tirto.id - UNICEF menyatakan angka pernikahan dini saat ini mengalami penurunan. Namun dari angka penurunan tersebut masih diperlukan waktu lebih dari 100 tahun untuk mengakhiri perkawinan dini di Afrika Tengah dan Barat.
Perkiraan baru tersebut dirilis selama pertemuan tingkat tinggi mengenai diakhirinya pernikahan dini yang diselenggarakan di Ibu Kota dan Kota Tersebar Senegal, Dakar, pekan ini.
Pertemuan ini bertujuan menyoroti wilayah di dunia tempat anak perempuan menghadapi risiko paling tinggi untuk dinikahkan saat mereka masih anak-anak.
Seperti diberitakan Xinhua, prevalensi pernikahan dini di Afrika Tengah dan Barat telah turun selama dua dasawarsa belakangan, seperti dirilis dari data UNICEF.
Menurut UNICEF, empat dari 10 anak perempuan masih dikawinkan sebelum mereka berusia 18 tahun, dan di antaranya, satu dari tiga anak perempuan dikawinkan sebelum ia berusia 15 tahun.
Afrika Tengah dan Barat meliputi enam dari 10 negara dengan prevalensi tertinggi perkawinan dini di dunia -Niger, Republik Afrika Tengah, Chad, Mali, Burkina Faso dan Guinea.
Penyebab angka pernikahan dini sangat tinggi di kawasan tersebut dipengaruhi beberapa faktor termasuk kemiskinan, kondisi tidak aman dan tradisi. Menikahkan anak perempuan saat mereka mencapai masa puber atau bahkan sebelumnya tertanam sangat dalam pada kebiasaan budaya di sebagian besar negara Afrika Tengah dan Barat.
Praktik tersebut menghambat upaya global untuk mengentaskan orang miskin dan mengurangi pertumbuhan penduduk dan memiliki dampak negatif pada kesehatan perempuan dan anak perempuan, prestasi pendidikan dan penghasilan, menurut Bank Dunia.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri