Menuju konten utama

Upaya Para TKI Mengobati Kerinduan Lebaran

Menjelang lebaran, remitansi atau pengiriman uang dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meningkat tajam. Untuk tahun ini, remitansi diprediksi meningkat karena bersamaan dengan tahun ajaran baru.

Upaya Para TKI Mengobati Kerinduan Lebaran
Sejumlah buruh migran indonesia (BMI) berjalan menuju bandara untuk pulang ke Indonesia di kantor kedutaan besar indonesia di Kuala Lumpur, Malaysia. Antara Foto/Muhammad Adimaja

tirto.id - Anis adalah seorang buruh migran di Arab Saudi. Saban setiap akhir Ramadan, dia mengirimkan uang untuk keluarga di kampung yang lokasinya terpencil di Cianjur Selatan. "Sebagai bekal untuk lebaran," katanya.

Bagi Anis mentransfer uang jelang lebaran adalah obat untuk mengatasi kerinduan, khususnya kepada sang anak yang kini sudah duduk di bangku SMA. Ketika lebaran, dia kadang merasa sedih tak bisa bersua dengan keluarga.

Dengan sedikit mengirim uang diharapkan bisa jadi pelipur lara saat dirinya merasa kesepian di Saudi sana. “Biasanya saya tabung dulu empat atau tiga bulan sebelumnya. Pas mau dekat lebaran baru saya kirim semua. Jadi biar terasa banyak,” ucapnya.

Apa yang dilakukan Anis lazim dilakukan oleh para TKI lainnya. Setiap menjelang lebaran angka remitansi selalu naik berkali-kali lipat. BNP2TKI memprediksikan pada lebaran kali ini angka remitansi bisa berkisar Rp1,2 triliun hingga Rp1,5 triliun. Prediksi ini wajar-wajar saja mengingat pertumbuhan remitansi di Indonesia berkisar 11 persen. Tahun lalu, angka remitansi TKI pada momentum Ramadan lebaran mencapai Rp1,1 triliun.

Data remitansi yang dicatat Bank Indonesia di atas pun tidak bisa menggambarkan pengiriman uang secara keseluruhan. Sebab banyak pula TKI yang mengirimkan uang via jalur formal non-bank. Karena itu prediksi angka-angka di atas tentunya bisa bertambah.

“Di luar catatan Bank Indonesia, tentu angkanya jauh lebih banyak, karena tak sedikit TKI yang mengirim uang ke kampung halaman mereka lewat perantara di luar jasa perbankan,” ujar kepala BNP2TKI, Nusron Wahid. “Ada yang mengirim uang ke keluarganya lewat perbankan, membawa sendiri, menitipkan kepada temannya, atau melalui jasa kurir perorangan,” imbuhnya.

Meski begitu jika merujuk klaim dari daerah-daerah pemasok TKI, kenaikan remitansi itu memang benar-benar adanya. Di Kabupaten Cianjur misalnya. Cianjur masuk dalam 10 besar kabupaten/kota lumbung TKI di Indonesia. Data dari Kantor Pos Cianjur memaparkan pada Ramadan kali ini kiriman uang sudah mencapai Rp54,5 miliar.

Sepekan jelang Lebaran, jumlah pengiriman diperkirakan menembus angka Rp76 miliar atau meningkat hingga 40-50 persen. Kebanyakan transaksi dilakukan melalui Western Union dengan 12.596 transaksi.

"Semua (transaksi) menggunakan Western Union. Uang kiriman yang masuk dari tiap TKI berbeda-beda, kisarannya Rp 1 juta sampai Rp4 juta lebih, bahkan ada yang Rp25 juta. Jumlah transaksi dan pengiriman uang pun diperkirakan akan meningkat hingga akhir Ramadan nanti,” ucap Manager Pemasaran Kantor Pos Cianjur, Suhana dikutip dari Pikiran Rakyat.

Tahun lalu, hingga Lebaran berakhir total remintansi di Cianjur hanya mencapai Rp42,9 miliar. Artinya perhitungan tahun ini sudah melebihi tahun lalu. Suhana malah menyebut remitansi tahun ini akan lebih baik ketimbang satu dekade terakhir. “Selain menyambut Lebaran, ajaran baru bagi anak sekolah juga jadi faktor pengiriman (uang) ikut meningkat," kata dia.

Arus Mudik TKI

Uang remitansi terbanyak biasa dikirim dari negara-negara Timur Tengah, Hong Kong atau Taiwan. Bagi para TKI yang bekerja tak jauh dari Indonesia, seperti di Singapura atau Malaysia, momentum lebaran tak pernah disia-siakan untuk pulang ke tanah air.

Deputi Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Agusdin Subiantoro, memperkirakan sekitar 200.000 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) akan pulang kampung pada lebaran tahun ini. Meningkatnya TKI yang mudik dikarenakan para majikan di luar negeri, sudah paham dengan tradisi mudik di Indonesia.

Zulmi Zuliansyah adalah TKI yang bekerja di perkebunan sawit di Malaysia. Dia sudah mengambil cuti pekerjaan sejak pertengahan Ramadhan lalu. Momen lebaran dimanfaatkannya untuk kembali ke tanah air ketimbang harus pulang pada bulan-bulan lain. Rata-rata para TKI ini diberi izin cuti selama tiga minggu hingga sebulan. TKI yang diberi cuti biasanya mereka yang sudah bekerja minimal dua tahun.

