tirto.id - Penampakan mobil-mobil terendam air sisa tsunami yang menerjang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) lalu jadi pemandangan umum di lokasi bencana. Air laut dari menggenang dari kejadian tsunami dapat masuk dan menimbulkan kerusakan parah ke mesin mobil-mobil nahas.
Air dapat merusak kondisi blok mesin kendaraan. Kejadian masuknya air ke dalam ruang bakar diistilahkan water hammer atauHydrolock. Masalah seperti ini membayangi kendaraan yang tergenang air laut (garam) pasca-tsunami atau saat terjebak banjir.
Autoevolution, dalam ulasannya berjudul Engine Hydrolock - How Water Can Damage or Destroy Your Engine
kontaminasi air ke mesin yang juga disebut hydrolocking membuat gerakan piston tertahan sehingga mesin gagal melakukan pembakaran. Tingkat kerusakan yang diakibatkan mesin “keracunan air” dapat bervariasi, tergantung seberapa banyak cairan yang menggenang dan intensitas putaran mesin.
Jika air masuk saat mesin dalam keadaan idle, biasanya hanya membuat mesin mati. Namun, situasinya lain ketika air masuk saat mesin sudah dalam putaran tinggi atau dalam keadaan hidup.
Air di dalam silinder mesin tidak dapat dikompresi layaknya bahan bakar dan udara. Saat air masuk ke dalam satu ruang silinder, piston pada silinder lain masih bergerak melakukan pembakaran, sedangkan piston pada silinder yang tergenang pergerakannya tertahan air. Piston yang sedang bergerak naik untuk melakukan pembakaran mendapat tekanan balik dari air yang akhirnya membuat connecting rod (setang seher) bengkok.
“(Akibatnya) bisa con rod (setang seher) bengkok atau dalam kasus terparah blok mesin pecah. Setang seher bengkok saja sudah fatal karena bikin dinding silinder baret,” jelas Executive Coordinator Technical Service PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Anjar Rosjadi saat berbincang dengan Tirto.
Masalah water hammer bisa menguras kantong pemilik mobil. Berawal dari connecting rod bengkok, dampaknya piston mengupas dinding silinder yang mengakibatkan baret level ringan, sampai risiko terbesar melubangi dinding silinder.
Anjar menerangkan, jika dinding silinder sudah baret atau pecah, maka blok mesin harus diganti seluruhnya. “Kalau sudah water hammer itu masuknya kategori rusak berat,” ucap Anjar. "Mahal ganti mesin itu bisa Rp30-40 jutaan. Tapi tidak bakal kurang dari (kisaran harga) segitu,” katanya.
Water Hammer Saat Banjir
Selain karena tsunami, kondisi water hammer juga bisa terjadi manakala pengemudi nekat menerabas banjir yang ketinggiannya sudah menyentuh bagian mesin. Dalam kondisi demikian, air dengan mudah terisap masuk ke dalam mesin lewat celah filter udara, menuju intake, sampai ke dapur pembakaran.
Boleh jadi anjuran menghindari banjir sudah dipahami oleh setiap pengguna mobil, tapi rasa penasaran dan keadaan terdesak kerap mendorong para sopir untuk kekeh melawan genangan banjir. Mencuplik Drivespark, dalam keadaan genangan banjir sudah melewati bagian bawah pintu mobil, sebaiknya berhenti atau mengambil rute lain.
Kalaupun tetap harus membelah banjir, lajukan mobil dengan gear rendah agar bisa membuka gas seminimal mungkin. Menginjak gas lebih dalam saat melawan genangan air bukan tindakan tepat, sebab justru memperbanyak volume udara masuk, sehingga memperbesar risiko air ikut terhisap.
“Kalau menerjang banji ketinggian ekstrem, setinggi kap mobil itu kan sudah ke arah intake udara, kalau air masuk ke situ otomatis air masuk ke ruang bakar. Walaupun mesin sedang jalan lalu air masuk, (mesin) enggak bisa kompresi, jebol nanti,” terang Anjar.
“Jika yakin masih bisa dilewati banjirnya, setinggi roda begitu ya lewati saja. Tapi kalau ketinggiannya sudah ekstrem ya matikan mesin. Atau kalau sudah kejebak di tengah enggak bisa mundur, di depan banjirnya sudah tinggi, tinggal saja mobilnya,” saran Anjar.
Pada kondisi volume air yang masuk mesin masih minim, pemilik mobil bisa melakukan penanganan singkat di rumah. Disebutkan Autoevolution, mesin mobil yang sudah terendam air tidak boleh langsung dinyalakan. Buat mengeluarkan air, lepas semua busi dan injektor.
Setelah busi dan injektor dilepas, keluarkan air di dalam ruang silinder menggunakan kompresor sampai tidak ada lagi air yang muncrat dari lubang silinder (lubang busi). Mengusir air dari ruang bakar juga bisa dilakukan dengan mengaktifkan starter mobil agar piston bergerak memompa air keluar lewat lubang busi. Namun, cara ini cukup berisiko, sebab rawan terjadi korsleting sistem elektrik setelah mobil terendam air. Jika tidak ada kerusakan komponen, mesin seharusnya bisa dinyalakan dengan normal setelah air dikeluarkan.
Agar lebih aman, baiknya segera bawa mobil ke bengkel terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lengkap. Satu hal yang perlu dicatat, yakni air di dalam mesin tidak bisa keluar atau mengering dengan sendirinya.
“Misal banjir di rumah, mobil terendam lalu dibiarkan sehari sampai tiga hari mungkin kering airnya. Air itu di dalam tidak bisa kering,” kata Anjar.
“Mobil jangan dinyalakan. Di bengkel akan diperiksa dulu filter udaranya basah atau tidak, ada tanda-tanda air enggak di intake, kalau tidak ada ya aman, tapi kalau dilihat ada tanda-tanda air akan dibongkar mesinnya,” lanjut Anjar.
Kerusakan mesin karena water hammer pun rentan diacuhkan saat klaim pertanggungan kepada perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi berkilah dengan dasar Pasal 3 ayat (4) poin pertama Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia. Pasal tersebut menyatakan jaminan pertanggungan gugur jika kendaraan dikemudikan secara paksa walaupun secara teknis kondisi kendaraan dalam keadaan rusak atau tidak laik jalan. Adapun melewati jalanan yang tergenang air dianggap mengemudikan mobil secara paksa.
"Untuk menghindari perusahaan asuransi tidak memberikan klaim, maka jalan satu-satunya adalah membiarkan mobil yang terendam tersebut, dan menunggu sampai pihak asuransi membawa mobil derek untuk menarik mobil," ujar Anggota Pembina Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kornelius Simanjuntak, dilansir Antara.
Editor: Suhendra