tirto.id - Hari Valentine identik dengan coklat, warna pink, dan bentuk-bentuk simbolik lain yang ditujukan untuk menunjukkan cinta kasih kepada pasangan. Satu di antaranya adalah ciuman.
Ciuman bisa jadi tanda jika pasangan saling mencintai, namun tidak jarang ciuman adalah reaksi awal dalam melakukan hubungan seksual. Beberapa studi meneliti ciuman namun hanya terbatas pada beberapa topik, salah satu contohnya adalah perbedaan gender dalam berciuman.
Dalam penelitian itu menjelaskan bahwa pria lebih cenderung melakukan ciuman sebelum hubungan seksual, sedangkan wanita sesudahnya.
Tetapi pertanyaan besar yang masih terus diungkap oleh para psikolog adalah mengapa orang-orang berciuman?
Dalam sebuah artikel, yang diterbitkan dalam edisi terbaru dari Sexual and Relationship Therapy, Ashley Thompson dan rekannya memeriksa alasan potensial mengapa kita berciuman. Dalam serangkaian penelitiannya, mereka menggambarkan perkembangan skala untuk mengukur motif dalam berciuman yang mereka sebut "Skala YKiss?”. Skala ini diadaptasi dari skala sebelumnya yang menilai motif untuk seks dan oral seks.
Sampel dalam penelitian pertama terdiri 647 individu yaitu 295 wanita, 84 persen Kaukasia, dan usia rata-rata adalah 32 tahun, 87 persen heteroseksual dan 71 persen sedang menjalin hubungan berkomitmen atau pacaran.
Statistik deskriptif mengungkapkan bahwa partisipan telah mencium rata-rata 19 orang dalam hidup mereka, memiliki ciuman pertama mereka pada usia 15 tahun, dan di antara mereka yang saat ini dalam hubungan romantis mencium pasangan mereka, rata-rata, 30 kali selama seminggu.
Peserta diberikan Skala YKiss dan diminta untuk memilih beberapa pilihan jawaban sebagai alasan mengapa mereka mencium pasangan mereka.
Selain meminta para peserta untuk menunjukkan alasan mereka menyukai atau berciuman, para peneliti juga memeriksa apa yang membuat para peserta tidak nyaman saat berciuman atau yang para peneliti sebut sebagai pencapaian tujuan.
Untuk motif ciuman atau hubungan seksual, Thompson mencatat 11 motif seperti berciuman itu rasanya enak, penampilan fisik orang itu membuat bersemangat, ingin mengatur suasana hati, ingin merasa terhubung dengan orang itu, ingin meningkatkan ikatan emosional, ingin menunjukkan kasih sayang kepada orang itu, orang itu menarik, ingin terangsang, ingin memulai perilaku seksual lainnya, dan ingin mengungkapkan cinta saya kepada orang tersebut
Thompson juga mencatat ada beberapa motif, seperti marah pada orang itu jadi mencium orang lain, ingin membalas dendam, ingin kenaikan gaji atau promosi, ingin menentang orang tua, menginginkan bantuan, bersaing dengan seseorang untuk "mendapatkan" orang itu, ingin menghukum diri sendiri, ingin meningkatkan reputasi, ingin menjadi populer, ingin melukai atau mempermalukan seseorang, dan ingin membuat seseorang cemburu.
Mengenai faktor gender, Thompson mencatat bahwa pria lebih punya motivasi beragam dalam berciuman.
“Pria biasanya disosialisasikan untuk menjadi lebih tegas, tetapi wanita diajari mengendalikan diri dan menahan diri. Wanita bertindak sebagai “penjaga gerbang” dari perilaku intim dan seksual. Jadi masuk akal bahwa ciuman yang lebih sering untuk motif apa pun datang dari laki-laki dan bahwa wanita terlibat dalam ciuman romantis sebagai tanggapan atas tawaran pasangan mereka yang lebih sering daripada sebaliknya,” jelas Thompson.
Meskipun ciuman bisa sangat seksual misalnya ciuman Prancis, ciuman romantis lebih merupakan aktivitas emosional dan relasional. Jadi, berciuman romantis cenderung lebih dihargai oleh wanita daripada oleh pria.
Oleh karena itu, wanita lebih cenderung menggunakan seks dengan pasangannya sebagai cara untuk mencapai ‘tujuan pribadi’ mereka. Namun begitu, penelitian selanjutnya perlu memeriksa ini dan penjelasan lainnya mengenai perbedaan gender dalam motif untuk berciuman.
Dilansir Psychology Today, Asras Emanzadeth mengatakan bahwa dalam bahasa Inggris, kita memiliki banyak idiom untuk menggunakan kata ciuman seperti "kissbye". Kissing juga telah dirujuk dalam banyak lagu, seperti "Kiss from a Rose," "Kiss me," atau "I Kissed a Girl." Kita bahkan menganggap ciuman memiliki kekuatan khusus, seperti dalam ciuman yang mengubah katak menjadi pangeran yang tampan dalam "The Frog Prince".
“Namun, meskipun banyak referensi untuk berciuman, kita memiliki pemahaman yang terbatas tentang mengapa kita berciuman. Dan temuan dari penelitian ini mengingatkan kita bahwa berciuman tidak selalu tentang romansa. Ya, ciuman sering dimotivasi oleh minat relasional/seksual, tetapi kadang-kadang oleh rasa tidak aman atau pencapaian tujuan yang lain,” jelas Emanzadeth.
Editor: Yulaika Ramadhani