tirto.id - Kasus corona COVID-19 di India terus memburuk. Negara tersebut mencatat lebih dari 400.000 kasus COVID-19 baru untuk pertama kalinya pada hari Sabtu (1/5), demikian melansir Reuters.
Kini, pemerintah India terus berupaya melakukan vaksinasi besar-besaran, namun beberapa daerah dilaporkan kekurangan suntikan.
Pihak berwenang melaporkan 401.993 kasus baru dalam 24 jam sebelumnya, setelah 10 hari berturut-turut lebih dari 300.000 kasus harian.
Angka kematian melonjak 3.523, menjadikan total korban negara itu 211.853, menurut kementerian kesehatan federal.
Situs Worldometers melaporkan, hingga hari ini, Senin, 3 Mei 2021 pukul 12.08 WIB, negara tersebut berada di urutan ke-2 dunia, dengan total kasus terkonfirmasi mencapai 19,925,604 atau nyaris 20 juta kasus.
Lonjakan infeksi telah membanjiri rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium, serta membuat banyak keluarga berebut untuk mendapatkan obat-obatan dan oksigen yang langka.
Vaksin di India
India telah menerima 150.000 dosis vaksin Sputnik-V dari Rusia dan jutaan dosis lagi akan menyusul, kata juru bicara kementerian luar negeri India pada hari Sabtu (1/5).
Dilansir dari Antara, Inggris akan mengirim lagi 1.000 ventilator ke India, kata pemerintah pada Minggu (2/5), guna meningkatkan dukungannya saat sistem kesehatan India berjuang menangani lonjakan tajam kasus COVID-19.
Pemerintah Inggris sebelumnya setuju untuk mengirim 600 perangkat medis, termasuk ventilator dan konsentrator oksigen.
"Dukungan ini akan langsung membantu memenuhi kebutuhan genting di India, terutama oksigen untuk pasien," kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab melalui pernyataan. "Kami bermaksud membantu rekan kami India di saat mereka membutuhkan."
Pejabat kesehatan senior Inggris juga telah berbicara kepada mitra mereka di India untuk memberikan arahan.
Negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman dan Pakistan, juga memberikan dukungan saat jumlah infeksi harian COVID-19 di India mencapai 392.488, dengan total kematian lebih dari 215.000.
Dukungan terbaru dari Inggris muncul menjelang percakapan via telepon antara Perdana Menteri Boris Johnson dan Narendra Modi yang dijadwalkan pada Selasa, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Percakapan itu menggantikan kunjungan Johnson yang direncanakan pada April, namun batal dilakukan karena lonjakan kasus COVID-19.
Pemerintah Modi enggan menerapkan lockdown nasional, akan tetapi hampir 10 negara bagian dan wilayah persatuan India telah mengadopsi berbagai bentuk pembatasan.
Editor: Agung DH