tirto.id - Faksi-faksi militer yang berkonflik di Sudan setuju gencatan senjata baru lebih panjang mulai Kamis, 4 Mei 2023, selama tujuh hari. Badan-badan bantuan di Sudan memohon kepada faksi-faksi yang bersitegang agar mengizinkan pasokan bantuan.
Diberitakan The Guardian, pada saat faksi-faksi militer menyetujui gencatan senjata pada Rabu, 3 Mei 2023, sekitar enam truk pembawa pasokan kemanusiaan dijarah saat serangan udara di Khartoum, padahal masih dalam perjanjian gencatan senjata.
Martin Griffiths selaku koordinator bantuan darurat PBB, mengatakan bahwa pada Rabu, 3 Mei 2023, ia sedang mencari jaminan untuk mengirimkan pasokan kemanusiaan agar tak dijarah lagi.
"Kami perlu memiliki kesepakatan di tingkat tertinggi dan sangat terbuka. Kami perlu mewujudkan komitmen tersebut ke dalam pengaturan lokal yang dapat diandalkan," kata Griffiths di Port Sudan.
Di Kota Geneina, sekitar 6.800 ton bantuan makanan telah dicuri sebuah kelompok yang masih bersitegang di jalanan. Hal ini semakin membuat para pemasok bantuan khawatir hingga meminta faksi-faksi militer Sudan agar menjamin keamanan pasokan bantuan terbaru.
Meskipun sudah ada kesepakatan gencatan senjata, pertempuran jalanan masih terus berlanjut di pusat Kota Khartoum dan terjadi bentrokan sengit di wilayah barat daya Darfur.
Situasi Konflik dan Perang Sudan Terkini
Konflik pada Rabu kemarin menewaskan salah satu aktor paling terkenal di Sudan, yakni Asia Abdelmajid, 70 tahun dan penyair ternama Sudan, Mohamed Moftah Al-Faitory. Hingga Kamis pagi ini, pertempuran di Sudan telah menelan korban jiwa sekitar 500 orang.
Konflik itu juga memicu eksodus pekerja kemanusiaan internasional dan penangguhan sebagian besar program bantuan yang ditujukan kepada 45 juta penduduk Sudan.
Buntut perang panjang antara kedua faksi ini telah memicu sekitar 100 ribu penduduk mengungsi ke negara tetangga dan menyebabkan harga kebutuhan pokok naik dua kali lipat hingga tiga kali lipat.
Melansir Al Jazeera, pertempuran Sudan telah memasuki pertempuran hari ke-19. Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan menjadi penengah kedua faksi militer Sudan untuk menyetujui gencatan senjata.
Kementerian itu mengatakan, mediasi yang diperjuangkan Presiden Salva Kiir ini membuat kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata selama seminggu dan menunjuk para utusan kedua faksi untuk melakukan perundingan damai.
Sehari sebelumnya, Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan bahwa sekitar 550 orang telah tewas akibat pertempuran panjang serta sekitar 4.926 orang lainnya mengalami luka-luka.
PBB Meminta Jaminan Keamanan Pasokan Bantuan di Sudan
Diwartakan AP News, Kepala Kemanusiaan PBB pada Rabu dilaporkan tengah berada di Sudan untuk mencari jaminan keamanan pengiriman bantuan bagi mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Martin Griffiths selaku wakil sekretaris jenderal untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat di PBB, menyebutkan pada saat ia tiba di Port Sudan di Laut Merah di hari kesepakatan gencatan senjata, rupanya kesepakatan itu belum sepenuhnya diterapkan, sebab pertempuran hingga Rabu malam masih terus berlangsung.
Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan PBB untuk mencari jaminan keamanan pasokan bantuan. Terlebih, menurut pemberitaan media lokal sempat ada pembajakan terhadap enam truk yang mengangkut pasokan bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan.
Program Pangan Dunia melaporkan bahwa sekitar 17.000 metrik ton makanan telah dijarah di beberapa wilayah Sudan yang berkonflik termasuk di Khartoum dan Darfur barat.
Di samping itu, menurut laporan Reuters, PBB juga telah menekan para jenderal Sudan, termasuk dari kedua faksi yang bertikai agar menjamin keamanan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Menanggapi konflik di Sudan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa komunitas internasional harus mendorong kedua jenderal faksi yang bersitegang agar menghentikan pertempuran dan mulai membuka dialog.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto