Menuju konten utama

Usaha Manusia Mencari Makhluk Cerdas di Luar Angkasa

Manusia terus berupaya mencari sinyal-sinyal keberadaan makhluk lain di luar bumi. Butuh waktu bertahun-tahun hingga manusia bisa menerima sinyal dari makhluk penghuni di luar bumi.

Usaha Manusia Mencari Makhluk Cerdas di Luar Angkasa
Ilustrasi dunia dan alam semesta [Foto/NASA/Shuterstock]

tirto.id - Di gurun wilayah Rajasthan, sebuah pesawat asing dari luar bumi mendarat. Tampak setelah itu seorang pria telanjang turun dengan tatapan tajam ke depan. Hanya ada kalung yang batunya bersinar di tubuh polosnya. Batu itu diusapnya, segera setelah itu pesawat yang mengantarnya pergi meninggalkan.

Pria asing itu berjalan ke depan hingga melihat ada seorang pria lokal berjalan di samping rel kereta api. Lekat-lekat ia memandang dan tampak pria lokal di Rajasthan itu menyadarinya. Ia pun sama-sama saling pandang dari kejauhan. Pria asing itu berlari menghampiri.

Dari jarak berhadapan, pria asing tampak memperhatikan ciri-ciri orang yang ditemuinya di bumi. Sedangkan pandangan pria lokal terhenti pada sebuah batu yang bersinar. Dengan segera, ia menarik batu itu untuk dibawa pergi. Pria asing itu menyadari dan langsung mengejarnya.

Pria lokal itu berhasil naik di kereta yang sedang melintas, melemparkan sebuah radio yang dibawanya dan segenggam pasir dilemparkan ke muka pria asing itu.

Sempoyongan dan tidak bisa melihat sejenak karena pasir di mata. Pria yang baru pertama kali ia temukan di bumi itu membawa pergi kalungnya. Tanpa kalung tersebut, ia tidak bisa lagi kembali ke planet asalnya. Ia tidak bisa memanggil kembali pesawat yang membawanya.

Ini adalah penggalan dari film besutan Rajkumar Hirani berjudul PK yang dirilis tahun 2014 lalu. Film fiksi ilmiah dan satir relijius ini menjadi film terlaris di India dari yang pernah tercatat sebelumnya.

Di kehidupan nyata, alien yang merujuk pada makhluk dari kehidupan di luar bumi ternyata tidak hanya selalu ditempatkan pada konsep hiperrealitas ala Jean Baudrillard semata. Setidaknya, sebelum akhir abad ke-19, para ilmuwan terus berupaya menemukan tanda-tanda kehidupan lain di luar bumi hingga detik ini.

Kehidupan ekstraterestrial, kehidupan yang tidak berasal dari bumi. Begitu sebutannya yang merujuk pada pencetusan bahwa tidak mungkin di jagad semesta yang maha luas dan bertabur milyaran planet ini hanya ada bumi seorang yang planetnya memiliki peradaban.

Upaya Pencarian

Seperti dilansir dari National Geographic, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh YouGov, sebanyak 58 persen warga Amerika, Inggris, dan Jerman masih percaya bahwa Alien yang dituding berakal cerdas itu memang ada. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang masih menaruh harapan akan adanya sebuah kehidupan yang sedang berlangsung di planet lain.

Guna menelusurinya, para ilmuwan yang tergabung dalam SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) telah memfokuskan diri untuk berusaha mencari kemungkinan-kemungkinan secara ilmiah tentang kehidupan lain di luar bumi dengan peradaban mereka yang sudah cerdas.

Upaya pencarian ini dimulai tidak lama setelah munculnya radio pada tahun 1900-an. Indikasi-indikasi awal yang dijadikan petunjuk adalah dengan pemantauan radiasi elektromagnetik untuk tanda-tanda transmisi dari peradaban di dunia lain.

Selain pencarian dengan cara mendeteksi transmisi yang masuk, pengiriman pesan ke berbagai bintang di jagad semesta raya sebagai upaya pencarian juga telah dilakukan.

Tercatat ada sepuluh proyek pengiriman pesan luar angkasa yang sudah terealisasi sejak tahun 1962 seperti The Morse Message (1962), Arecibo message (1974), Cosmic Call 1 (1999), Ten Age Message (2001), Cosmic Call 2 (2003), A Message From Earth (2008), Across the Universe (2008), Hello From Earth (2009), Wow! Reply (2012) dan Lone Signal (2013).

Seperti dikutip dari The Telegraph, kedatangan dari pesan tersebut juga relatif lama hingga sampai di tujuan. Yang tercepat adalah A Message From Earth yang akan sampai di tujuan pada 2029 nanti.

Negara-negara besar seperti Rusia, Amerika dan Cina tercatat memiliki teleskop raksasa dengan daya jangkau luas yang diharapkan dapat menunjang penangkapan sinyal-sinyal dari makhluk cerdas luar angkasa, termasuk juga sebaliknya mengirimkan sinyal-sinyal ke mereka.

Seperti baru-baru ini, pemerintah Cina berhasil menyelesaikan sebuah teleskop radio raksasa yang diameternya mencapai 500 meter. Proyek yang sudah dimulai sejak tahun 2011 ini bernama Aperture Spherical Telescope atau FAST, dengan lokasi di selatan Guizhou, Cina. Melihat dari diameternya, praktis ini menjadi yang terbesar di daratan Asia.

Berbeda dari teleskop lain dalam tujuan utamanya, teleskop FAST dengan 4.450 panel segitiga ini difungsiutamakan untuk menyerap tanda-tanda kehidupan yang terpancar dari planet lain di luar bumi.

"FAST berpotensi untuk menelusuri keberadaan alien, 5 sampai 10 kali lebih canggih dari peralatan yang ada saat ini, karena mampu melihat planet yang letaknya jauh dan lebih gelap," ujar Peng Bo dari National Astronomical Observation pada media Xin Hua.

Di Amerika Serikat, teleskop bernama Observatorium Arecibo menjadi tempat mendalami berbagai kemungkinan menerima sinyal-sinyal yang tidak biasa dan merujuk pada makhluk cerdas luar angkasa. Ada tiga bidang utama penelitian yang dihasilkan dari teleskop ini, yaitu astronomi radio, ilmu atmosfer, dan astronomi radar.

Dari teleskop ini, tercatat ada dua upaya komunikasi pengiriman pesan untuk kehidupan luar bumi. Pertama pada tahun 1974 saat diarahkan ke bintang Messier 13 yang berjarak 25.000 tahun cahaya dan dinamai Arecibo message. Kedua pengiriman pesan pada 7 November 2009 bernama RuBisCO yang mentransmisikan ke tiga bintang terdekat, L 1159-16, Teegarden's star, dan Kappa1 Ceti.

Tak ketinggalan, Rusia juga memiliki teleskop raksasa bernama RATAN-600 yang utamanya dioperasikan sebagai teleskop transit. Diameternya yang mencapai 576 meter menjadikannya sebagai teleskop terbesar di dunia. Tercatat kandidat sinyal kehidupan luar angkasa sempat terekam oleh teleskop ini.

Pada 2015, RATAN-600 mendeteksi sebuah sinyal kuat dari arah bintang HD 164595. Sinyal seperti dilaporkan mengalami naik dan turun seperti apa yang menjadi ciri datangnya sebuah sinyal dari sumber yang jauh. Meskipun belakangan seperti diwartakan National Geographic, Russian Academy of Science menyatakan bahwa sinyal yang dideteksi oleh teleskopnya kemungkinan besar berasal dari bumi.

Masih menyisakan perdebatan

Ada banyak tantangan ketika mengurai hasil tangkapan gelombang yang tidak biasa dan menjadi kandidat sinyal dari kehidupan luar angkasa. Tidak jarang juga sinyal aneh yang diterima pada akhirnya tidak terkait kehidupan di luar angkasa. Di sisi lain, masih muncul perdebatan-perdebatan terkait upaya memecahkan setiap sinyal dugaan awal dari kehidupan luar angkasa.

Belum lagi saat ini tidak semua ilmuwan terkait setuju dan menempatkan proyek pencarian makhluk luar angkasa ini sebagai prioritas misi utama.

Jika selama ini upaya mencari tanda kehidupan makhluk cerdas luar angkasa dilakukan di bumi, tim ilmuwan memiliki proyek ambisius untuk mencari kehidupan alien. Tim ini dipimpin oleh astrofisikawan kondang Stephen Hawking bersama para pengusaha internet seperti Mark Zuckerberg dan Yuri Milner.

Proyek yang mereka rancang adalah dengan meluncurkan pesawat robotika mungil ke luar angkasa demi mencari peradaban alien. Lebih rinci, proyek yang diberi nama Starshot Project ini rencananya akan mengirim pesawat robotika mungil tersebut ke sistem bintang Alpha Centauri yang jaraknya sekitar 40 triliun kilometer dari Bumi.

Dikutip dari Independent, jika dihitung perjalanan menuju Alpha Centauri dapat memakan waktu selama 30 ribu tahun. Sedangkan Starshot Project dengan desain yang mungil diharapkan bisa membuat misi ini hanya berdurasi 20 tahun.

Namun, ada juga yang mendefinisikan mencari makhluk luar angkasa bukan harus sebuah peradaban yang mirip dengan manusia, melainkan mikroorganisme yang menandakan ada kehidupan di luar bumi.

Ellon Stofan selaku kepala ilmuwan NASA mengatakan, "Tidak lama lagi, sekitar 20 sampai 30 tahun lagi. Kita sedang menuju ke sana." Pernyataan itu dibuat setelah adanya bukti air di permukaan bulan dan beberapa planet-planet kecil seperti Ceres, Europa, Ganymede, Callisto, Enceladus, Titan, Mimas, Triton dan mungkin Pluto.

Ada yang menarik dari hasil sebuah konvensi American Association for the Advancement of Science pada 13 Februari 2015 lalu. Selain mengapresiasi upaya pencarian dengan mengirimkan pesan ke luar angkasa, salah satu hasil lainnya adalah pernyataan bahwa diskusi ilmiah, politik dan kemanusiaan di seluruh dunia harus terjadi sebelum pesan apapun dikirimkan.

Jadi, sudah siapkah bumi menyambut jawaban pesan dan kedatangan makhluk luar angkasa yang selama ini dicari?

Baca juga artikel terkait HUMANIORA atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Humaniora
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti