Menuju konten utama

TV Indonesia Terobsesi Pendapatan dan Kepentingan Golongan

Tayangan televisi Indonesia semakin memprihatinkan karena terlalu terobsesi dengan pendapatan dan kepentingan sebuah golongan sehingga masyarakat tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh informasi yang baik dan benar.

TV Indonesia Terobsesi Pendapatan dan Kepentingan Golongan
ilustrasi Program televisi. foto/shutterstock

tirto.id - Tayangan televisi Indonesia semakin memprihatinkan karena terlalu terobsesi dengan pendapatan dan kepentingan sebuah golongan sehingga masyarakat tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh informasi yang baik dan benar.

"Komisi Penyiaran Indonesia harus lebih gigih untuk mengawal permasalahan ini," saran Direktur Pusat Kajian Sosial-Budaya dan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, Mestika Zet dalam acara Diskusi Efektifitas Pemanfaatan Media Publik Dalam Menunjang Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Humas di DPRD Sumatera Barat, Selasa (22/11/2016).

Sebagaimana dilaporkan Antara, Direktur Pengelolaan Media Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sunaryo pun sepakat dengan pendapat tersebut. Ia mengatakan tayangan televisi swasta nasional di Indonesia 67 persennya berisi hiburan dan iklan komersial, sedangkan muatan edukasinya sangat minim.

"Saat ini isi tayangan televisi swasta nasional menitikberatkan pada hiburan dan iklan komersial," kata Sunaryo di DPRD Sumatera Barat, Selasa, (22/11/2016).

Menurutnya banyak siaran yang tidak memberi informasi yang sehat, mendidik dan mencerahkan dan memberdayakan masyarakat seperti siaran yang hanya meningkatan pendapatan saja.

Ia mengatakan saat ini aspek edukasi dari siaran di bidang politik kurang mendapat perhatian dari pengelola media televisi tersebut yang mengakibatkan banyaknya pertanyaan dan opini publik yang tidak terjawab.

Jika pun ada, kata dia, pemilik televisi swasta nasional saat ini memilih pemberitaan yang lebih mementingkan kepentingan suatu golongan politik dan menjadi media untuk menjatuhkan lawan politik atau juga membunuh karakter pejabat publik.

Ia meminta masyarakat untuk lebih cerdas dalam menonton televisi agar dapat memilih mana media yang benar-benar netral dan tidak memihak siapa pun. "Juga diperlukan kecerdasan masyarakat," ujarnya.

Media merupakan alat vital yang dapat merubah opini publik dengan mudah dan mempengaruhi siapa saja yang tidak dapat mencerna berita dengan baik.

"Termasuk juga berita di media sosial yang terkadang tidak jelas sumbernya jangan dipercaya begitu saja" tambahnya.

Baca juga artikel terkait TELEVISI atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh