tirto.id - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan Carmelita Hartoto berpendapat moda transportasi kereta api acap kali masih terhambat sulitnya pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur kereta api.
Di samping itu, masih banyaknya perlintasan sebidang dan lahan parkir kendaraan yang belum memadai turut menjadi hambatan bagi masyarakat yang hendak beralih ke kereta api.
“Dari integrasi antar modanya masih kurang,” ujar Carmelita di Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Senada dengan Carmelita, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Konstruksi dan Infrastruktur Erwin Aksa juga mengatakan peran kereta api di Indonesia masih belum bisa mengakomodasi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
“Meski beberapa usaha pemerintah untuk mengatasi kemacetan di Jabodetabek telah dilakukan, seperti penambahan bus TransJakarta dan KRL, namun keberadaan TransJakarta dan KRL dinilai belum cukup mengurangi kemacetan karena jalur yang tersedia belum terkoneksi secara menyeluruh,” ungkap Erwin.
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengatakan, selain menggenjot pembangunan LRT dan MRT, pemerintah juga harus melakukan restrukturisasi angkutan umum lainnya. Dengan begitu, Danang menilai sejumlah moda transportasi dapat bersinergi serta mendukung kenyamanan masyarakat dalam menggunakan LRT dan MRT.
“Harus disiapkan dari sekarang, sehingga jaringannya menjadi terlihat. Kalau masih terpisah-pisah, sulit bagi masyarakat untuk dapatkan manfaatnya,” ucap Danang.
Adapun perkeretaapian dinilai dapat lebih maksimal apabila pengoperasiannya bisa terintegrasi dengan moda transportasi lain. Tak hanya itu, manfaat dari investasinya pun dikatakan bisa semakin terasa karena kebutuhan masyarakat jadi terpenuhi dengan keberadaannya.
“Jangan sampai MRT dan LRT nanti jumlah penumpangnya yang naik tidak sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap Danang lagi.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto