Menuju konten utama

Warga Korsel Tolak Mobil Jepang Terkait Ketegangan Politik

Mulai dari penyedia jasa reparasi mobil hingga tempat pengisian bahan bakar di Korea Selatan menolak pelanggan yang menggunakan mobil Jepang.

Warga Korsel Tolak Mobil Jepang Terkait Ketegangan Politik
Korea Selatan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tempat pengisian bahan bakar dan penyedia jasa reparasi mobil di Korea Selatan menolak untuk melayani mobil-mobil produksi Jepang. Hal ini dipicu oleh ketegangan perdagangan dan politik antar kedua negara tersebut.

Dilansir dari Guardian Agensi perjalanan ke Jepang, beer dari Jepang bahkan tiket untuk film anime “Butt Detetive” sudah terkena imbas dari ketegangan ini.

Tak hanya itu sudah ada beberapa orang yang berdemo di depan kantor kedutaan besar Jepang di Korea Selatan.

Perasaan anti Jepang ini sudah menguat sejak 1 Juli (1/7/2019) saat Jepang mengumumkan mulai dari tanggal tersebut akan membatasi Ekspor bahan yang digunakan dalam pembuatan semi-konduktor.

Bahan ekspor tersebut sangat dibutuhkan oleh Negara Korea. Setelah itu kedua negara yang bertetangga itu saling melakukan tuduhan perdagangan.

Komentar dari Asosiasi Stasiun Minyak Korea menyarakan agar stasiun pengiasian bahan bakar yang ada di Korea untuk berhenti melayani pengisian bensin mobil dari Jepang.

Sementara pada tanggal 19 Juli sudah dimulia aliansi antara para penyedia jasa perbaikan mobil untuk tidak memperbaiki mobil dari Jepang.

Salah satu pemiliki pengisian bensin mengatakan ia melihat “bendera Jepang” setiap kali ia melihat mobil Jepang. Pendapat lain juga menyatakan kampanye ini akan menakuti orang-orang yang tertarik untuk membeli mobil Jepang.

Akan tetapi beberapa orang khawatir kampanye ini akan menimbulkan perpecahan antar warga Korea sendiri.

"Perang tidak akan pernah dimenangkan jika kita tidak tahu apakah yang kita tembak adalah teman atau musuh kita," ujar salah satu korban secara online kepada portal berita online E! Today.”

“Korban dari tempat pengisian bensin yang menolak untuk mengisi mobil Jepang bukanlah pemerintah Jepang tetapi pemilik mobil. Jika orang tidak menggunakan bensin, korbannya bukan pemerintah Jepang."

Penjualan bir Jepang di Korea dilaporkan turun sebanyak 40 persen minggu lalu, dengan penjualan bir impor lainnya meningkat. Salah satu swalayan yang bernama CU di korea melaporkan penjualan bir Korea hanya tumbuh 2,8 persen selama periode tersebut, hal ini menunjukkan bahwa patriotisme pun ada batasnya.

Disebutkan pada Japan Today, sekitar 3.700 anggota pemilik toko kelontong Korea Selatan, telah menghentikan memesan dari beberapa atau semua produk Jepang.

"Jepang - negara yang tidak menyesali masa lalunya. Jangan menjual produk Jepang di sini," demikian bunyi tulisan di depan salah satu supermarket di Seoul.

Selain itu pemesanan untuk perjalanan ke Jepang turun hingga 70 persen. Sementara agen perjalanan telah melaporkan 50 persen pembatalan untuk liburan ke Jepang yang dipesan sebelumnya.

Dilansir dari Straits Times pada Senin (22/07/29) melaporkan Hana Tour Service Inc., agen perjalanan, melihat penjualan program wisata ke Jepang turun 30 persen pada minggu kedua Juli dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut juru bicara Song Won-Sun. Saham Hana Tour turun 13 persen pada Juli, sementara maskapai bertarif rendah Jejuair Co anjlok 19 persen.

Tidak hanya di dunia perdagangan. Ketegangan juga sampai pada dunia hiburan, yang mana film “Butt Detective: The Movie” ikut terkena dampak ketegangan politik kedua negara.

Dirilis di Korea pada 11 Juli, film ini memiliki rating yang baik di berbagai situs ulasan di negara itu, tetapi ulasan itu menjadi sasaran oleh unggahan yang menyerukan boikot pada film Jepang.

Baca juga artikel terkait BOIKOT atau tulisan lainnya dari Rachma Dania

tirto.id - Politik
Kontributor: Rachma Dania
Penulis: Rachma Dania
Editor: Yantina Debora