Menuju konten utama

Tradisi Unik Ramadan dari Berbagai Belahan Dunia

Di berbagai tempat di penjuru dunia, pasti ada tradisi unik yang dilestarikan turun-temurun selama puasa Ramadan. Apa sajakah tradisi unik itu?

Tradisi Unik Ramadan dari Berbagai Belahan Dunia
Ilustrasi Ramadan. ANTARA FOTO/REUTERS/Lucas Jackson/djo/17

tirto.id - Ramadan selalu menjadi bulan yang penuh makna. Seluruh umat muslim di berbagai belahan dunia memiliki begitu banyak tradisi turun menurun yang biasa dilakukan selama berpuasa.

Di Indonesia misalnya, ada istilah ngabuburit yang berasal dari bahasa Sunda, yakni menunggu waktu sore hari. Kebiasaan masyarakat Jawa Barat ini kemudian menjadi tradisi di seluruh wilayah Indonesia. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan selama ngabuburit sembari menunggu waktu untuk berbuka.

Berikut beberapa tradisi Ramadan dari berbagai belahan dunia yang dirangkum dari Gulfnews:

Salam Ramadan

Ketika memasuki bulan suci Ramadan, seluruh umat muslim saling mengucapkan 'Ramadan Mubarak' pada hari pertama. Ini adalah ucapan paling umum yang diucapkan oleh umat muslim di seluruh dunia. Ucapan ini membuat suasana Ramadan menjadi semakin hangat dan khidmat.

Menu khas berbuka puasa

Setiap negara memiliki hidangan Ramadan khas yang disajikan saat berbuka. Orang-orang Muslim di kawasan Timur Tengah berpuasa dengan memakan kurma dan sedikit air. Di Indonesia sendiri menu berbuka puasa sangat bervariatif, seperti kolak, jajanan pasar, es buah, dan berbagai kudapan khas lainnya.

Sementara di Albania ada byrek yang jadi makanan khas berbuka puasa. Byrek adalah sejenis kue pie yang berisi daging dan bayam. Menu ini bisa disantap dalam keadaan panas atau dingin.

Orang muslim di Jerman biasanya menyiapkan qata'ef atau kue kering yang direndam dalam sirup gula. Qata'ef berisi keju manis dan kacang-kacangan.

Menu berbuka puasa di negara beruang merah, Rusia, mereka menyajikan khingalsh sebagai hidangan khas. Roti yang terbuat dari tepung ini diisi berbagai aneka masakan seperti keju atau labu.

Menyalakan 'Fanous'

Salah satu pernak-pernik Ramadan yang paling menawan adalah 'fanous' atau lentera dari Kairo kuno. Tradisi menyalakan lentera diyakini telah digunakan untuk menerangi jalan khalifah Moezz Eddin Allah di Kairo pada tahun 969 Masehi. Orang-orang menerangi jalan setapak sepanjang perjalanannya ketika melintasi kota, ke gunung Mokattam untuk melihat bulan Ramadan.

Bermain Al Siniya

Di Kirkuk, Irak, ada sebuah permainan rakyat yang disebut 'Al Siniya', atau dalam bahasa Arab berarti 'nampan'. Al Siniya sering dimainkan pada bulan Ramadan. Para pria akan berkumpul untuk bermain setelah berbuka puasa dengan teman dan keluarga. Objek permainannya adalah para pemain harus menemukan dadu yang tersembunyi dalam sebuah cangkir tembaga yang dibalik di atas nampan.

Memanggil Hag Al Laila

Di Uni Emirate Arab (UEA), tujuan acara Hag Al Laila adalah untuk mendidik masyarakat tentang bulan Ramadan. Anak-anak di seluruh UEA berjalan-jalan di lingkungan mereka pada hari Rabu malam, mengetuk pintu-pintu rumah dan berteriak 'Atoona Hag Al Laila', yang berarti "berikan kami permen untuk malam ini".

Tradisi serupa juga dilakukan oleh umat muslim di Irak, anak-anak kecil di Irak akan meletakan sebuah lilin di dalam sebuah toples kosong dan membawanya keliling seperti sebuah lentera, dan mengetuk pintu rumah untuk meminta permen.

Menabuh Drum menjelang Sahur

'Mesaharaty' adalah istilah untuk membangunkan orang sahur yang berasal dari Mesir. Seorang pria akan berjalan setiap pagi di jalan-jalan selama bulan Ramadan sambil memainkan drum dan menyanyikan lagu-lagu suci. Hingga saat ini, tradisi ini terus berlanjut di banyak negara Teluk.

Merayakan hari kemenangan 'Idul Fitri'

Setelah menjalani puasa selama sebulan penuh, umat Islam di seluruh dunia, menandai akhir Ramadan dengan perayaan terbesar, yaitu Idul Fitri. Momen ini dianggap sebagai yang paling menyenangkan saat orang menghiasi rumah mereka dengan lampu, berpakaian dengan pakaian tradisional terbaik mereka.

Biasanya perayaan ini dilakukan dengan berkumpul dengan keluarga, serta menyajikan makanan khas terbaik mereka untuk disantap bersama. Momen Idul Fitri juga dijadikan ajang silahturahmi dan saling maaf-memaafkan.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yandri Daniel Damaledo
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo