tirto.id - UEFA akhirnya mengumumkan kemungkinan bakal dibukanya kembali penyelidikan terhadap kasus pelanggaran Financial Fai Play (FFP) yang dilakukan Manchester City pada 2014 lalu. Kasus ini sebenarnya telah mendapat putusan, namun berpeluang kembali diselidiki setelah City terindikasi menyogok "orang dalam" UEFA untuk menghindari hukuman berat.
Indikasi tersebut pertama kali disuarakan Der Spiegel lewat temuannya dalam dokumen berjudul Football Leaks. Dalam dokumennya, media asal Jerman itu menyebut ada petinggi UEFA yang membocorkan informasi penyelidikan kepada pihak City, dan berkonspirasi sehingga The Citizens mendapat hukuman ringan atas pelanggarannya.
Selama sepekan terakhir, pihak UEFA banyak berkilah dan terkesan mengabaikan temuan tersebut. Namun kali ini mereka mengumumkan kemungkinan dibukanya kembali kasus yang menjerat City pada 2014 lalu.
"Informasi baru terhadap kasus lama yang terindikasi diselewengkan dapat membuat penyelidikan kembali dibuka, karena keterkaitan kasus demi kasus. Pendekatan ini berlaku universal bagi seluruh klub dan peserta kompetisi Eropa yang telah mendapat lisensi UEFA," tulis pihak UEFA seperti dilansir AP News.
Pada 2014 lalu Manchester City terbukti melakukan pelanggaran terhadap FFP karena melakukan pembelian pemain dengan nominal fantastis. Namun alih-alih mendapat sanksi berat, City hanya dihukum denda berupa pemotongan pendapatan kompetisi Eropa dan slot pemain untuk tampil di Liga Champions.
Meski juga mendapat sanksi pembatasan gaji pemain, hukuman ini tetap dinilai sejumlah pihak kelewat ringan. Pasalnya sejumlah klub seperti Real Madrid dan Atletico Madrid bahkan pernah mendapat hukuman lebih berat, berupa larangan aktivitas di bursa transfer.
Indikasi Temuan Der Spiegel
Tidak sekadar perkara konspirasi dengan sejumlah orang dalam UEFA, laporan Der Spiegel juga membeberkan pelanggaran-pelanggaran prosedural lain yang dilakukan Manchester City. Salah satunya adalah ditemukannya surel yang mengungkap adanya pemalsuan laporan keuntungan TheCitizens.
Disebutkan bahwa kesepakatan kerja sama dengan Etihad pada 2015 lalu sebenarnya menghasilkan keuntungan sebesar 67,5 juta pounsterling per tahun untuk Manchester City. Namun, Abu Dhabi United Group selaku pemiliki saham Manchester City kembali menyirkulasikan 59,9 juta poundsterling di antaranya kembali ke Etihad. Temuan lain menyebutkan bahwa Abu Dhabi United Group diduga mengirim uang tunai sekaligus melibatkan pemain dalam kampanye pemasaran.
Seolah tak cukup di situ, dituding pula bahwa Roberto Mancini yang melatih Manchester City pada 2009-2013 menandatangani kontra ganda. Di samping kontraknya dengan pihak klub, Mancini diduga menerima 'pendapatan lain' yang diberikan oleh pihak pemilik saham Manchester City lewat perusahaannya.
UEFA sendiri sejauh ini belum mengambil langkah nyata terkait temuan-temuan yang ada. Mereka baru menegaskan jika kasus lama bisa dibuka lagi apabila ada temuan baru. Tak ketinggalan, UEFA juga mengultimatum klub-klub Eropa selain Manchester City agar menaati aturan yang ada.
"FFP adalah kerangka yang memerlukan komitmen klub-klub yang bermain di UEFA untuk patuh. Ini bergantung pada kerja sama klub-klub untuk menyatakan posisi keuangannya dengan jujur. Meski tak dapat menguji informasi yang diterima, UEFA mengandalkan informasi tersebut sebagai cerminan yang adil dan akurat," tulis UEFA.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan