tirto.id - Pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapat amunisi tambahan dari Partai Bulan Bintang (PBB) jelang Pilpres 2019. Partai besutan Yusril Ihza Mahendra yang selama berbulan-bulan berada di tengah dua kubu ini secara resmi menyatakan dukungan pada paslon nomor urut 01.
Dukungan tersebut diputuskan melalui rapat koordinasi nasional internal PBB, pada Minggu (27/1/2019). Keputusan ini sebenarnya bertolak belakang dengan rekomendasi Majelis Syuro PBB, pada 17 Januari 2019 yang meminta agar mendukung paslon Prabowo-Sandiaga.
Sebab, Ketua Majelis Syuro PBB MS. Kaban mengklaim mayoritas kader partainya setuju mengikuti rekomendasi ijtima ulama yang mendukung paslon nomor urut 02 itu. Kaban bahkan menyatakan jumlahnya mencapai 80 persen.
Perbedaan pendapat itu mengindikasikan internal PBB tidak solid memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf. Meski demikian, Wakil Direktur Saksi Tim Kampanye Nasional (TKN) Achmad Baidowi justru optismistis dukungan PBB menjadi amunisi baru bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf.
“Ini membutikan tudingan bahwa Jokowi anti-Islam itu hanya omongan belaka, karena faktanya parpol Islam, aktivis Islam bamyak yang bergabung di koalisi ini,” kata Baidowi kepada reporter Tirto, Senin (28/1/2019).
Selain PBB, misalnya, kata Baidowi, pasangan Jokowi-Ma'ruf didukung PPP dan PKB. Kedua partai ini memiliki basis pemilih Islam yang berlatarbelakang organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU). Sementara PBB merupakan partai Islam yang mengklaim sebagai pewaris Masyumi.
Hal senada diungkapkan Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni. Menurut dia bergabungnya PBB menunjukkan Jokowi sudah berhasil mempersatukan berbagai macam ideologi-ideologi yang dimiliki setiap partai politik, baik itu partai nasionalis maupun parpol Islam.
"Jadi Pak Jokowi menjadi titik temu, di mana partai-partai bertemu sekaligus perbedaan-perbedaan partai bisa dirayakan secara bersama," ucap Raja Juli saat dihubungi, Senin (28/1/2019).
Bukan Pertimbangan Ideologis
Direktur Populi Center Usep S Ahyar menilai dalam politik tak ada yang abadi, mulai dari konflik, kepentingan, bahkan pertemanan. Menurut dia, semua itu akan berjalan dinamis sesuai dengan kepentingannya.
Sebab, kata Usep, terbentuknya koalisi parpol selama ini lebih pada kepentingan sesaat daripada pertimbangan ideologi parpol.
"Ideologis hanya sebagai pragmatisme politik saja kalau saya lihat,” kata Usep kepada reporter Tirto, Senin (28/1/2019).
Ia mencontohkan koalisi di kubu Prabowo-Sandiaga, di mana terdapat Partai Gerindra dan Partai Demokrat yang merupakan partai nasionalis serta PKS, PAN yang merupakan partai berbasis Islam.
"Kalau bergabung karena level ideologis, kan, jadi aneh ketika PKS bisa berkolaisi dengan Gerindra. Begitu juga koalisi Jokowi,” kata Usep.
Begitu pula, kata Usep, di koalisi Jolowi-Ma'ruf d imana PPP dan PKB dikelilingi partai-partai nasionalis. Sementara masuknya PBB yang merupakan pewaris Masyumi, Usep menilai, tak akan terjadi konflik dengan PKB dan PPP yang notabene basis pemilihnya adalah NU.
“PBB kenapa ke koalisi Jokowi? Ya karena kepentingan-kepentingan taktis itu, bukan karena ideologis,” kata Usep.
Menurut Usep, bergabungnya PBB tidak akan berpengaruh banyak bagi Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Selain karena bukan partai besar, kata dia, internal PBB juga belum solid mendukung calon petahana ini.
Hal senada diungkapkan Pengajar Komunikasi Politik dari UIN Syarief Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia menilai internal partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK) tetap kondusif usai masuknya PBB.
Sebab, kata dia, figur Jokowi bisa menyatukan segala perbedaan ideologi dan sikap politik dari sejumlah parpol pendukungnya. Adi menilai Jokowi mampu menjinakkan partai pengusung yang memiliki latar belakang berbeda.
“Figur wibawa Jokowi ini yang membuat apapun irisan dalam koalisi relatif bisa dikendalikan,” kata Adi kepada reporter Tirto.
Karena itu, Adi meyakini tak akan ada Kuda Troya di masa pilpres yang sudah semakin dekat. Bila Yusril dan PBB menjadi kelompok yang melemahkan dari dalam, Adi yakin koalisi Jokowi-Ma'ruf akan langsung meminta PBB keluar tanpa kompromi. Apalagi PBB dianggap sebagai tamu yang tak diundang dalam peta dukungan Jokowi-Ma'ruf.
"Semangat awalnya dulu, kan, ganti presiden, tiba-tiba gabung, kan, disambut hangat memang, tapi kalau ada manuver di tengah jalan, buat masalah, ya 'kick' aja," kata Adi.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Abdul Aziz