan ISIS untuk merekrut anggota baru. Kemungkinan itu besar terjadi karena FPI tidak punya pengalaman berjihad seperti halnya ISIS.
Robi berujar, isu Rohingya yang tersebar sebagai konflik antar agama bisa menjadi alat paling efektif untuk perekrutan terorisme. Ia mencontohkan saat FPI berencana jihad ke Palestina malah dibajak kelompok teroris.
"FPI pernah melakukan tahun 2010 untuk jihad ke Palestina tapi akhirnya dibajak oleh kelompok lintas Tanzim yang akhirnya ada pelatihan militer di Aceh," kata Robi kepada Tirto, Kamis, (7/9).
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Agung DH