Menuju konten utama

Transformasi SMK Menuju Pusat Keunggulan

Sejak 1970, SMK sudah menjadi sekolah pencetak tenaga kerja, meski sering kali panggang jauh dari api. Masalah itu kini dibenahi Kemendikbud.

Transformasi SMK Menuju Pusat Keunggulan
SMK Bisa Hebat. foto/Dok. Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan, Kemdikbud

tirto.id - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memasuki babak baru pada Rabu (17/3) saat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan SMK Pusat Keunggulan.

“SMK Pusat Keunggulan adalah terobosan komprehensif yang ditujukan untuk menjawab tantangan dalam pembenahan kondisi SMK saat ini, agar semakin sejalan dengan kebutuhan dunia kerja,” ujar Mendikbud Nadiem Makariem.

Program SMK Pusat Keunggulan punya tujuan menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja, juga menjadi wirausahawan. Keselarasan antara SMK dengan dunia kerja dapat ditempuh melalui pemenuhan delapan aspek link and match.

Pertama, kurikulum disusun bersama sejalan dengan penguatan aspek soft skills, hard skills, dan karakter kebekerjaan sesuai kebutuhan dunia kerja. Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis project riil dari dunia kerja sehingga terbangun hard skills, soft skills, dan karakter yang kuat. Ketiga, peningkatan jumlah dan peran guru/instruktur dari industri maupun pakar dari dunia kerja.

Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, sertifikasi kompetensi harus sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja, baik bagi lulusan maupun bagi guru/instruktur. Keenam, guru/instruktur ditekankan untuk memperbarui teknologi melalui pelatihan rutin. Ketujuh, dilakukannya riset terapan yang mendukung teaching factory berdasarkan kasus atau kebutuhan riil industri. Terakhir, komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja.

Menurut Nadiem, target SMK Pusat Keunggulan tahun 2021 adalah 895 SMK, dengan tujuh sektor prioritas, yakni: ekonomi kreatif, permesinan dan konstruksi, hospitality, care services, maritim, pertanian, dan kerja sama luar negeri.

“Semoga ini adalah awal dan dapat menjadi benih transformasi SMK kita se-Indonesia. Kami harap SMK yang berpartisipasi bisa menjadi pelatih dan mentor yang mampu menunjukkan karya dan inovasi sehingga lulusan SMK diperebutkan oleh pelaku industri maupun oleh universitas terbaik kita,” kata Mendikbud.

Sejarah Panjang SMK

Sejarah SMK di Indonesia merentang panjang. Pada 1853, Belanda membuka sekolah kejuruan di Surabaya, yang diberi nama Ambachts School van Soerabaja, alias Sekolah Pertukangan Surabaya. Sesuai namanya, sekolah ini mencetak para ahli pertukangan dan mandor.

Dalam Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman (1986:116) disebutkan bahwa bahasa pengantar di sekolah-sekolah pertukangan itu adalah bahasa Belanda. Para siswanya merupakan lulusan sekolah dasar berbahasa Belanda seperti Hollandsch Inlandsch School (HIS), Hollandsche Chineesche School (HCS), dan Schakelschool (Sekolah Peralihan) yang lama pendidikannya tiga tahun. Jurusan di Ambachtsschool antara lain montir mobil, mesin, listrik, kayu, dan penata batu.

Sejak Ambachts berdiri, banyak bermunculan sekolah kejuruan serupa. Salah satunya Koningen Wilhelmina School di Batavia yang punya alumni legendaris Friedrich Silaban, perancang masjid Istiqlal.

Selain di Batavia dan Surabaya, sekolah kejuruan juga ada di Bandung yakni Ambacht Leergang atau pelatihan pertukangan yang menerima siswa sekolah dasar yang kualitasnya di bawah HIS. Selain yang sekadar kursus, Bandung juga punya Gemeentelijke Ambachtsschool. Salah satu jebolannya adalah Jenderal Amir Machmud, mantan Menteri Dalam Negeri di era Orde Baru.

Setelah Indonesia merdeka, nama Ambachtsschool berganti menjadi Sekolah Teknik Pertama (STP) yang masa belajarnya hanya dua tahun. Sebelum 1950, masa belajar sekolah ini adalah tiga tahun dan menjadi setara SMP dengan nama Sekolah Teknik. Setelah lulus Sekolah Teknik, biasanya lulusannya akan lanjut ke Sekolah Teknik Menengah (STM).

Sejak 1970, SMK sudah menjadi sekolah pencetak tenaga kerja, meski sering kali panggang jauh dari api. Perlahan, banyak lulusan SMK tertinggal di pasar kerja. Dari data Badan Pusat Statistik, per Agustus 2019, dari total 6,9 juta orang pengangguran di Indonesia, 11,2 persennya adalah lulusan SMK. Sedangkan lulusan SMA hanya 7,95 persen.

“Ini logika yang terbalik, memang. Harusnya kan lulusan SMK lebih mudah cari pekerjaan,” ujar Menteri Riset dan Teknologi Indonesia, Bambang Brodjonegoro.

Kemendikbud mengakui bahwa SMK masih sulit menjawab kebutuhan dunia kerja. Ada banyak masalah yang antre untuk diselesaikan. Mulai dari kebutuhan peningkatan kompetensi guru, kurangnya sinergi pemangku kepentingan, belum semua SMK mengembangkan kurikulum bersama dunia kerja, manajemen sekolah yang masih terbebani hal administratif, hingga belum semua SMK punya fasilitas sesuai standar.

Meski demikian, perlahan sudah dilakukan transformasi pengembangan SMK. Titik awalnya adalah SMK Revitalisasi yang dilakukan pada 2019, diterapkan ke 300 sekolah. Fokusnya adalah peningkatan mutu dan kualitas sarana serta prasarana pembelajaran yang sesuai standar dunia kerja. Sektor yang masuk dalam program ini adalah maritim, pariwisata, pertanian, industri kreatif, dan teknologi.

Program itu dilanjutkan dengan SMK Center of Excellence yang dimulai pada 2020, diikuti oleh 491 sekolah dan 4.586 guru dan kepala sekolah. Fokusnya adalah peningkatan pembelajaran dunia kerja, peningkatan kompetensi guru dan kepala SMK, juga sarana dan prasarananya. Sektor yang jadi fokus di program ini adalah permesinan dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan berbagai kerja sama luar negeri.

Infografik Advertorial Kemdikbud

Infografik Advertorial SMK dari Masa ke Masa. tirto.id/Mojo

Inovasi SMK Pusat Keunggulan

Masalah ketiadaan sinergi yang berujung pada tidak terserapnya lulusan SMK ke dunia kerja adalah salah satu hal yang diperhatikan oleh SMK Pusat Keunggulan. Menurut Nadiem, dukungan penting pemerintah terhadap program SMK Pusat Keunggulan adalah adanya pendampingan, perencanaan, dan pengelolaan.

“Program ini turut menjaga kesinambungan perguruan tinggi dan SMK dalam pengembangan kepakaran dan kompetensi keahlian serta jejaring,” kata Nadiem.

Setidaknya, ada lebih dari seratus perguruan tinggi calon pendamping SMK Pusat Keunggulan, antar lain Politeknik Negeri Bandung (Polban), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Telkom, Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Negeri Padang (UNP), Politeknik ATMI Solo, Politeknik Negeri Batam, dan sederet perguruan tinggi lainnya.

Selain pendampingan oleh ratusan perguruan tinggi, pemerintah juga menyiapkan enam dukungan. Pertama, penguatan SDM dari level kepala sekolah, pengawas, dan guru dengan cara pelatihan dan pendampingan intensif.

Kedua, pembelajaran kompetensi siap kerja dan berkarakter. Ketiga, penguatan aspek praktik bagi peserta didik yang dilakukan dengan memberikan bantuan dana hibah guna meningkatkan sarana dan prasarana agar praktik siswa jadi terstandar. Keempat, dukungan manajemen sekolah berbasis data. Kelima, pendampingan perguruan tinggi. Terakhir, sinergi pemerintah pusat dan daerah untuk dukungan penyelenggaraan SMK yang berkelanjutan.

Dukungan itu disambut baik oleh banyak pihak. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani menyatakan pendidikan dan pelatihan vokasi tidak dapat dipisahkan kerena keduanya saling terkait dalam peningkatan produktivitas nasional.

KADIN mengapresiasi upaya pemerintah yang mendorong vokasi untuk terus berkembang, di antaranya adalah pemberian insentif perpajakan 200% bagi perusahaan yang mengikuti program vokasi bersama sama dengan pemerintah.

“Kami dari KADIN senantiasa mendukung langkah-langkah Kemendikbud di bidang vokasi, untuk meningkatkan SDM kita ke depannya. Insyaallah kita bisa menghasilkan tenaga kerja yang unggul, terampil, dan kompeten sehingga dapat meningkatkan daya saing industri dan menumbuhkan perekonomian,” jelas Rosan.

Guna menyukseskan program SMK Pusat Keunggulan, Kemendikbud mengajak Pemerintah Daerah untuk turut memantau dan mengevaluasi penyelenggaraannya. Sebab, menurut Mendikbud, kolaborasi dan koordinasi intens antara pemerintah pusat dan daerah mutlak untuk mendukung penyelenggaraan SMK Pusat Keunggulan yang berkesinambungan. Sementara itu, kepada satuan pendidikan, Mendikbud mengajak SMK untuk bergabung dalam program SMK Pusat Keunggulan yang resmi diluncurkan hari ini.

“Jadilah bagian dari program SMK Pusat Keunggulan ini dengan mendaftar ke smk.kemdikbud.go.id/smkpk,” ajak Nadiem.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis