tirto.id - Di akhir masa jabatannya, Obama meninggalkan satu hal yang harus diselesaikan oleh penerusnya, yakni hubungan AS dengan Rusia. Terkait hal itu, sebuah survey di Moskow melaporkan, 6 persen warga Rusia menganggap Clinton dapat memperbaiki hubungan dengan Putin, sedangkan 35 persen yakin hanya Trump yang dapat melakukannya.
Kini, dengan berakhirnya kepemimpinan Obama, hubungan antara dua negara tersebut dapat dengan mudah kembali menjadi “Perang Dingin”. Pasalnya, ada beberapa kejadian yang menjadi penyebab renggangnya hubungan kedua negara tersebut.
Misalnya, pada tahun ini Presiden Rusia Vladimir Putin mengundurkan diri dari kontrak keamanaan nuklir. Selain itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby juga mengatakan bahwa AS telah menghentikan hubungan bilateral dengan Rusia dalam mempertahankan gencatan senjata di Suriah.
Isu-isu tersebut akan diwarisi oleh penerus Obama yang akan terpilih dalam pemilu 8 November. Salah satu kandidat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton memiliki sejarah hubungan yang kurang baik dengan Vladimir Putin. Pada masa jabatan Clinton sebagai Sekretaris Negara, ia dituduh oleh Putin telah memprovokasi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan warga Rusia untuk menjatuhkannya pada 2011. Sebaliknya, Clinton membandingkan Putin dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler ketika Rusia memulai konflik dengan Ukraina.
Sehubungan dengan relasi Putin dan Clinton, sebuah survey yang dilakukan oleh All-Russian Center for Public Opinion melaporkan, hanya 6 persen dari warga Rusia yang berpendapat bahwa hubungan antarnegara dapat membaik di bawah pemerintahan Clinton.
“Dia akan menjadi presiden perempuan AS pertama. Untuk bekerja bersama Putin yang patriarkal, Clinton pasti akan menunjukkan siapa dirinya pada Putin,” ujar Max dari Moskow.
Sementara itu, kandidat lainnya dari Partai Republik Donald Trump menuai tanggapan-tanggapan positif dibandingkan Clinton. Tahun lalu, Putin memuji Trump dengan menyebutnya sebagai sosok yang berbakat dan cerdas. Kemudian, menanggapi pujian dari Putin, Trump mengatakan Presiden Rusia itu seorang pemimpin yang lebih baik daripada Obama.
Hingga kini alasan yang mendasari pujian antarpolitisi tersebut masih menjadi pertanyaan. Meski begitu, survey yang dilakukan oleh Levada Center di Moskow mengatakan bahwa 35 persen orang yakin Trump akan menjadi presiden yang lebih baik.
“Trump nampak lebih berkeinginan untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan Rusia,” ungkap Kate dari Moskow.
Sebelumnya, salah satu sasaran Obama di masa pemerintahannya yakni memperbaiki hubungan Washington dengan Moskow. Di awal kepemimpinannya, ia mengungkapkan era baru antara AS dan Rusia, sebuah era di mana keduanya tidak saling berlawanan, melainkan bekerja sama. Demikian The Huffington Post.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh