Menuju konten utama

Waspadai Serangan Jantung dan Flu saat Libur Akhir Tahun

Dalam rentang waktu setahun, serangan jantung paling tinggi terjadi saat natal dan tahun baru.

Waspadai Serangan Jantung dan Flu saat Libur Akhir Tahun
Ilustrasi perempuan sakit saat natal. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kue-kue manis, ragam panggangan daging, kentang, atau makanan laut dinikmati sempurna sambil bercengkrama bersama keluarga dan rekan hingga larut malam. Tak cuma natal, kumpul-kumpul sambil membakar jagung, ayam, atau sate seolah sudah jadi tradisi setiap menyambut pergantian tahun.

Selain bertukar kado, merayakan natal dengan kumpul dan makan besar bersama keluarga adalah mutlak. Menyantap daging-daging bakar sebagai hidangan utama tentu belum lengkap tanpa sajian kue natal (tart tree), christmas yule log, atau puding (christmas pudding) yang terbuat dari roti, labu, gula merah, tepung, madu, dan disajikan hangat-hangat.

Santai sejenak, ragam camilan seperti nastar, kastengel, putri salju, atau kue jahe ikut memenuhi tata letak meja tamu. Kue-kue kering menunggu giliran menjadi teman minum teh atau kopi sambil ngobrol-ngobrol ringan selepas Misa. Kurang dari seminggu selepas natal, masih dengan stok kue kering yang sama, pesta tahun baru digelar.

Akhir pekan setiap penghujung tahun bisa jadi merupakan waktu paling bahagia. Makanan enak dan dialog intim dengan orang-orang terkasih bak penawar penat rutinitas selama satu tahun. Kabar, buruknya perayaan-perayaan tersebut menyisakan tumpukan kalori berlebih dalam tubuh, lemak, bahkan zat-zat karsinogenik.

Camilan kue manis rata-rata terbuat dari tepung terigu yang sudah tidak memiliki serat, gula, mentega, dan telur. Kalori dalam kue-kue ini ternyata tak semini ukurannya, kalori dalam dua-tiga buah nastar saja diasosiasikan setara dengan sepiring nasi. Secara umum sebuah kue nastar mengandung 68 persen karbohidrat, 26 persen lemak dan 6 persen protein.

Jika satu nastar memiliki 75 kalori, artinya memakan tiga buah saja tubuh sudah mendapat asupan 225 kalori. Jumlah tersebut setara satu cetakan nasi dengan 200-250 kalori. Kemudian sebuah kue jahe ukuran 37 gram memiliki 134 kalori. Untuk membakar energi satu kue jahe, kita perlu berjalan setidaknya 36 menit, atau berlari 13 menit.

Selanjutnya bagian daging bakar, laman National Cancer Institute menyebutkan zat karsinogenik (penyebab kanker) bisa terbentuk ketika daging dimasak pada suhu tinggi atau dalam waktu yang lama.

“Amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) terbentuk ketika daging dimasak di atas api dengan suhu lebih dari 300 derajat fahrenheit (148 derajat celcius),” tulis informasi dalam laman tersebut.

Dalam percobaan laboratorium, HCA dan PAH ditemukan bersifat mutagenik--menyebabkan perubahan DNA yang meningkatkan risiko kanker. HCA dan PAH bisa merusak DNA setelah melalui proses metabolisme oleh enzim spesifik dalam tubuh, proses ini disebut bioaktivasi.

Serangan Jantung di Natal dan Tahun Baru

Apa yang terjadi ketika secara mendadak pola makan dan aktivitas kita berubah drastis?

Jawabannya terungkap dalam ringkasan kesehatan saat/paska momen natal dan tahun baru. Penelitian AHA Journal (2004) memeriksa sertifikat kematian milik orang Amerika dalam rentang tahun 1973-2011. Tim peneliti mengamati tren kematian nasional setiap hari, spesifiknya mulai 25 Desember hingga 7 Januari. Mereka menyimpulkan bahwa kematian akibat serangan jantung paling tinggi terjadi selama Desember dan Januari.

Kematian pada periode pengamatan awal (1973-1976) naik sebesar 0,95 persen. Tapi jumlah ini terus meningkat hingga 4,4 persen pada 2008-2011 dibanding hari biasa. Daging dan makanan-makanan manis ini kaya kalori, gula, dan lemak. Ketiga zat itu dapat memompa kenaikan gula darah dan kadar trigliserida yang kemudian jadi penyebab penyakit jantung.

“Jumlah kasus tertinggi berada di tanggal 25 Desember, menyusul 26 Desember, dan 1 Januari,” demikian tulis peneliti.

Ada beberapa penjelasan yang mereka ungkap. Pertama, selama musim libur natal dan tahun baru orang-orang mengubah pola aktivitasnya secara ekstrem. Mereka minim berolahraga tapi banyak makan, minum alkohol, terpapar suhu dingin malam hari, dan tidur larut malam. Alasan kedua, banyak orang menunda pergi ke fasilitas kesehatan lantaran sedang berlibur meski sudah menunjukkan gejala sakit.

“Perubahan perilaku berskala besar ini memengaruhi kejadian henti jantung.”

Studi lain terbitan BMJ (2018) juga menyimpulkan hal serupa. Peneliti menemukan kematian akibat serangan jantung memuncak saat liburan natal dan tahun baru akibat perubahan gaya hidup. Peluang serangan jantung pada malam natal naik sekitar 37 persen dibanding hari biasa. Risiko tambahan dimiliki oleh kelompok umur lebih dari 75 tahun, menderita diabetes, dan individu dengan riwayat penyakit arteri koroner.

“Saat tahun baru, risiko serangan jantungnya 20 persen lebih besar dari hari biasa.”

Flu di Akhir Tahun

Bayangkan perayaan libur panjang Anda berakhir dengan flu yang tak kunjung sembuh. Natal dan tahun baru berantakan, Anda tak bebas bercengkrama karena harus memakai masker setiap saat, makan jadi tak sedap, dan tentu tak bisa ikut begadang.

Ancaman risiko itu nyata adanya. Angka kejadian penyakit flu diprediksi meningkat pada akhir Desember dan awal Januari. Data surveilans terbaru dari Public Health England (PHE) menunjukkan tingkat konsultasi influenza meningkat sebesar 24 persen selama satu minggu (ke-48 hingga minggu ke-49).

“Masalah pernapasan (flu) adalah kegawatdaruratan medis paling umum untuk kelompok usia di atas 65 tahun, diikuti oleh kondisi jantung, yang juga diperburuk oleh flu,” kata National Health Service (NHS) berkaca pada data Desember 2018.

Flu bagi sebagian besar orang memang cuma termasuk kategori penyakit sedang. Tapi ia dapat menjadi komplikasi serius, bahkan mematikan bagi sebagian kecil lainnya. Kondisi terakhir biasanya menyerang bayi, anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang dengan penyakit kronis seperti diabetes atau asma. Untuk mencegah kondisi-kondisi tersebut, vaksin influenza lazim digunakan di negara-negara beriklim dingin.

Vaksin flu umumnya diberikan sebelum musim dingin tiba pada Desember. Sementara itu, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), bulan Oktober adalah waktu paling ideal melakukan vaksin flu di Indonesia, sebelum musim penghujan datang. Injeksi diberikan sebelum musim dingin atau penghujan karena vaksin butuh waktu reaksi.

Vaksin akan bekerja menaikkan antibodi setelah dua minggu pasca-vaksin. WHO merekomendasikan vaksinasi diprioritaskan untuk beberapa golongan. Pertama pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Selanjutnya adalah lansia dengan umur lebih dari 65 tahun, ibu hamil, penderita penyakit kronis, dan pekerja medis.

Tapi, yang terpenting dari semuanya adalah tetap menjaga pola makan dan aktivitas yang sehat selama libur panjang akhir tahun. Jangan sampai Anda justru harus menambah jatah libur karena mendapat perawatan di rumah sakit.

Baca juga artikel terkait NATAL DAN TAHUN BARU 2020 atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Windu Jusuf