“Kebetulan di pertengahan tahun lot pekerjaan biasanya tak terlalu berat. Daripada pulang akhir tahun mending sekarang saja, kebetulan bos pun ngerti,” ucapnya.

Peningkatan TKI yang pulang bisa dilihat jumlah kedatangan di Bandara Djuanda, Surabaya. Penumpang dari luar negeri saat ini meningkat sekitar 30 persen. Dari segi jadwal, beberapa maskapai memutuskan menambah jadwal terbang, kenaikan kedatangan jadwal penerbangan internasional mencapai 20 persen.

Kondisi sama terjadi di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Arus mudik TKI naik dua kali lipat dalam sepekan terakhir. “Kenaikannya dua kali lipat. Hari biasa, paling 250-an, tapi belakangan bisa mencapai 400-500 perhari yang turun dari pesawat,” kata Petugas Help Desk & Crisis Centre BNP2TKI Bandara Husein, Firmansyah Ismail kepada Antara.

Mayoritas TKI yang pulang lewat Bandung berasal dari Kuala Lumpur, Johor Baru, dan Singapura. Menurut Firmansyah, pemudik TKI itu didominasi warga yang berasal dari banyak wilayah Jabar dengan porsi hingga 80 persen. Sisanya, pekerja asal Jateng seperti Cilacap, Brebes, hingga Kebumen yang relatif dekat dengan perbatasan Jabar. Karenanya, mereka memilih transit dengan memanfaatkan pintu kedatangan melalui ibukota Jabar itu.

Sedangkan yang tak memakai pesawat, biasanya menumpangi kapal yang melintasi Pelabuhan Tunon Taka Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

"Arus penumpang dari kalangan TKI dari Negeri Sabah mulai meningkat sejak sepekan lalu," kata agen penumpang di Kabupaten Nunukan, Hariani seperti dikutip dari Antara. Ia menambahkan, ledakan arus penumpang itu dibuktikan dengan tiket kapal PT Pelni yang habis terjual sebelum pemberangkatan hingga dipesan oleh para calo.

"Dari empat kapal penumpang yang berangkat setiap pekan dari Kabupaten Nunukan, yakni dua kapal PT Peni (KM Lambelu dan KM Bukit Siguntang) ditambah dua kapal swasta yaitu KM Cattleya dan KM Thalia). Semua sarat penumpang, jelasnya.

Lebih jauh, Hariani mengungkapkan bahwa KM Thalia tujuan Pelabuhan Parepare, Sulsel yang berangkat pada rabu (22/6/2016) mendatang telah melebihi kapasitasnya. "Dari kapasitas yang sebenarnya hanya 1.450 orang menjadi sekitar 3.000 orang. Ditambah barang dan kendaraan yang mencapai ribuan ton," pungkas Hariani.

Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid mengimbau agar para TKI ini tidak pulang melalui jalur ilegal. “Sudah ada sekian kejadian tentang TKI yang nekat mudik melalui jalur ilegal. Mulai dari ketangkap pihak keamanan hingga kecelakaan di laut.”

Ingat niat mudik itu untuk silaturahmi, banyak keluarga yang menunggu, jadi jangan mengambil risiko dengan mudik melalui jalur ilegal, jangan lewat jalan tikus," kata Nusron. Demi kebaikan, keselamatan, dan juga keamanan, Nusron menyarankan TKI harus tetap melalui pintu imigrasi dan menggunakan moda transportasi resmi. "Dan bisa kembali lagi kesana melalui jalur resmi, kalau pulangnya secara ilegal, ya tidak bisa balik lah kesana," ujar dia.

Hal senada diungkap Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri. ”Jalur ilegal itu sangat berbahaya bagi keselamatan TKI kita. Pemerintah terus mengingatkan agar menggunakan jalur yang legal dan aman bila ingin mudik atau pulang kembali ke Indonesia," kata dia dalam rilis yang diterima tirto.id

Hanif menduga para TKI yang mudik lebaran dengan melalui jalur ilegal dikarenakan takut masuk daftar hitam (blacklist) pemerintah Malaysia dan tidak boleh kembali bekerja di sana. "Biasanya kalau yang mudik secara ilegal karena menghindari kena blacklist dari Pemerintah Malaysia.”

“Akhirnya mereka ada yang milih menggunakan jalur ilegal. Tapi jalur ilegal itu sangat berbahaya oleh karena itu kita himbau kepada teman-teman TKI yang mau mudik gunakan jalur legal saja," tandasnya

Hanif mewanti-wanti agar para TKI jangan percaya rayuan calo yang menawarkan biaya mudik lebih murah. Tawaran ini biasanya menggunakan kapal kecil melalui daratan laut di kawasan Nunukan, Kaltim, Pangkal Pinang, dan Batam.

Saran Nusron ini harus betul didengar oleh para TKI yang hendak mudik. Alih-alih ingin pulang dan menyenangkan keluarga, yang ada malah nanti membuat sedih, karena pulang tidak selamat. Selamat mudik dan kembali ke tanah air para pahlawan devisa negara!

Baca juga artikel terkait TKI atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti